Hal itu disampaikan Syafii Maarif dalam peluncuran buku terbarunya tentang solusi bagi konflik Israel-Palestina yang berjudul "Gilad Atzmon: Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionisme" di Kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Senin malam.

"Dia (Gilad) merupakan seorang humanis, bukan marxis, dan dia menyebut dirinya sebagai `self-hating Jew`, seorang Yahudi yang membenci diri sendiri karena kelakukan nenek moyangnya," kata tokoh yang biasa disapa Buya itu.

Dengan bukunya tersebut, kata Buya Syafii Maarif, pemahaman tentang Zionisme dan Yahudi dapat dibedakan sehingga persepsi bahwa orang Yahudi itu jahat dan bangsa penindas bisa diluruskan.

"Saya melihat Gilad fenomenal, memiliki pemikiran berbeda dengan pemikir yang lain, tetapi dia punya alasan yang cukup kokoh dari faktor sejarah maupun teologis," kata Buya yang berkenalan dengan Gilad lewat media internet.

"Dia salah satu tokoh yang mengusulkan `one state solution` untuk konflik berkepanjangan itu, negara Palestina, sementara bangsa Yahudi tetap diperbolehkan untuk tinggal di sana," kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.

Buya juga menyayangkan konflik Palestina-Israel justru diabaikan di kalangan negara Arab sendiri, padahal kalangan pemikir Yahudi seperti Gilad Atzmon atau Noam Chomsky justru telah terang-terangan membela nasib rakyat Palestina.

Sementara tentang sikap dan dukungan Indonesia terhadap solusi untuk Palestina, Buya menilai seharusnya pemerintah berpegang teguh pada amanat Undang Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa "penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan".

Gilad Atzmon adalah tokoh Yahudi tulen yang merupakan cucu dari tokoh sayap kanan organisasi teror Israel, Irgun. Namun, Gilad yang juga pemusik itu kini hijrah ke London untuk aktif dalam sejumlah kegiataan yang membela hak kemerdekaan rakyat Palestina.

Sejumlah tokoh lintas agama dan nasional turut hadir dalam peluncuran buku itu, di antaranya tokoh Katolik Franz Magnis Soeseno, Ketua Persatuan Gereja Indonesia Andreas Yewangoe dan anggota Komisi I DPR Jeffrie Geovanie

Pewarta : -
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025