Purwokerto (Antaranews Jateng) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman, Indra Permanajati mengatakan peta daerah rawan longsor yang rinci akan memudahkan masyarakat untuk memahami kondisi di wilayahnya masing-masing.
"Dengan pemetaan wilayah rawan longsor yang rinci maka diharapkan masyarakat akan lebih sadar mengenai kondisi wilayahnya dan ikut berperan aktif dalam mengatasi permasalahan terkait bencana di lingkungan masing-masing, katanya di Purwokerto, Jumat.
Indra yang merupakan Dosen Mitigasi Bencana Geologi, Jurusan Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman tersebut sebelumnya menjelaskan pemetaan daerah rawan longsor perlu dibuat lebih detil hingga ke tingkat desa serta perlu dilengkapi dengan gambaran sistem longsoran.
Sistem longsoran adalah sistem dimana longsoran akan terjadi pada titik tertentu dengan beberapa ciri yang dapat dijelaskan secara ilmiah.
"Satu sistem longsor ini nantinya dapat diprediksi menjadi satu tubuh longsoran dari bagian sumber (mahkota longsoran) sampai tempat material terendapkan (depositional area)," katanya.
Menurut dia, dengan mengembangkan pemetaan pada tingkat desa dan memasukkan sistem longsoran yang terjadi, maka wilayah dapat teridentifikasi secara lebih pasti.
"Lokasi dapat dibagi mengenai lokasi yang bisa dijadikan pemukiman, lokasi pemukiman dengan pengamanan lereng, dan lokasi yang sama sekali tidak diizinkan terdapat pemukiman. Pemetaan ini akan lebih bisa dipahami oleh masyarakat karena masuk dalam wilayah yang detil dan penjelasan bencana lebih jelas," katanya.
Untuk pemetaan tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan dapat dijadikan acuan awal untuk pemetaan tingkat desa atau wilayah longsor yang lebih spesifik.
"Tetapi kalau hanya mengandalkan peta kabupaten atau kecamatan, belum dapat dijelaskan sistem longsorannya, sehingga kadang banyak pelanggaran pemukiman yang masuk ke daerah merah. Dengan pengembangan pemetaan pada sistem longsoran, maka penataan wilayah akan lebih tepat dan masyarakat akan lebih memamahi dengan mudah," katanya.