Banyumas (ANTARA) - Akademisi yang tergabung dalam Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Prasetiya Mulya mengajak petani gula kelapa di Desa Batuanten, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, untuk melakukan standardisasi produk sebagai upaya meningkatkan kualitas dan nilai jual.
Ditemui di sela "Pelatihan Peningkatan Kualitas dan Keamanan Gula Kelapa di Desa Batuanten" yang digelar di Aula Balai Desa Batuanten, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Kamis, Ketua Tim PKM Universitas Prasetiya Mulya Dwining Putri Elfriede mengatakan kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari program Community Development berupa kuliah kerja nyata (KKN) yang dilaksanakan pada bulan Februari 2024.
Dalam hal ini, kata dia, mahasiswa yang melaksanakan KKN tersebut mengambil sampel gula kelapa yang diproduksi petani di Desa Batuanten untuk diuji di laboratorium perguruan tinggi tersebut.
"Pengujian ini ditujukan untuk mencari sampel yang terbaik dan selanjutnya akan dibuatkan SOP (Standar Operasional Prosedur)," katanya.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena kondisi gula yang ditemukan banyak ragamnya, sehingga kadang ditolak oleh pembelinya.
"Makanya kita buatkan SOP, kita pilih dulu sampel terbaik dari hasil ujinya, dan setelah didapatkan akan dilakukan observasi oleh mahasiswa di rumah produksi gula kelapa yang sampelnya dinilai terbaik itu," katanya menjelaskan.
Dia mengatakan observasi itu dimulai dari proses penderesan nira kelapa, pemasakan nira kelapa, pencetakan gula, hingga pengemasan.
Selanjutnya, hasil observasi tersebut disusun menjadi SOP untuk diimplementasikan kepada petani lainnya, agar bisa memproduksi gula kelapa sesuai dengan standar, lebih berkualitas, dan nilai jualnya lebih tinggi.
Kendati demikian, pihaknya akan kembali melakukan uji laboratorium untuk memastikan gula kelapa yang dihasilkan itu sudah sesuai dengan standar keamanan pangan.
Lebih lanjut, Dwining mengatakan selain masalah SOP dalam memproduksi gula kelapa, pihaknya juga memberikan pelatihan mengenai cara produksi yang baik.
"Jadi, selain diberi pemahaman mengenai cara produksi yang benar, juga tentang peralatan yang higienis. Di samping itu, kami juga memberikan pelatihan tentang pencatatan keuangan yang baik," kata dia yang juga ketua tim peneliti.
Kepala Desa Batuanten Yuliarto mengakui industri rumah tangga gula kelapa merupakan salah satu mata pencaharian warga Desa Batuanten, karena potensinya luar biasa.
Menurut dia, hingga saat ini jumlah petani gula kelapa di Desa Batuanten sekitar 630 orang dengan populasi pohon kelapa lebih dari 5.000 batang.
Akan tetapi, tidak semua pohon kelapa di Desa Batuanten masih produktif, karena tidak adanya regenerasi penderes nira kelapa.
Oleh karena itu, produksi gula kelapa di Batuanten fluktuatif dengan kapasitas produksi rata-rata saat sekarang hanya sebesar 18 ton per bulan.
"Kalau dulu bisa mencapai 30 ton per bulan, sekarang rata-rata 18 ton sebulan karena penderesnya berkurang," katanya menjelaskan.
Terkait dengan hal itu, dia menyampaikan terima kasih atas pelatihan yang diberikan kepada petani gula di Desa Batuanten agar bisa memproduksi gula kelapa sesuai dengan standar, sehingga lebih berkualitas dan dapat meningkatkan nilai jual.
Menurut dia, pemasaran produk gula kelapa yang dihasilkan petani di Batuanten sementara ini masih skala regional dan kadang diekspor melalui pengepul.
Ia mengharapkan ke depan, gula kelapa yang dihasilkan petani di Batuanten dapat diekspor langsung tanpa melalui pengepul, sehingga kesejahteraan petani makin meningkat.
Dia mengakui harga gula kelapa saat sekarang tergolong bagus karena mencapai Rp18.000 per kilogram di tingkat petani, harga normalnya berkisar Rp9.000-Rp11.000 per kilogram di tingkat petani.
"Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi langkah ke depan untuk lebih baik lagi dalam rangka menyejahterakan petani gula kelapa," katanya pula.
Baca juga: Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Cilacap tanam 1.600 bibit pohon kelapa
Ditemui di sela "Pelatihan Peningkatan Kualitas dan Keamanan Gula Kelapa di Desa Batuanten" yang digelar di Aula Balai Desa Batuanten, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Kamis, Ketua Tim PKM Universitas Prasetiya Mulya Dwining Putri Elfriede mengatakan kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari program Community Development berupa kuliah kerja nyata (KKN) yang dilaksanakan pada bulan Februari 2024.
Dalam hal ini, kata dia, mahasiswa yang melaksanakan KKN tersebut mengambil sampel gula kelapa yang diproduksi petani di Desa Batuanten untuk diuji di laboratorium perguruan tinggi tersebut.
"Pengujian ini ditujukan untuk mencari sampel yang terbaik dan selanjutnya akan dibuatkan SOP (Standar Operasional Prosedur)," katanya.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena kondisi gula yang ditemukan banyak ragamnya, sehingga kadang ditolak oleh pembelinya.
"Makanya kita buatkan SOP, kita pilih dulu sampel terbaik dari hasil ujinya, dan setelah didapatkan akan dilakukan observasi oleh mahasiswa di rumah produksi gula kelapa yang sampelnya dinilai terbaik itu," katanya menjelaskan.
Dia mengatakan observasi itu dimulai dari proses penderesan nira kelapa, pemasakan nira kelapa, pencetakan gula, hingga pengemasan.
Selanjutnya, hasil observasi tersebut disusun menjadi SOP untuk diimplementasikan kepada petani lainnya, agar bisa memproduksi gula kelapa sesuai dengan standar, lebih berkualitas, dan nilai jualnya lebih tinggi.
Kendati demikian, pihaknya akan kembali melakukan uji laboratorium untuk memastikan gula kelapa yang dihasilkan itu sudah sesuai dengan standar keamanan pangan.
Lebih lanjut, Dwining mengatakan selain masalah SOP dalam memproduksi gula kelapa, pihaknya juga memberikan pelatihan mengenai cara produksi yang baik.
"Jadi, selain diberi pemahaman mengenai cara produksi yang benar, juga tentang peralatan yang higienis. Di samping itu, kami juga memberikan pelatihan tentang pencatatan keuangan yang baik," kata dia yang juga ketua tim peneliti.
Kepala Desa Batuanten Yuliarto mengakui industri rumah tangga gula kelapa merupakan salah satu mata pencaharian warga Desa Batuanten, karena potensinya luar biasa.
Menurut dia, hingga saat ini jumlah petani gula kelapa di Desa Batuanten sekitar 630 orang dengan populasi pohon kelapa lebih dari 5.000 batang.
Akan tetapi, tidak semua pohon kelapa di Desa Batuanten masih produktif, karena tidak adanya regenerasi penderes nira kelapa.
Oleh karena itu, produksi gula kelapa di Batuanten fluktuatif dengan kapasitas produksi rata-rata saat sekarang hanya sebesar 18 ton per bulan.
"Kalau dulu bisa mencapai 30 ton per bulan, sekarang rata-rata 18 ton sebulan karena penderesnya berkurang," katanya menjelaskan.
Terkait dengan hal itu, dia menyampaikan terima kasih atas pelatihan yang diberikan kepada petani gula di Desa Batuanten agar bisa memproduksi gula kelapa sesuai dengan standar, sehingga lebih berkualitas dan dapat meningkatkan nilai jual.
Menurut dia, pemasaran produk gula kelapa yang dihasilkan petani di Batuanten sementara ini masih skala regional dan kadang diekspor melalui pengepul.
Ia mengharapkan ke depan, gula kelapa yang dihasilkan petani di Batuanten dapat diekspor langsung tanpa melalui pengepul, sehingga kesejahteraan petani makin meningkat.
Dia mengakui harga gula kelapa saat sekarang tergolong bagus karena mencapai Rp18.000 per kilogram di tingkat petani, harga normalnya berkisar Rp9.000-Rp11.000 per kilogram di tingkat petani.
"Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi langkah ke depan untuk lebih baik lagi dalam rangka menyejahterakan petani gula kelapa," katanya pula.
Baca juga: Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Cilacap tanam 1.600 bibit pohon kelapa