"Empat sekolah dasar (SD) itu adalah SD Negeri 1 Jati Kulon, SD Islam Terpadu Al Islam, SD Masehi, dan Madrasah Ibtidaiyah NU Banat," kata Program Director Djarum Foundation Primadi H. Serad di Kudus, Selasa.

Menurut dia usai penandatanganan naskah kesepakatan program Pakem di SD 1 Jati Kulon, program tersebut berlangsung selama tiga tahun yang dimulai dari 2013 hingga 2016.

"Masing-masing sekolah tersebut akan mengirimkan 10 tenaga pendidiknya untuk mengikuti rangkaian program peningkatan kualitas pendidikan melalui program Pakem," ujarnya.

Ke depan, kata dia, akan ditambah enam sekolah lain yang dinilai memiliki kualifikasi menjalankan program pembelajaran yang dinilai selaras dengan kurikulum terbaru itu.

Melalui program pembelajaran tersebut siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif, tidak hanya sekadar mendengarkan penyampaian materi dari guru.

Ia mengatakan, program tersebut lebih difokuskan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) pengajar.

"Segala upaya dalam peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai dari peningkatan kualitas tenaga pendidiknya," ujarnya.

Program tersebut, katanya, bertujuan untuk memberikan bekal bagi guru dan kepala sekolah, sehingga mereka mampu menjadi tenaga pendidik yang berkualitas dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswanya.

Menurut dia, biaya yang dibutuhkan untuk pelatihan selama tiga tahun itu sebesar Rp8 miliar.

"Dari anggaran sebesar itu, sekitar 70 persen di antaranya berasal dari BNI dan selebihnya dari Djarum Foundation," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, ada 10 guru SMP yang diikutkan dalam pelatihan untuk peningkatan kualitas pendidikan.

Puluhan guru yang mendapatkan pelatihan tersebut diharapkan bisa menularkan ilmu yang diperolehnya kepada guru lainnya yang belum mendapat kesempatan mengikuti pelatihan tersebut.

Penandatanganan naskah kesepakatan tersebut dilakukan Primadi H. Serad dan Vice President Corprate Community Responsibility (CCR) BNI Nancy Martasuta.

Nancy Martasuta mengatakan, model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa, bukan model baru, karena di negara asing sudah cukup lama diberlakukan.

"Bahkan, saya mengalaminya ketika di luar negeri pada tahun 1968," ujarnya.

Meskipun baru saat ini diberlakukan di Tanah Air, katanya, tidak ada kata terlambat, karena upaya meningkatkan kualitas generasi muda lewat pendidikan masih terbuka peluang.

"Tentunya tidak ada yang menginginkan bangsa ini dipimpin oleh orang asing karena kita juga memiliki potensi dan kesempatan untuk menyamai kualitas SDM dengan negara lain," ujarnya.

Ia menegaskan, BNI serius mendukung upaya peningkatan kualitas pendidikan di Tanah Air melalui program Pakem tersebut.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024