"Kami mengerahkan dua 'tug boat' untuk menarik tongkang itu ke tengah," kata Kepala Seksi Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) Adpel Tanjung Intan, Hari Widianto, di Cilacap, Selasa petang.

Ia memperkirakan jika air laut pasang, tongkang tersebut dapat segera ditarik ke tengah.

"Kalau airnya tinggi, akan mudah ditarik ke tengah, mungkin bisa malam ini (Selasa malam, red.)," katanya.

Informasi yang dihimpun, tongkang tersebut terdampar di Pantai Tegalkamulyan sejak Senin (16/6), sekitar pukul 13.00 WIB, akibat dihempas gelombang tinggi.

Tongkang tersebut rencananya akan membongkar muatan sekitar 7.000 ton di dermaga milik Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Karangkandri, Cilacap.

Kendati demikian, terdamparnya tongkang tersebut tidak mengganggu produksi listrik PLTU Karangkandri yang berkapasitas 2x300 megawatt karena sebelumnya ada pasokan batu bara yang dibongkar dari tongkang lainnya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan bahwa gelombang tinggi masih berpeluang terjadi di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta hingga 19 Juni 2014 meskipun tidak setinggi beberapa hari sebelumnya yang sempat mencapai kisaran 3-5 meter.

"Tinggi gelombang maksimum di wilayah pantai selatan Cilacap hingga Yogyakarta pada 17-19 Juni berpeluang mencapai 2-3 meter, sedangkan di wilayah Samudra Hindia selatan Cilacap berpeluang mencapai 3-3,5 meter," katanya.

Menurut dia, gelombang tinggi tersebut terjadi akibat pengaruh angin timur yang cenderung searah.

Dalam hal ini, kata dia, angin yang bertiup searah dengan kecepatan tinggi berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi.

"Kami imbau nelayan tradisional yang menggunakan kapal berukuran kecil untuk berhati-hati saat melaut karena gelombang tinggi dapat terjadi sewaktu-waktu," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024