Dari pantauan, Minggu, telaga yang memiliki luas 10 hektare tersebut nyaris tidak tampak karena tertutupi rumput dan perdu yang tumbuh subur pada tanah gambut hasil sedimentasi.

Genangan air yang ada di telaga itu hanyalah berupa muara parit pembuangan dari kompleks candi. Selain itu, jalan setapak dari kompleks Candi Arjuna pun tertutup rumput tebal.

Berdasarkan catatan, Dinas Pengelola Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah pada 2008 pernah mengeruk material sedimentasi di Telaga Balekambang dengan pagu anggaran Rp1 miliar dan dilakukan dalam dua tahap.

Pengerukan ini dilakukan sebagai upaya pengembangan objek wisata di sekitar kompleks Candi Arjuna karena Telaga Balekambang diproyeksikan menjadi objek wisata air. Akan tetapi, pascapengerukan tersebut, Telaga Balekambang kembali dipenuhi material sedimentasi.

Saat dikonfirmasi wartawan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Banjarnegara, Suyatno mengatakan, material sedimentasi yang menutupi Telaga Balekambang akibat erosi dari lahan kentang di lereng bukit sebelah barat kompleks Candi Arjuna. "Setiap kali turun hujan, air dari ladang kentang tersebut membawa lumpur dan masuk ke telaga," katanya.

Ia mengaku prihatin atas tingginya sedimentasi di Telaga Balekambangan.

Menurut dia, Telaga Balekambang yang pernah dikeruk pada tahun 2008 ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Dieng karena keindahan alamnya. Pascapengerukan tersebut, Telaga Balekambang kerap dijadikan sebagai arena lomba memancing.

Akan tetapi saat ini, lanjutnya, kondisi Telaga Balekambang sangat memrihatinkan dan terancam lenyap. "Solusinya, Telaga Balekambang harus dikeruk lagi. Namun biayanya mahal dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara belum mampu," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024