Purbalingga (ANTARA) - Aktivitas warga Desa Serang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang berada di lereng Gunung Slamet sebelah timur tetap berjalan normal meskipun gunung terbesar di Jawa Tengah itu berstatus Waspada (Level II).
"Alhamdulillah hingga saat ini, aktivitas warga tetap berjalan normal, tidak terpengaruh oleh peningkatan status Gunung Slamet dari aktif normal menjadi waspada," kata Kepala Desa Serang Sugito di Purbalingga, Rabu.
Bahkan, kata dia, sejumlah destinasi wisata yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Serang Makmur Sejahtera, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, tetap ramai dikunjungi wisatawan.
Lebih lanjut, Sugito mengatakan hingga saat ini belum ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan meskipun Desa Serang berjarak sekitar 8 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
Baca juga: Banyumas siagakan sukarelawan antisipasi erupsi Gunung Slamet
"Kalau tahun 2014 sempat ada hujan abu karena Gunung Slamet sudah erupsi. Kalau sekarang masih biasa-biasa saja," katanya.
Saat dihubungi melalui telepon, petugas Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sukedi mengatakan Gunung Slamet masih berstatus Waspada sehingga masyarakat dan wisatawan direkomendasikan untuk tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet.
Ia mengatakan berdasarkan pengamatan visual pada hari Rabu (14/8), pukul 06.00-12.00 WIB, Gunung Slamet teramati jelas hingga kabut 0-I serta asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 25 meter di atas puncak kawah.
"Sementara dari sisi kegempaan, tercatat sebanyak 166 kali gempa embusan dengan amplitudo 2-17 milimeter dan durasi 15-50 detik, sedangkan tremor menerus atau Microtremor terekam dengan amplitudo 0,5-3 milimeter, dominan 2 milimeter," katanya.
Ia mengakui jika hingga saat ini, amplitudo tremor menerus yang terekam masih berkisar 0,5-3 milimeter dan dominan 2 milimeter.
Dia mengatakan jika amplitudonya makin tinggi, kondisinya akan lebih berbahaya karena makin besar amplitudo, berarti makin tinggi energinya.
"Amplitudo tremor menerus yang berkisar 0,5-3 milimeter dan dominan 2 milimeter itu belum terlalu besar. Memang besaran amplitudo tremor menerus itu tidak bisa menjadi standar tetapi berdasarkan pengalaman tahun 2014, 5-10 milimeter itu sudah ada erupsi. Bahkan saat itu, amplitudo tremor menerus saat awal erupsi Gunung Slamet masih berkisar 0,5-10 milimeter," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan jika tremor menerusnya meningkat, tidak serta merta status Gunung Slamet akan ditingkatkan karena harus didukung dengan parameter yang lain.
Lebih lanjut, Sukedi mengatakan tipe letusan Gunung Slamet berupa freatik karena tidak mengeluarkan magma, melainkan uap air.
"Meskipun tipe letusannya freatik, saat erupsi Gunung Slamet tahun 2014 diakhiri dengan keluarnya lava pijar, jarak luncurannnya mencapai 2,6-2,7 kilometer dari kawah, menyebar, tidak satu arah, karena tipe erupsinya strombolian," jelasnya.
Baca juga: Peningkatan aktivitas Gunung Slamet tak pengaruhi kunjungan wisatwan
Berita Terkait
Gunung Semeru luncurkan abu vulkanik setinggi 800 meter
Rabu, 6 Maret 2024 8:44 Wib
KLHK ajak masyarakat berwisata bebas sampah
Selasa, 5 Maret 2024 18:32 Wib
ICONNET "feat" PLN Ungaran gerebek klaster Gunung Pati
Jumat, 23 Februari 2024 10:17 Wib
Gunung Semeru erupsi semburkan abu vulkanik setinggi 400 meter
Jumat, 23 Februari 2024 8:43 Wib
Karanganyar, destinasi wisata penuh petualangan dan keindahan alam
Rabu, 14 Februari 2024 14:45 Wib
Gunung Semeru luncurkan abu setinggi 800 meter ke arah tenggara
Senin, 12 Februari 2024 8:46 Wib
Gunung Semeru mengalami ratusan kali aktivitas kegempaan dalam sehari
Sabtu, 10 Februari 2024 7:59 Wib
Guguran lava meluncur empat kali dari Gunung Merapi sejauh 1,2 km
Jumat, 2 Februari 2024 10:31 Wib