"Dengan festival ini, kami mengajak semua orang untuk mengembalikan orientasi bangsa ini ke laut," katanya di Magelang, Kamis.

Ia menjelaskan tentang kembali kepada orientasi bangsa kelautan sebagai ke keluasan tanpa batas, sebagai bangsa penjelajah yang berani menempuh risiko untuk membangun peradaban sendiri.

Tema BWCF 2013 yang berlangsung di Borobudur dan kawasannya di Kabupaten Magelang serta di Yogyakarta itu, adalah "Arus Balik: Memori Rempah dan Bahari Nusantara, Kolonial dan Poskolonial".

Ia menjelaskan bahwa kegiatan itu untuk mengangkat kembali kekayaan bahari Nusantara yang telah lama dilupakan.

Kekayaan bahari itu, katanya, sebagai suatu peradaban besar yang lahir dan tumbuh di laut.

Ia mengemukakan bahwa Nusantara terbentuk oleh wilayah bahari yang menyatukan ribuan pulau.

Bahkan, katanya, sebelum muncul imperium besar Sriwijaya pada abad ke-7, telah terbangun hubungan yang luas dan intensif antarpulau, baik hubungan ekonomi, budaya, maupun politik.

Pada masa itu, katanya, bangsa Nusantara sudah berhubungan dengan bangsa-bangsa di kawasan lain, seperti Asia Timur, Asia Pasifik, Asia Selatan, Timur Tengah, hingga Afrika.

"Itu suatu hubungan kuno yang terbentuk oleh pertukaran budaya, religius, dan perdagangan," kata Yoke yang juga salah satu pendiri Samana Foundation sebagai penyelenggara BWCF itu. Festival tersebut pada 2013, sebagai penyelenggaraan pada tahun kedua, setelah pertama kali pada 2012.

Selain terbentuk oleh laut, katanya, Nusantara juga terbentuk oleh perdagangan rempah.

Akan tetapi, katanya, bangsa Nusantara kemudian terpecah-pecah menjadi pulau-pulau yang terus menjadi objek perebutan bangsa Eropa, terutama kekayaan rempahnya.

"Orientasi Nusantara tidak lagi mengarah ke keluasan laut yang tanpa batas melainkan ke daratan. Itulah arus balik Nusantara, meninggalkan lautan menuju daratan yang sempit. Nusantara seolah melupakan kekayaannya yang utama, melupakan keunggulan rempahnya," katanya.

Sekitar 250 peserta mengikuti festival tahunan yang merupakan pertemuan penulis, pekerja kreatif, akademisi, dan pegiat budaya yang selama ini memberikan perhatian secara serius terhadap sejarah Nusantara.

Rangkaian BWCF 2013, antara lain seminar tentang bahari dan rempah, pemutaran film tentang kekayaan budaya laut Nusantara, pentas musik, peluncuran buku mengenai peradaban bahari Nusantara, pembacaan karya sastra tentang laut dan peradaban bahari.

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024