Banjarnegara (ANTARA) - Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menilai Keramik Klampok memiliki nilai sejarah panjang dan layak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb) nasional karena menjadi bagian penting dari perkembangan industri kerajinan di Indonesia.

“Keramik Klampok bukan sekadar produk kerajinan, tetapi wujud dari perjalanan ekonomi dan kebudayaan Banjarnegara yang sudah berlangsung hampir satu abad,” kata Ketua TACB Kabupaten Banjarnegara Heni Purwono di Banjarnegara, Rabu.

Ia mengatakan akar sejarah industri keramik di Klampok tidak lepas dari peran tokoh besar Banjarnegara, Soemitro Kolopaking Poerbonegoro. Menurut dia, tokoh tersebut dikenal sebagai perintis awal industri kerajinan Keramik Klampok pada era 1930-an.

“Ketika bekerja di Bandung, Soemitro Kolopaking membawa sampel tanah dari Banjarnegara ke Balai Pusat Keramik di Bandung. Dari hasil uji coba, diketahui kualitas tanah tersebut sangat baik untuk bahan baku keramik dan harganya lebih murah 20 persen dibanding keramik impor dari Jepang,” katanya.

Berdasarkan catatan Van Goudoever dalam harian De Locomotief Semarang tahun 1939 dan buku karya J Van Baal berjudul Mensen in Verandering (1967), kata dia, Soemitro juga menemukan teknik pencampuran bubuk batu baterai untuk menghasilkan keramik yang lebih mengkilap dan kuat.

Oleh karena itu, kata dia, temuan tersebut menjadi tonggak penting bagi berkembangnya tradisi pembuatan keramik di Klampok.

Menurut dia, kejayaan Keramik Klampok berlanjut pada tahun 1970-an melalui peran Kandar Atmomiharjo yang mendirikan perusahaan besar bernama Meandalai.

Bahkan, lanjut dia, produk-produk Meandalai dikenal luas karena kualitas artistiknya dan sempat menembus pasar ekspor.

“Nilai sejarah, pengetahuan teknis, dan kesinambungan tradisi yang masih hidup sampai sekarang merupakan bukti kuat bahwa Keramik Klampok memenuhi kriteria untuk diajukan sebagai Warisan Budaya Tak benda,” katanya.

Terkait dengan hal itu dia mengatakan TACB bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Banjarnegara menggelar diskusi kelompok terpumpun mengenai Keramik Klampok di Aula Dinparbud Banjarnegara pada Selasa (14/10).

Menurut Heni, diskusi kelompok terpumpun tersebut diikuti oleh pengrajin, akademisi, dan pemerhati budaya sebagai bagian dari proses penyusunan dokumen pengajuan Keramik Klampok ke dalam daftar WBTb Indonesia.

Sementara itu Sekretaris Dinparbud Kabupaten Banjarnegara Arif Subagyo mengatakan pengajuan Keramik Klampok sebagai WBTB merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah untuk mengangkat kembali identitas budaya dan memperkuat daya tarik wisata berbasis edukasi.

Menurut dia, hal itu dilakukan karena Klampok memiliki potensi luar biasa, baik dari sisi sejarah, ekonomi, maupun kerajinan.

Ia mengharapkan dengan penetapan sebagai WBTB, Klampok semakin dikenal dan berkembang sebagai kawasan wisata budaya yang berdaya saing.

Dalam hal ini, kata dia, kawasan Klampok juga menyimpan jejak sejarah penting berupa bekas kawasan pabrik gula serta tata kota lama yang masih bisa dikembangkan sebagai wisata edukatif dan sejarah industri.

“Seluruh potensi ini saling terkait. Jika kita bisa menampilkan sejarah, kerajinan, dan kawasan lamanya secara terpadu, Klampok bisa menjadi contoh bagaimana warisan budaya dapat menjadi motor penggerak ekonomi kreatif daerah,” ucap Arif.

Baca juga: Nasi Megono dan Lopis Krapyak Pekalongan ditetapkan sebagai WBTb nasional

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025