Menurut mantan Ketua Umum Himatekindo Indonesia itu, kedatangan mereka ke situs itu—masih versi masyarakat sekitar Gunung Padang—bukan karena berkembangnya isu mistik tentang hubungan kekuasaan dan Gunung Padang.

Namun, kata Muhammad Nasir— salah satu deklarator Gerakan Nasional Kebudayaan di Istana Cipanas, 20 April 2013—menganggap situs itu peninggalan leluhur yang sangat luar biasa.

Sebagai informasi, ekskavasi tampak luar situs Gunung Padang akan menuju tahapan penting. Eskavasi yang melibatkan masyarakat ini akan dinamakan “Eskavasi Kemuliaan Merah Putih”.

Sepeti yang diberitakan sebelumnya, tim terpadu riset mandiri telah mengidentifikasi kemungkinan adanya peninggalan purbakala yang terpendam di dalam tanah. Selama ini, sudah dilakukan ekskavasi lokal. Di dalam mekanisme kerja ada ketua tim, peneliti, asisten peneliti, dan tenaga lokal. Tenaga lokal bekerja dengan biaya yg ditanggung oleh tim.

Karena tim tidak mampu membiayai tenaga lokal dalam jumlah besar—padahal situs yang akan diteliti luas sekali—, dibuka sukarelawan yang bekerja secara sukarela. Karena tim tidak memiliki dana yang cukup besar, tim mengharapkan dukungan masyarakat untuk bersedia bekerja secara sukarela sebagai tenaga lokal/pendamping.

Saat ini, telah untuk membuka tampak luar situs ini butuhkan 100 arkeolog (jurusan ini di Indonesia terdapat di empat universitas, yakni UI, UGM, Unud, Unhas). Ditambah sekitar 250—500 masyarakat yang terdiri atas TNI, Polri , budayawan, masyarakat lokal, aktivis lingkungan, dll.

Dari pendaftaran yang dibuka sejak 23 April, berdasarkan informasi Nasir, sudah ada ratusan sukarelawan yang mendaftar dari berbagai penjuru Indonesia. "Pada tanggal 11—12 Mei kami rencanakan untuk melaksanaan Ekskavasi," pungkas pernyataan Nasir.

Pewarta : Kliwon
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024