Semarang, ANTARA JATENG - Pakar teknik sipil Universitas Diponegoro Semarang Prof Han Ay Lie merancang sistem beton yang diklaim ramah lingkungan dengan efisiensi penggunaan semen.
"Pasti butuh semen untuk membuat bangunan, tetapi proses pembuatan semen kan menghasilkan limbah, yakni CO2," katanya usai dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Undip di Semarang, Rabu.
Menurut dia, komponen beton yang mengakibatkan pencemaran lingkungan adalah semen dimana CO2 yang dihasilkannya bisa mengakibatkan "greenhouse effect", debu, gangguan suara dan getaran.
Bahkan, kata dia, setiap produksi satu kilogram semen menghasilkan sampai 0,6-0,77 kg gas CO2, sementara pada 2016 produksi semen tercatat mencapai 75,3 ton secara nasional.
Persoalan lainnya, kata putri Han Bing Hoo, salah satu pendiri Undip itu mengatakan bahan yang dibutuhkan untuk semen berasal dari tambang, khususnya silika yang lama-lama akan habis.
"Ya, silika itu kan dapatnya ditambang. Kalau semakin lama ditambang kan semakin habis. Masyarakat luar negeri lebih mengandalkan baja untuk bangunan, namun di Indonesia mengandalkan beton," katanya.
Namun, perempuan kelahiran Semarang, 9 November 1956 itu mengatakan dampak pencemaran dari penggunaan semen bisa disiasati dan diefisienkan dengan penggunaan model beton bergradasi.
"Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan beton bergradasi bisa menghemat sampai 23 persen berat semen. Dengan demikian, bisa menurunkan emisi gas sebesar 12 juta ton per tahun," katanya.
Agar kebutuhan semen bisa dikurangi, lanjut dia, balok beton bisa dibuat berlapis-lapis dengan kekuatan yang berbeda-beda, seperti daerah yang membutuhkan kekuatan kecil kadar semennya rendah.
Han dari Undip melakukan riset itu bekerja sama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dan Nihon University di Koriyama, Jepang yang menghasilkan metode beton bergradasi dengan peralihan halus antarlapisan.
"Kendalanya, menggradasi bahan tidak mudah. Kalau di skala laboratorium bisa dihasilkan peralihan secara halus antara beberapa lapisan kekuatan beton. Namun, perlu dimekanisasi," katanya.
Ke depan, Han mengatakan hasil penelitian itu akan terus dikembangkan, yakni dimekanisasi sehingga bisa digunakan untuk pembuatan beton skala besar, seperti untuk gedung dan bangunan lainnya.