"Pesanan untuk ekspor memang banyak, namun kami sulit memenuhinya. Bahkan untuk permintaan pasar dalam negeri saja, sulit dipenuhi," kata pengelola Kelompok Usaha Keramik Khas Klampok "Mustika", Tri Mulyantoro di Banjarnegara, Selasa.

Menurut dia, keramik khas Klampok sebenarnya memiliki peluang pasar yang sangat besar karena pesanan berupa poci mencapai ribuan set.

Akan tetapi, kata dia, para perajin keramik khas Klampok sering kali tidak bisa memenuhi pesanan tersebut sesuai jumlah yang dipesan.

Dalam hal ini, dia mencontohkan kapasitas produksi keramik jenis poci di Kelompok Usaha Keramik "Mustika" berkisar antara 1.500-2.000 set per bulan, sedangkan pesanan dari perusahaan teh sering kali lebih dari 2.000 set.

Sementara untuk ekspor, lanjutnya, jumlah yang dipesan mencapai satu kontainer dan harus dipenuhi dalam dua bulan, sedangkan kemampuan produksi dari seluruh perajin berkisar antara 6.000-8.000 set per bulan.

"Kalau ekspor, memang ada permintaan. Hanya saja, untuk memenuhi pasar dalam negeri kadang kurang, kemudian kalau ekspor harus tepat waktu, kualitasnya juga harus sempurna, itu menjadi pertimbangan," paparnya, menjelaskan.

Selain itu, kata dia, jumlah tenaga kerja di sektor industri keramik Klampok terbatas, sedangkan proses produksinya lambat.

Menurut dia, beberapa cara agar permintaan pasar dalam negeri maupun luar negeri dapat terpenuhi di antaranya dengan menambah tenaga kerja dan meningkatkan proses produksi menggunakan peralatan modern.

Terkait masalah tenaga kerja, dia mengatakan, pemerintah sebenarnya dapat membantu melalui program magang bagi pengangguran maupun pemuda putus sekolah.

"Mereka bisa kita latih selama dua hingga tiga bulan dengan difasilitasi oleh pemerintah. Nanti kalau sudah terampil bisa dipekerjakan di perajin-perajin yang membutuhkan," tuturnya.

Ia mengatakan, di Kecamatan Purwareja Klampok, Banjarnegara, saat ini ada 20 perajin keramik khas Klampok yang memiliki karyawan maupun tungku pembakaran sendiri.


Pewarta : Sumarwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024