Semarang (ANTARA) - Sebanyak 500 kapal nelayan ikut memeriahkan tradisi Sedekah Laut Larung Sesaji yang digelar masyarakat di Kampung Nelayan Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah, Minggu.

Proses sedekah laut menjadi tradisi rutin yang sempat terhenti karena pandemi itu berlangsung semarak dimeriahkan ribuan masyarakat dan nelayan Tambaklorok.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu bersama jajaran forkopimda mengikuti prosesi larung sesaji, dengan melarung kepala kerbau dan aneka makanan tradisional hingga ke tengah laut.

"Saya merasa sangat bangga dan mengapresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh masyarakat nelayan Tambaklorok yang tetap menjaga kelestarian tradisi Sedekah Laut Larung Sesaji," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.

Menurut dia, sedekah laut tersebut tidak hanya sebagai bentuk rasa syukur atas hasil laut yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan para nelayan.

Namun, kata dia, tradisi tersebut juga sebagai ungkapan permohonan kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan keberkahan, keselamatan, dan kelancaran dalam melaut.

"Tradisi ini merupakan wujud kearifan lokal yang harus kita pelihara bersama," kata orang nomor satu di Pemerintahan Kota Semarang itu.

Ia mengatakan bahwa peran nelayan sangat penting sebagai garda terdepan dalam menjaga dan memanfaatkan sumber daya laut.

"Melalui tradisi Sedekah Laut Larung Sesaji ini, kita diingatkan untuk selalu menjaga kelestarian ekosistem laut dan alam," katanya.

Ia berharap nelayan bisa diberi keselamatan saat melaut, mendapat ikan yang melimpah, dan mendapatkan kesejahteraan dari pekerjaannya.

"Ini menjadi salah satu cara nguri-uri budaya, menghormati leluhur, melalui kegiatan tradisional seperti ini. Ini merupakan momentum untuk semakin meningkatkan rasa syukur, kepedulian, dan tanggung jawab kita bersama terhadap kelestarian laut," katanya.

Ita menjelaskan bahwa Sedekah Laut Larung Sesaji bisa menjadi salah satu agenda yang masuk dalam kalender event tahunan Pemerintah Kota Semarang.

"Ini bisa jadi event tahunan, dan jadi destinasi wisata baru, Sedekah Laut Larung Sesaji," katanya.

Sementara itu, Ketua panitia sedekah laut Suwartono mengatakan bahwa kegiatan tersebut memang sempat berhenti selama empat tahun karena pandemi.

"Alhamdulillah bisa berjalan lagi, meskipun hasil swadaya masyarakat dan nelayan. Tahun sebelumnya hanya sekadar 'selametan' (syukuran) saja. Ini merupakan bentuk nguri-uri budaya," katanya.

Dalam proses sedekah laut, kepala kerbau dilarung bersama sesaji dan makanan tradisional, setelah telah dilakukan doa bersama oleh para nelayan dan masyarakat Tambaklorok.

"Ada 500 perahu yang ikut. Harapannya kami semua khususnya nelayan bisa mendapatkan tangkapan yang berlimpah di laut, mudah-mudahan tidak ada halangan apapun," katanya.

Suwartono berharap kegiatan Sedekah Laut Larung Sesaji bisa menjadi agenda rutin Pemerintah Kota Semarang sehingga bisa dianggarkan dalam APBD.
 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024