Kudus (ANTARA) - Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengundang sejumlah awak media untuk mengikuti press tour atau tur wartawan ke sejumlah sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, Senin.

Sekolah yang menjadi tujuan pertama, yakni Taman Kanak-kanak (TK) Masehi dan SMP 5 Kudus. Hadir dalam penerimaan kunjungan Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kudus Harjuna Widada beserta jajaran.

Menurut perwakilan dari Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Ariz Purwanto di Kudus, Senin, kunjungannya ke Kudus bersama sejumlah awak media karena ingin menginformasikan kepada publik bahwa sekolah di Kudus menerapkan Kurikulum Merdeka.

Ia mengakui, belum bisa memotret secara keseluruhan, karena hari ini (10/6) baru melakukan kunjungan ke dua sekolah.

Akan tetapi, kata dia, dari dua sekolah tersebut, pihaknya bersama para wartawan tentu sudah bisa melihat bahwa sudah ada praktik baik.

"Dengan melibatkan para guru serta kepala sekolahnya juga diundang ke Jakarta untuk menularkan praktik baik yang sudah berjalan," ujarnya.

Harapannya, kata dia, penerapan kurikulum merdeka dan penanganan kekerasan di sekolah bisa ditularkan kepada sekolah lain di sekitarnya.

Ia mencontohkan, di SMP 5 Kudus juga menerapkan pembelajaran digital serta terdapat aplikasi pengaduan soal perundungan.

Sementara itu, Kepala TK Masehi Kudus Agustin Ratna Ayuningsih mengakui sekolahnya sudah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak tiga tahun yang lalu, menyusul ditetapkannya sebagai sekolah penggerak.

Dengan kurikulum merdeka, kata dia, anak-anak bisa menunjukkan kreativitasnya karena ada program kegiatan gelar karya.

"Bahkan, orang tua mengapresiasi karena akhirnya mengetahui kreativitas anaknya lewat gelar karya yang bisa dibawa pulang anaknya untuk ditunjukkan," ujarnya.

Kepala SMP 5 Kudus Abdul Rochim mengungkapkan sebagai sekolah yang lebih dahulu menerapkan kurikulum merdeka, kini sudah berkembang cukup pesat dan bisa bersaing dengan sekolah di kota besar.

"Kami juga memiliki aplikasi untuk mencegah perundungan karena siswa setiap saat bisa melaporkan ketika menjumpai atau mengalami perundungan. Identitas siswa juga dirahasiakan," ujarnya.

SMP 5 Kudus juga memiliki program khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan akademis, dengan melibatkan tim ahli dari kampus, terutama untuk mendeteksi ada tidaknya anak berkebutuhan khusus (ABK) sehingga penanganannya bisa tepat.


Baca juga: Pemkab Kudus targetkan semua guru pahami kurikulum merdeka

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024