Kudus (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamen Dikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengapresiasi berdirinya kampus Sekolah Dasar (SD) Multilingual di Desa Getasrabi, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus karena bisa menjadi barometer kemajuan pendidikan di Indonesia.

"Harapannya SD Multilingual ini nantinya tidak hanya menjadi pelopor kemajuan pendidikan di Desa Getasrabi saja, tetapi di tanah air," ujarnya saat menghadiri peresmian SD Aisyiyah Multilingual Darussalam Kudus di Desa Getasrabi, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Jumat.

Hadir dalam peresmian SD yang didirikan Pimpinan Ranting Aisyiyah Desa Getasrabi, Kecamatan Kaliwungu Kudus itu Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir beserta jajaran, serta sejumlah tamu undangan.

Menurut dia kehadiran sekolah tersebut menjadi bukti pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

Meskipun lokasinya di desa, kata dia, sekolah ini memiliki visi global dengan memperkenalkan pengajaran multibahasa sejak dini, yang dapat memicu kecerdasan anak dalam berbagai aspek.

Ia menambahkan bahwa inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk membangun sekolah bermutu, dengan fokus pada pengembangan kecerdasan ganda yang mencakup kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual.

Kunjungan ini menegaskan komitmen Kementerian Pendidikan dalam mendukung inovasi di bidang pendidikan untuk mencetak generasi unggul Indonesia.

Sejak awal, kata dia, pemerintah memang mendorong generasi muda untuk diperkenalkan bahasa di luar bahasa ibunya.

Menurut dia hal itu salah satu pondasi untuk menyongsong Indonesia Emas 2045 agar bisa bersaing di tingkat global.

"Jangan sampai negara kita tertinggal dengan negara lain," ujarnya.

Sementara itu, Kepala SD Aisyiyah Multilingual Darussalam Amrina Fatihatun Nisa menambahkan pelajaran bahasa yang diajarkan yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, dan Bahasa Arab.

Bahkan, kata dia, untuk Bahasa Jawa juga diajarkan Bahasa Jawa Halus atau Kromo Inggil, dengan harapan anak-anak sekarang mengetahui bahasa ibunya.

Untuk jumlah siswanya, imbuh dia, untuk sementara ada 72 orang yang terbagi tiga kelas, yakni kelas 1, 2 dan 3.


Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2024