Para siswa kelas 12 yang sebagian mengenakan baju berbagai corak batik sambil bertepuk tangan dan mengikuti lagu yang sedang didendangkan salah satu pemain grup band tersebut untuk mengisi waktu sambil menunggu pengumuman kelulusan siswa SMAN I, yang akan diumumkan sekitar pukul 16.00 WIB.

Namun, siapa sangka jika salah satu siswa SMAN I Suarakarta yang memegang alat musik tersebut merupakan peserta yang sukses meraih nilai terbaik ujian nasional (UN) kedua tingkat nasional.

Salah satu pelajar SMAN I Surakarta tersebut, yakni Aditya Agam Nugraha, siswa kelas 12 IPA 4 di sekolah itu. Dia selain memiliki prestasi dalam pendidikan juga memainkan alat musik organ.

Jemari Aditya Agam Nugraha yang juga akrab dipanggil Agam tersebut kelihatan lincah dan lihai dalam memainkan organ untuk mengiringi sebuah lagu yang dibawakan vokalisnya.

Menurut Agung Budi siswa kelas 12 IPA 3 SMAN I Surakarta, bahwa Agam memang orangnya memiliki hobi main musik terutama bersama grup band di sekolahnya.

"Agam selain pintar memainkan alat musik organ, dia juga siswa berprestasi di sekolah ini. Dia nilai UN rata-rata 9,78 atau mendapat peringkat dua nasional," katanya.

Menurut Agung, pergaulan Agam di sekolah cukup baik dan supel terhadap siapa saja. Organisasi di sekolah juga banyak yang diikuti, dia pandai bergaul juga.

Menurut Guru Bimbingan Konseling SMAN I Surakarta, Sugeng, siswanya yang mendapat meraih prestasi pada UN tahun ini, Aditya Agam Nugraha kelas 12 IPA 4.

Agam adalah siswa yang sederhana dan pandai bergaul, tetapi dia juga menonjol dalam bidang kesenian terutama memainkan alat musik organ.

Menurut Sugeng, siswanya tersebut selain berprestasi sebagai pelajar teladan, juga menonjol di bidang musik. Dia bersama teman-teman mendirikan grup band di sekolah.

"Orang banyak yang tidak menyangka, jika Agam yang hobinya memainkkan alat musik itu, mampu berprestasi dengan nilai UN terbaik kedua tingkat nasional," katanya.

Dia selain sering mengikuti kegiatan kesenian musik, kata dia, juga ekstrakulikuler pramuka dan anggota Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) di SMAN I. Majelis ini merupakan dewan pengawas kinerja organisasi siswa intra sekolah (OSIS).

Agam merupakan anak pertama dari dua saudara pasangan pegawai negeri sipil, Tri Nugroho Joko Mulyono dan Siti Sismarwiyati yang beralamat rumah di Sanggrahan RT I RW 02 Pucangan Kartasura Sukoharjo.

Menurut dia, Agam memang sejak dari SMPN I Kartasura mempunyai prestasi dengan nilai UN rata-rata 9,43 atau 37,70 dari empat mata pelajaran yang diujikan.

"Agam sebelumnya meraih prestasi pelajar teladan di Kota Surakarta, dan kemudian maju ke tingkat provinsi," katanya.

Ia menjelaskan, jumlah siswa SMAN I Kota Surakarta yang mengikuti UN tahun ini, sebanyak 382 peserta yang terbagi dari 265 siswa jurusan IPA, 47 siswa aksel, dan 70 siswa IPS.

"Tingkat kelulusan UN tahun ini, 100 persen. Namun, nilai rata-rata hasil UN meningkat rangking satu tingkat provinsi Jateng. Sekolahnya, pada UN tahun sebelumnya hanya peringkat satu tingkat Kota Surakarta, tetapi kini tingkat Provinsi," katanya.

Bahkan, peserta terbaik kedua UN tingkat nasional direbut oleh Aditya Agam Nugroho, siswanya SMAN I Kota Surakarta.

Menurut Aditya Agam Nugroho, dirinya merasa mimpi dan tidak menyangka mampu meraih peringkat kedua nasional dari hasil UN. Hal ini, sangat memanggakan dirinya, keluarga, dan sekolahnya yang bisa meraih prestasi terbaik kedua nasional.

"Saya justru tidak menyangka mampu meraih prestasi nasional. Hal ini, berkat ketekunan belajar dan rajin berdoa,"kata Agam usai memainkkan musik di sekolahnya.

Kunci Sukses
Apa kunci kesuksesan Aditya Agam Nugraha yang mampu mencapai prestasi terbaik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.

Ia mengatakan pertama kesadaran diri pribadi dengan niatnya belajar, tekun membaca, dan banyak mengerjakan latihan soal-soal ujian tahun sebelumnya.

"Saya belajar seperti siswa lainnya, tetapi jika ada kekurangan mata pelajaran saya harus mengejar hingga betul betul mengerti atau bisa," katanya.

Menurut Agam dengan banyak membaca buku mata pelajaran yang dilakukan waktunya sejak jauh hari sebelum UN, maka dirinya betul betul dapat menguasai apa isi dalam buku tersebut. Hal ini, khusus mata pelajaran yang perlu hafalan seperti Bahasa Indonesia, Biologi, dan Bahasa Inggris.

Namun, kata Agam, untuk mata pelajaran Matematika atau Fisika yang membutuhkan logika harus banyak mengerjakan latihan soal-soal agar menguasai berbagai tipe soal.

"Saya belajar saat UN tidak mesti mata pelajaran yang diujikan hari itu. Saya yang kurang menguasai mata pelajaran itu, yang harus dikejar," kata Agam.

Dia berharap kepada teman-teman yang kini masih duduk di kelas 10 dan 11 untuk mencapai prestasi terbaik. Mereka harus memiliki kesadaran pribadi, berniat belajar untuk menguasai mata pelajaran, dan banyak latihan soal-soal.

"Banyak latihan soal-soal ini, akan memudahkan kita dalam menghadapi berbagai ragam naskah UN yang diujikan," katanya.

Jadi Dokter
Menurut Aditya Agam Nugraha, bahwa dirinya yang mampu meraih nilai UN rata-rata 9,78 tersebut rencana masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

"Saya akan masuk ke Kedokteran UGM melalui peserta undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)," katanya.

Menurut Agam, dirinya sejak duduk masuk kelas 10 SMA bercita-cita menjadi dokter yang banyak bekerja untuk kepentingan sosial. Hal itu, juga mendapat dukungan dari kedua orang tuanya.

"Orang tuanya sangat mendukung saya masuk Kedokteran," katanya.

Menurut Tri Nugroho Joko Mulyono, orang tua Agam, bahwa anaknya tersebut berniat melanjutkan ke Kedokteran UGM, sedangkan dirinya sebagai orang tua wajib mendukung.

Menurut dia, Agam selain memiliki prestasi di sekolah juga memiliki kegemaran main musik. Dia sering tampil bersama teman-temannya di sekolah atau ikut memeriahkan acara lainnya.

"Dia juga sering bermain olahraga futsal bersama temannya," katanya.

Meskipun, Agam berprestasi dengan nilai UN rata-rata 9,78, tetapi dia mengaku masih kurang untuk memahami mata pelajaran bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, Jawa, dan Inggris.

Padahal, dirinya mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan ibu Agam juga sebagai guru mengajar Bahasa Inggris. Namun, Agam itu kurang memahami mata pelajaran bahasa.


Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025