Potensi Panen di Banyumas Masih Tinggi
Purwokerto, ANTARA JATENG - Potensi luas panen di eks Keresidenan Banyumas masih tinggi, kata Penanggung Jawab Tim Serap Gabah Petani (Sergap) Kementerian Pertanian Wilayah Jawa Tengah Momon Rusmono.
"Untuk melihat percepatan serapan gabah, saya melihat ada empat faktor. Satu, dari luas panen ternyata Bulog Subdivre Banyumas masih tinggi terutama di Kabupaten Cilacap," katanya usai Rapat Koordinasi Percepatan Sergap Se-Eks Keresidenan Banyumas di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis sore.
Dalam hal ini, kata dia, potensi luas panen di Kabupaten Cilacap pada bulan Oktober hingga Desember hampir mencapai 20.000 hektare.
Sementara di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga masing-masing sekitar 8.000 hektare sedangkan Banjarnegara sekitar 4.000 hektare.
"Artinya, potensi di empat kabupaten ini sampai bulan Desember masih sekitar 40.000-50.000 hektare. Itu dari luas panen," kata dia yang juga Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan.
Ia mengatakan faktor kedua dalam mendukung percepatan penyerapan gabah, yakni dari kapasitas gudang milik Bulog.
Menurut dia, gudang milik Bulog Subdivisi Regional Banyumas masih mampu untuk menyimpan gabah hasil sergap sebanyak 10.000 ton.
"Yang ketiga, komitmen dari mitra Bulog juga positif sehingga dengan kondisi seperti ini, diharapkan penyerapan beras untuk Subdivre Banyumas akhir bulan Oktober, November, dan Desember minimal CSHP (Cadangan Stabilitas Harga Pangan) bisa tercapai, yaitu kurangnya sekitar 9.000 ton," katanya.
Terkait dengan hal itu, Momon mengatakan berdasarkan hasil diskusi, Bulog Subdivre Banyumas sanggup menyerap beras sekitar 300 ton per hari.
Disinggung mengenai potensi hasil panen dari luasan yang ada di eks Keresidenan Banyumas, dia memperkirakan sekitar 240.000 ton gabah kering panen.
"Kalau dikonversi ke beras, ada 120.000 ton beras. Kalau diambil 10.000 ton untuk diserap Bulog, berarti peluang yang cukup positif," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bulog Divisi Regional Jawa Tengah Djoni Nur Ashari mengatakam stok beras gudang Bulog hingga saat ini sebanyak 160.000 ton yang diperkirakan mencukupi kebutuhan hingga bulan Februari 2018.
Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya tetap harus melakukan penumpukan stok karena Jawa Tengah harus memasok daerah lain yang defisit.
"Saat ini, kami sudah mengirim ke luar Jawa sebanyak 47.000 ton dari Jawa Tengah," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan dalam penyerapan gabah untuk memenuhi CSHP melalui fleksibilitas harga pembelian beras sebesar Rp8.030 per kilogram, Bulog Subdivre Banyumas menempati posisi kedua dari enam subdivre yang ada di Jawa Tengah.
Akan tetapi untuk penyerapan gabah secara reguler, kata dia, Bulog Subdivre Banyumas menempati posisi kelima di Jawa Tengah.
Menurut dia, hal itu disebabkan hasil panen petani di eks Keresidenan Banyumas tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar setempat.
"Beras itu merupakan pasar yang terintegrasi. Artinya, panen di Banyumas tidak hanya untuk Banyumas, juga diserap oleh daerah lain," katanya.
Dia mencontohkan hasil panen dari Kabupaten Cilacap yang dekat dengan perbatasan, sebagian diserap oleh Jawa Barat.
"Untuk melihat percepatan serapan gabah, saya melihat ada empat faktor. Satu, dari luas panen ternyata Bulog Subdivre Banyumas masih tinggi terutama di Kabupaten Cilacap," katanya usai Rapat Koordinasi Percepatan Sergap Se-Eks Keresidenan Banyumas di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis sore.
Dalam hal ini, kata dia, potensi luas panen di Kabupaten Cilacap pada bulan Oktober hingga Desember hampir mencapai 20.000 hektare.
Sementara di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga masing-masing sekitar 8.000 hektare sedangkan Banjarnegara sekitar 4.000 hektare.
"Artinya, potensi di empat kabupaten ini sampai bulan Desember masih sekitar 40.000-50.000 hektare. Itu dari luas panen," kata dia yang juga Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan.
Ia mengatakan faktor kedua dalam mendukung percepatan penyerapan gabah, yakni dari kapasitas gudang milik Bulog.
Menurut dia, gudang milik Bulog Subdivisi Regional Banyumas masih mampu untuk menyimpan gabah hasil sergap sebanyak 10.000 ton.
"Yang ketiga, komitmen dari mitra Bulog juga positif sehingga dengan kondisi seperti ini, diharapkan penyerapan beras untuk Subdivre Banyumas akhir bulan Oktober, November, dan Desember minimal CSHP (Cadangan Stabilitas Harga Pangan) bisa tercapai, yaitu kurangnya sekitar 9.000 ton," katanya.
Terkait dengan hal itu, Momon mengatakan berdasarkan hasil diskusi, Bulog Subdivre Banyumas sanggup menyerap beras sekitar 300 ton per hari.
Disinggung mengenai potensi hasil panen dari luasan yang ada di eks Keresidenan Banyumas, dia memperkirakan sekitar 240.000 ton gabah kering panen.
"Kalau dikonversi ke beras, ada 120.000 ton beras. Kalau diambil 10.000 ton untuk diserap Bulog, berarti peluang yang cukup positif," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bulog Divisi Regional Jawa Tengah Djoni Nur Ashari mengatakam stok beras gudang Bulog hingga saat ini sebanyak 160.000 ton yang diperkirakan mencukupi kebutuhan hingga bulan Februari 2018.
Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya tetap harus melakukan penumpukan stok karena Jawa Tengah harus memasok daerah lain yang defisit.
"Saat ini, kami sudah mengirim ke luar Jawa sebanyak 47.000 ton dari Jawa Tengah," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan dalam penyerapan gabah untuk memenuhi CSHP melalui fleksibilitas harga pembelian beras sebesar Rp8.030 per kilogram, Bulog Subdivre Banyumas menempati posisi kedua dari enam subdivre yang ada di Jawa Tengah.
Akan tetapi untuk penyerapan gabah secara reguler, kata dia, Bulog Subdivre Banyumas menempati posisi kelima di Jawa Tengah.
Menurut dia, hal itu disebabkan hasil panen petani di eks Keresidenan Banyumas tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar setempat.
"Beras itu merupakan pasar yang terintegrasi. Artinya, panen di Banyumas tidak hanya untuk Banyumas, juga diserap oleh daerah lain," katanya.
Dia mencontohkan hasil panen dari Kabupaten Cilacap yang dekat dengan perbatasan, sebagian diserap oleh Jawa Barat.