Solo (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menjadi perguruan tinggi swasta (PTS) peraih hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi terbanyak tingkat LLDIKTI VI Jawa Tengah.
Kepala Bidang Riset Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) UMS Prof Ambarwati di Solo, Jawa Tengah, Sabtu mengatakan capaian tersebut membanggakan dalam pendanaan Hibah Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat tahun 2025.
“Alhamdulillah sebanyak 109 proposal dari UMS dinyatakan lolos mendapatkan pendanaan riset dari DPPM. Proposal terdiri dari 54 riset skema Penelitian Fundamental Reguler (PFR), 23 riset skema Penelitian Tesis Magister (PTM), 16 riset skema Penelitian Disertasi Doktor (PDD), delapan riset skema Penelitian Terapan Luaran Model (PT-LM), dan delapan riset skema Penelitian Terapan Luaran Prototipe (PT-LP),” katanya.
Dari 109 tersebut UMS berhasil mendapatkan total dana sebesar Rp11.555.810.000. Capaian ini membawa UMS kembali sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) penerima hibah riset terbanyak tingkat LLDIKTI Wilayah VI Jawa Tengah.
Ia mengatakan capaian tersebut merupakan hasil dari proses pendampingan dan pembinaan intensif yang dilakukan oleh LRI kepada para dosen pengusul proposal.
“Strategi kami setiap tahun hampir sama, dimulai dari sosialisasi, menulis bersama, hingga pendampingan yang kami lakukan secara sistematis,” katanya.
Pada tahun ini, meskipun prosesnya bertepatan dengan bulan Ramadhan dan masa libur Lebaran, baik tim LRI maupun periset tetap semangat mengikuti semua rangkaian kegiatan meskipun untuk pendampingan skema PTM dan PDD terpaksa dilakukan secara daring.
Tidak hanya itu, keseriusan LRI pada tahun ini melibatkan tujuh orang validator yang siap melayani, memfasilitasi, dan mengoreksi secara maksimal proposal-proposal yang akan disetorkan ke DPPM.
Ia mengatakan LRI UMS menerapkan sistem pendampingan berbasis kelompok, yakni satu fasilitator mendampingi 7-10 proposal. Para fasilitator tersebut merupakan reviewer yang telah berpengalaman dan dipilih berdasarkan kesesuaian bidang keilmuan periset. Para fasilitator bertugas mengecek dan memberikan saran perbaikan baik dari aspek administratif maupun aspek substansi proposal.
“Sebelum submit, semua proposal dilakukan pengecekan oleh tim validator terutama dari aspek administrasi. Apalagi tahun ini lembaga penelitian memang mendapat tugas dari DPPM untuk melakukan pengecekan pada semua proposal yang akan disubmit by system,” katanya.
Di tahun yang sama, sebanyak 332 proposal riset berhasil disubmit di BIMA dan lolos 109 proposal dengan persentase kelolosan proposal sebesar 32,8 persen.
Ambarwati mengatakan secara jumlah proposal yang berhasil disubmit tahun ini lebih banyak. Sedangkan yang dinyatakan lolos pendanaan menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2024.
“Namun pencapaian ini tetap patut disyukuri mengingat adanya kebijakan efisiensi dari pemerintah, termasuk efisiensi dana riset yang tentunya dampak ini juga dirasakan oleh semua perguruan tinggi di Indonesia,” katanya.
Saat ini LRI juga sedang menunggu hasil seleksi proposal Program Hilirisasi Riset-Pengujian Model dan Prototipe pendanaan Direktorat Hilirisasi dan Kemitraan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi.
Dalam hal ini, dikatakannya, LRI UMS terus mendorong periset untuk bisa berpartisipasi pada perolehan dana riset eksternal. Oleh karena itu, LRI berencana melakukan pendampingan pada proposal riset dengan TKT 3-6.
“Yang belum berhasil lolos pendanaan DPPM tahun 2025 untuk berikhtiar mendapatkan pendanaan dari sumber lain,” katanya.
Ambarwati menyampaikan dalam waktu dekat akan dilakukan pendampingan submit proposal skema RIIM Kompetisi pendanaan BRIN batch 2 yang akan ditutup pada 30 Juni 2025.
“LRI insya Allah akan kembali melakukan sosialisasi, menulis bersama, dan klinik pendampingan proposal untuk skema RIIM Kompetisi pendanaan BRIN. Harapan kami proposal yang belum beruntung mendapatkan pendanaan dari DPPM dapat memperoleh pendanaan dari BRIN,” katanya.
Menurut dia, saat ini LRI UMS tidak hanya berfokus mendapatkan pendanaan riset nasional, namun juga mulai berupaya untuk memfasilitasi periset mendapatkan hibah riset pendanaan internasional.
“Kami siapkan skema baru dan terus adaptif. Pendanaan internasional membutuhkan strategi yang berbeda, namun proses dasarnya tetap sama yaitu sosialisasi, penulisan, dan pendampingan. Kami bahkan berupaya menghadirkan narasumber dari penerima hibah internasional sehingga mereka bisa menyampaikan sharing best practices strategi yang mereka lakukan sehingga sukses mendapatkan pendanaan riset internasional,” katanya.
Dengan cara ini, diharapkan periset UMS mendapatkan bekal dan lebih siap dalam menyiapkan proposalnya. LRI UMS terus berusaha agar ke depan jumlah proposal yang lolos makin meningkat dan memberikan dampak yang lebih luas bagi pengembangan riset dan inovasi di Indonesia.