Banjir di Pekalongan, satu orang meninggal dan 818 orang mengungsi
Pekalongan (ANTARA) - Hujan deras yang mengguyur Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sejak Rabu (19/2) petang hingga Kamis pagi menyebabkan sebanyak 818 orang mengungsi ke sejumlah tempat yang aman dan satu korban dikabarkan meninggal dunia.
Berdasar data yang dihimpun di Pekalongan, Kamis, jumlah korban yang dievakuasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan, antara lain di Kelurahan Kergon sebanyak 43 orang, masjid Al Karomah Kelurahan Tirto (393 orang), musala/tempat pendidikan Alquran Al Hikmah (172 orang), Musala Al Ihsan (62 orang), aula Kelurahan Tirto (44 orang), aula Kecamatan Barat (79 orang), dan masjid Muhajirin (25 orang).
Hingga Kamis pukul 09.00 WIB kondisi cuaca di Kota Pekalongan masih gerimis dan awan cukup tebal.
Baca juga: Tanggul sungai di Kudus kembali jebol, permukiman warga tergenang
Adapun beberapa wilayah banjir dengan ketinggian mencapai 20 sentimeter hingga 50 sentimeter itu, antara lain Kecamatan Tirto, Kelurahan Sampangan, Kauman Ledok, Krapyak, Bugisan, Kali Loji, Bandengan, Poncol, dan Kelurahan Kraton.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kota Pekalongan Saminta mengatakan bahwa hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan sebagian besar wilayah di daerah itu terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 10 sentimeter hingga 50 sentimeter.
Selain itu, kata dia, banjir yang melanda Kota Pekalongan juga karena meluapnya Sungai Bremi dan Sungai Meduri yang menerjang Kelurahan Tirto dan wilayah lainnya.
Ia mengatakan pihaknya sudah melakukan langkah penanganan bencana banjir antara lain menyiapkan posko pengungsian dan mengevakuasi warga yang terdampak banjir.
"Distribusi logistik pengungsian akan segera dilakukan setelah ada assesmen dan data valid di setiap lokasi pengungsian. Saat ini, kami sedang melakukan rapat koordinasi untuk langkah penanganan banjir," katanya.
BPBD juga melaporkan banjir yang melanda Kota Pekalongan ini menyebabkan seorang korban Alwi Yahya (59) warga Kelurahan Poncol meninggal dunia karena terjatuh saat dirinya akan mengambil gayung untuk membersihkan sisa kotoran banjir yang masuk ke dalam ruangan rumah.
Baca juga: Hendi: Banjir bukan lagi menjadi persoalan utama
Berdasar data yang dihimpun di Pekalongan, Kamis, jumlah korban yang dievakuasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan, antara lain di Kelurahan Kergon sebanyak 43 orang, masjid Al Karomah Kelurahan Tirto (393 orang), musala/tempat pendidikan Alquran Al Hikmah (172 orang), Musala Al Ihsan (62 orang), aula Kelurahan Tirto (44 orang), aula Kecamatan Barat (79 orang), dan masjid Muhajirin (25 orang).
Hingga Kamis pukul 09.00 WIB kondisi cuaca di Kota Pekalongan masih gerimis dan awan cukup tebal.
Baca juga: Tanggul sungai di Kudus kembali jebol, permukiman warga tergenang
Adapun beberapa wilayah banjir dengan ketinggian mencapai 20 sentimeter hingga 50 sentimeter itu, antara lain Kecamatan Tirto, Kelurahan Sampangan, Kauman Ledok, Krapyak, Bugisan, Kali Loji, Bandengan, Poncol, dan Kelurahan Kraton.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kota Pekalongan Saminta mengatakan bahwa hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan sebagian besar wilayah di daerah itu terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 10 sentimeter hingga 50 sentimeter.
Selain itu, kata dia, banjir yang melanda Kota Pekalongan juga karena meluapnya Sungai Bremi dan Sungai Meduri yang menerjang Kelurahan Tirto dan wilayah lainnya.
Ia mengatakan pihaknya sudah melakukan langkah penanganan bencana banjir antara lain menyiapkan posko pengungsian dan mengevakuasi warga yang terdampak banjir.
"Distribusi logistik pengungsian akan segera dilakukan setelah ada assesmen dan data valid di setiap lokasi pengungsian. Saat ini, kami sedang melakukan rapat koordinasi untuk langkah penanganan banjir," katanya.
BPBD juga melaporkan banjir yang melanda Kota Pekalongan ini menyebabkan seorang korban Alwi Yahya (59) warga Kelurahan Poncol meninggal dunia karena terjatuh saat dirinya akan mengambil gayung untuk membersihkan sisa kotoran banjir yang masuk ke dalam ruangan rumah.
Baca juga: Hendi: Banjir bukan lagi menjadi persoalan utama