Semarang (ANTARA) - Penulis Tere Liye berbagi kisah awal kecintaannya dalam menulis, pentingnya melakukan riset, sampai  berbagi semangat untuk terus mengasah diri mendapatkan ide menulis serta alasan perlunya terus berkarya, pada malam puncak peringatan Milad ke-9 MAN Insan Cendekia Pekalongan, Sabtu (24/8/2024) malam.

"Saya menulis sejak kecil karena menyenangkan. Sejak SD mulai menulis puisi, sajak. Tulisan saya kirim ke majalah, tapi tidak dimuat. Begitu juga saat SMP juga tidak dimuat. Baru saat SMA dimuat koran lokal. Jika kalian tidak mulai menulis dari sekarang, terlambat. Tulislah yang kalian suka," kata pria kelahiran Sumatera Selatan ini mengawali cerita dan membakar semangat ratusan santri MAN ICP juga masyarakat sekitar yang hadir pada malam itu.

Sebanyak 15 tulisan ditolak, kata dia yang meyakini menulis bisa mengubah banyak hal, dan baru tulisannya yang ke16 diterima koran nasional. Kecintaan menulisnya terus meningkat sampai akhirnya di 2005, dirinya mulai menjatuhkan pilihannya untuk menekuni menulis novel.

"Sampai hari ini saya sudah punya 68 buku. Anak-anakku besok lusa kalau kalian besar, akan ada banyak pilihan tidak semua harus jadi presiden. Bapak ibu guru kalian mungkin banyak pilihan, tapi mereka memilih menjadi guru. Begitu juga Om Tere memilih sebagai penulis buku, menulis artikel di medsos, mengkriitisi sebagai penulis quote," katanya.

Pilihan menulis tersebut, kata Tere Liye, karena ada keinginan untuk meninggalkan sesuatu yang bermanfaat meskipun telah mati, seperti para penulis masyhur di antaranya Imam Ghazali yang telah mati ratusan tahun, terpisah ribuan kilometer makamnya, tetapi pembaca tetap bisa merasakan manfaat dari buku yang ditinggalkannya.

"Jika di dunia hanya mengikuti pola, kerja, pulang, kerja lagi, lalu mati. Sudah selesai. Apa yang bisa ditinggalkan. Tidak semua harus jadi penulis, seperti bidan di pedalaman yang mendidik masyarakat setempat jauh lebih besar nilai dirinya daripada mereka yang followernya puluhan juta," kata Tere Liye yang menegaskan ide menulis bisa dari mana saja.

Bahkan saat hanya sebotol air mineral, lanjut dia, bisa dibuat sebagai tulisan dengan beragam genre baik horor, action, bahkan sampai romansa menyakitkan jika punya kreatifitas. Tere Liye pun menyampaikan dengan detail gambaran dari ketiga genre tersebut secara apik yang kemudian disambut dengan tepuk tangan para penonton.

Di penghujung acara, Tere Liye pun menyampaikan kisah inspiratif mengenai cerita penyu, burung pipit, dan pohon kelapa, bahwa siapa pun dengan menjadi versi terbaiknya bisa memberikan banyak kebaikan tanpa disadari meskipun seolah takdir tidak berpihak padanya.

Kepala Sekolah MAN Insan Cendekia Pekalongan Khoirul Anam mengatakan Insan Cendekia Pekalongan in Action atau Inception 2024 merupakan rangkaian dari peringatan Milad ke-9 MAN IC Pekalongan (jatuh pada 3 Agustus). Beragam acara seperti jalan sehat, sejumlah lomba, bazar buku, expo kampus, gelar kreasi, talkshow, dan lainnya digelar pada kegiatan tersebut. 

Puan Fatma Fawwazah, Wakil Ketua Angkatan X Verist De Funzionera (Verziora) MAN Insan Cendekia Pekalongan saat ditemui bersama para santri lainnya di tengah mengularnya barisan untuk meminta tanda tangan Tere Liye mengaku senang.

"Senang bisa mendengarkan langsung dorongan semangat dari penulis Tere Liye. Banyak insight baru yang kami dapatkan dari acara ini," kata Puan yang saat itu membawa novel Tere Liye berjudul Rasa.  Penulis Tere Liye saat berbagi kisah dan semangatnya di MAN Insan Cendekia Pekalongan, Sabtu (24/8/2024). ANTARA/Nur Istibsaroh

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024