Solo (ANTARA) - Produsen makanan dan minuman PT Nestlé Indonesia berkomitmen mewujudkan pertanian berkelanjutan sebagai bagian untuk melestarikan sumber daya bagi generasi mendatang.
Head of Sustainable Agriculture perusahaan Syahrudi melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Solo, Jawa Tengah, Sabtu mengatakan perusahaan tersebut telah bermitra dengan para peternak di Jawa Timur.
"Saat ini, kami turut mendorong mereka untuk mengimplementasikan praktik pertanian berkelanjutan sebagai bagian untuk melestarikan sumber daya bagi generasi mendatang," katanya.
Nestlé Indonesia Factory Manager Imelda Mayasari mengatakan perlu lebih banyak dukungan untuk meningkatkan peternakan sapi perah rakyat di Jawa Timur. Oleh karena itu, dikatakannya, salah satu upaya perusahaan adalah membentuk tim yang bertugas mendampingi para peternak untuk membantu mereka meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar mereka.
Ia mengatakan perusahaan tersebut membangun pabrik di Kejayan, Pasuruan pada tahun 1988. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku susu, pihaknya bekerja sama koperasi setempat.
"Pabrik Kejayan untuk menghasilkan beberapa produk-produk susu. Tentunya, kami memerlukan bahan baku susu segar yang kami peroleh secara lokal dari mitra kami, para peternak sapi perah yang berada di Jawa Timur," katanya.
Dengan menggunakan sumber daya lokal, pihaknya dapat memastikan kualitas dan kesegaran susu.
"Ini untuk produk kami sekaligus mendukung penghidupan para peternak sapi perah di Jawa Timur. Hal ini memperkuat rantai pasokan dan memastikan aliran bahan baku berkualitas tinggi yang stabil," katanya.
Ia mengatakan saat ini tim tersebut sudah mendampingi lebih dari 15.000 peternak sapi perah di Jawa Timur. Menurut dia, ada beberapa program yang diselenggarakan dengan melibatkan para peternak, di antaranya pelatihan praktik peternakan sapi perah yang baik dan berkelanjutan, pengoptimalan produktivitas dan kualitas, serta dorongan untuk menjalankan bisnis yang lebih ramah lingkungan.
"Bantuan dan pelatihan ini sejalan dengan misi jangka panjang Nestlé untuk mendukung dan mempercepat transisi menuju sistem pangan regeneratif, yang tidak hanya melindungi tetapi juga memulihkan lingkungan untuk generasi masa depan," katanya.
Sementara itu Head of Milk Procurement & Dairy Development perusahaan Ida Royani mengatakan terus mendorong peningkatan peternakan sapi perah di Jawa Timur sekaligus membangun masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.
Hal ini tidak hanya dilakukan di Jawa Timur tetapi juga di Jawa Tengah.
"Saat ini kami sudah menuju bagaimana para peternak dapat menjalankan usaha dengan penerapan praktik peternakan yang ramah lingkungan demi melindungi lahan dan sumber daya untuk tahun-tahun mendatang. Salah satu contohnya ialah mendorong pemanfaatan pakan ternak yang mampu menekan emisi karbon yang dihasilkan sapi," katanya.
Pihaknya bersama dengan mitra Yayasan Rumah Energi juga memperkenalkan program untuk mengelola limbah peternakan sapi perah menjadi biogas untuk mendorong ekonomi sirkular dan mengurangi dampak industri terhadap lingkungan sejak 2010.
Sampai dengan saat ini, perusahaan tersebut sudah membantu membangun lebih dari 8.700 unit kubah biogas untuk mengelola kotoran sapi menjadi energi terbarukan yang dapat digunakan untuk memasak dan penerangan.
"Limbah slurry yang dihasilkan dari pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan pakan ternak. Ini menciptakan sistem pertanian sirkular terintegrasi pada peternakan sapi perah di Jawa Timur, sejalan dengan ambisi Nestlé untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2050," katanya.
Head of Sustainable Agriculture perusahaan Syahrudi melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Solo, Jawa Tengah, Sabtu mengatakan perusahaan tersebut telah bermitra dengan para peternak di Jawa Timur.
"Saat ini, kami turut mendorong mereka untuk mengimplementasikan praktik pertanian berkelanjutan sebagai bagian untuk melestarikan sumber daya bagi generasi mendatang," katanya.
Nestlé Indonesia Factory Manager Imelda Mayasari mengatakan perlu lebih banyak dukungan untuk meningkatkan peternakan sapi perah rakyat di Jawa Timur. Oleh karena itu, dikatakannya, salah satu upaya perusahaan adalah membentuk tim yang bertugas mendampingi para peternak untuk membantu mereka meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar mereka.
Ia mengatakan perusahaan tersebut membangun pabrik di Kejayan, Pasuruan pada tahun 1988. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku susu, pihaknya bekerja sama koperasi setempat.
"Pabrik Kejayan untuk menghasilkan beberapa produk-produk susu. Tentunya, kami memerlukan bahan baku susu segar yang kami peroleh secara lokal dari mitra kami, para peternak sapi perah yang berada di Jawa Timur," katanya.
Dengan menggunakan sumber daya lokal, pihaknya dapat memastikan kualitas dan kesegaran susu.
"Ini untuk produk kami sekaligus mendukung penghidupan para peternak sapi perah di Jawa Timur. Hal ini memperkuat rantai pasokan dan memastikan aliran bahan baku berkualitas tinggi yang stabil," katanya.
Ia mengatakan saat ini tim tersebut sudah mendampingi lebih dari 15.000 peternak sapi perah di Jawa Timur. Menurut dia, ada beberapa program yang diselenggarakan dengan melibatkan para peternak, di antaranya pelatihan praktik peternakan sapi perah yang baik dan berkelanjutan, pengoptimalan produktivitas dan kualitas, serta dorongan untuk menjalankan bisnis yang lebih ramah lingkungan.
"Bantuan dan pelatihan ini sejalan dengan misi jangka panjang Nestlé untuk mendukung dan mempercepat transisi menuju sistem pangan regeneratif, yang tidak hanya melindungi tetapi juga memulihkan lingkungan untuk generasi masa depan," katanya.
Sementara itu Head of Milk Procurement & Dairy Development perusahaan Ida Royani mengatakan terus mendorong peningkatan peternakan sapi perah di Jawa Timur sekaligus membangun masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.
Hal ini tidak hanya dilakukan di Jawa Timur tetapi juga di Jawa Tengah.
"Saat ini kami sudah menuju bagaimana para peternak dapat menjalankan usaha dengan penerapan praktik peternakan yang ramah lingkungan demi melindungi lahan dan sumber daya untuk tahun-tahun mendatang. Salah satu contohnya ialah mendorong pemanfaatan pakan ternak yang mampu menekan emisi karbon yang dihasilkan sapi," katanya.
Pihaknya bersama dengan mitra Yayasan Rumah Energi juga memperkenalkan program untuk mengelola limbah peternakan sapi perah menjadi biogas untuk mendorong ekonomi sirkular dan mengurangi dampak industri terhadap lingkungan sejak 2010.
Sampai dengan saat ini, perusahaan tersebut sudah membantu membangun lebih dari 8.700 unit kubah biogas untuk mengelola kotoran sapi menjadi energi terbarukan yang dapat digunakan untuk memasak dan penerangan.
"Limbah slurry yang dihasilkan dari pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan pakan ternak. Ini menciptakan sistem pertanian sirkular terintegrasi pada peternakan sapi perah di Jawa Timur, sejalan dengan ambisi Nestlé untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2050," katanya.