Yogyakarta (ANTARA) - Bertepatan dengan berakhirnya Ramadhan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X terus menyerukan semangat islah politik untuk kedua kubu kontestan Pemilu Presiden 2019 terutama di daerah dengan melakukan islah politik berbasis budaya.
“Kedua kubu di daerah harus bersikap saling terbuka dan bersama-sama memasuki gerbang islah politik berbasis kultur. Ini adalah saat yang tepat,” kata Sultan HB X saat melakukan syawalan di Balai Kota Yogyakarta, Senin.
Di tengah menghangatnya iklim politik nasional, Sri Sultan HB X terus menyuarakan semangat islah untuk kedua kubu kontestan Pemilu Presiden 2019. Ajakan islah tersebut terus disampaikan saat Sri Sultan HB X menggelar syawalan di beberapa kabupaten lain di DIY.
Menurut dia, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menanggalkan identitas sebagai nomor satu atau nomor dua dan kembali pada semangat sila ketiga Pancasila yaitu persatuan Indonesia.
Ia pun mendorong forum komunukasi pimpinan daerah untuk berinisiatif dan berperan sebagai jembatan islah kebangsaan. Namun demikian, lanjut dia, islah tersebut hanya dapat terwujud apabila seluruh pihak bisa bersikap “legowo” atau ikhlas.
“Tanpa ‘legawa’ dan kesediaan berpasrah diri kepada-Nya, maka islah atau rekonsisialisi politik akan selalu menjadi beban politik nasional,” katanya.
Jika islah antar kontestan tidak segera direaliasikan, Sri Sultan HB X khawatir permusuhan elit akan semakin melebar dan masyarakat bawah yang justru menjadi korbannya. “Masyarakat harus mampu mengikuti zaman tetapi jangan hanyut apalagi ikut tenggelam,” katanya.
Meskipun demikian, Sri Sultan HB X menyebut, proses islah juga memiliki tantangan dengan banyaknya kampanye hitam, hoaks, dan ujaran kebencian yang ditebar melalui media sosial. “Hal-hal seperti itu dikhawatirkan akan semakin mempertajam polarisasi dan meniadakan niat untuk berunding,” katanya.
Oleh karena itu, Sultan berharap agar seluruh elemen masyarakat merenungkan kembali konsep persaudaraan yang didasarkan pada tiga komponen yaitu persaudaraan atas dasar Islam, persaudaraan kebangsaan, dan persaudaraan kemanusiaan.
“Dengan demikian, yang diperlukan adalah munculnya semangat persaudaraan untuk melakukan pertemuan dan membahas hal-hal yang menjadi pangkal perselisihan. Harapannya islah politik bisa memperbaiki, mendamaikan, mengembalikan harmoni kehidupan, dan menghilangkan sengketa,” katanya.
Ia pun menyebut perlunya pihak ketiga yang menjadi penengah dalam proses islah tersebut.
Meskipun demikian, Sri Sultan HB X belum dapat memberikan jawaban pasti saat ditanya apakah bersedia memfasilitasi proses rekonsiliasi nasional antar kontestan pemilu. “Kalau itu saya belum tahu jawabannya,” katanya.