"Kritikan tersebut kami peroleh dari seorang wisatawan asing asal Belanda, beberapa waktu lalu," kata Kepala Pengelola Museum Kretek Kudus Suyanto di Kudus, Rabu.

Selain menerima kritik mengenai aroma tembakau, kata dia, beberapa wisatawan asing juga ada yang menanyakan ketersediaan peralatan untuk mempraktikkan pembuatan rokok kretek.

Ia terpaksa memberikan penjelasan bahwa di museum ini tidak menyediakan peralatan dan bahan pendukung untuk mempraktikkan pembuatan rokok kretek.

"Untuk praktik, tentunya harus datang ke pabrik rokok yang ada di Kudus," ujarnya.

Meski demikian, kata dia, sejumlah kritik dan masukan dari sejumlah wisatawan tersebut akan ditampung, kemudian akan disampaikan kepada atasannya.

Adapun jumlah wisatawan yang berkunjung ke museum tersebut selama Januari hingga Juni 2012 mencapai 22.962 orang.

Dari puluhan ribu pengunjung tersebut, sebanyak 9.191 orang di antaranya merupakan pelajar, selebihnya wisatawan asing dan umum.

Sedangkan jumlah wisatawan asing berjumlah 90 orang yang berasal dari sejumlah negara di Dunia, seperti Jerman, Belanda, Amerika, Prancis dan Malaysia.

Kunjungan terbanyak, katanya, selama Juni 2012 yang mencapai 4.847 orang, sebanyak 13 pengunjung di antaranya merupakan wisatawan asing.

"Jumlah wisatawan asing terbanyak pada Februari 2012 yang mencapai 28 wisawatan," ujarnya.

Koleksi yang ada di dalam museum tersebut, memang tidak terlihat ada sesuatu yang baru karena hampir sebagian besar merupakan koleksi lama.

Di antaranya, patung yang menggambarkan proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan secara manual sampai menggunakan teknologi modern, serta patung sejumlah tokoh penting yang berperan dalam memajukan bisnis rokok di Indonesia.

Untuk menarik minat wisatawan, objek wisata museum yang berada di Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati itu, Pemkab Kudus menambah fasilitas permainan, seperti "water boom", technopark, mini teather, dan taman bermain anak.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024