Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan keberadaan co-working space atau ruang kerja bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memfasilitasi penelitian dan riset yang dilakukan di daerah.
"Alhamdulillah, bersama Sekretaris Utama BRIN Ibu Nur Tri Aries Sustiningtyas hari ini meresmikan co-working space BRIN untuk di wilayah Jawa Tengah yang ada di Kota Semarang," kata Ita, sapaan akrabnya, di Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Senin, usai tempat tersebut di gedung yang sebelumnya difungsikan sebagai Kantor Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
Menurut dia, keberadaan ruang kerja bersama BRIN di Semarang bisa memberikan dukungan kepada pemerintah daerah (pemda) dari riset dan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti.
"Tadi ada beberapa penemuan-penemuan yang sangat luar biasa dan itu sangat dibutuhkan bagi masyarakat Kota Semarang. Ada pendeteksi banjir dan longsor, serta untuk Daerah Aliran Sungai (DAS), kemudian ada kontrol emisi udara," katanya.
Apabila selama ini kontrol emisi udara hanya statis berada di satu titik, lanjut dia, pada temuan itu kontrol emisi udaranya bisa digunakan di sepeda motor atau untuk ojek online.
"Kita bisa kerja sama kan dengan perusahaan-perusahaan ojek online untuk uji coba," kata Ita.
Tak hanya itu, lanjut dia, ada pula hasil riset polibag yang mudah terurai karena terbuat dari ketela dan limbahnya, sebab selama ini polibag setelah dipakai tidak bisa terurai sehingga menimbulkan limbah atau sampah plastik yang semakin menumpuk.
"Kami akan pakai untuk pilot projectnya Program Perdu Semerbak Kota Semarang, begitu dipakai dibuang sudah akan terurai," katanya.
Bahkan, kata dia, ada pula limbah-limbah plastik yang bisa diubah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang bisa digunakan oleh para nelayan di perahu atau kapal.
"Kami bersinergi menyediakan tempat bagi periset. Fasilitas berupa tempat untuk meeting, kami menambah meja dengan stop kontak karena mereka senjatanya laptop dan gadget. Ada free Wifi dan ada juga dilengkapi kafe. Tak hanya itu, ada area outdoor serta pojok baca untuk hasil riset BRIN," katanya.
Sementara itu Sekretaris Utama BRIN Nur Tri Aries Suestiningtyas menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang atas penyediaan ruang kerja bersama untuk BRIN.
"Apalagi sistem kerjanya BRIN memang co-working space ya. Ini menjadi satu model yang baik, bagaimana responsif dan inovatifnya Pemkot Semarang yang secara cepat menyediakan untuk menunjang para peneliti," katanya.
Di BRIN, kata dia, ruang kerja bersama di Kota Semarang itu merupakan co-working space ketiga yang dimiliki BRIN setelah di Jakarta dan Bali.
"Lokasinya sangat strategis, ada di pusat kota dan pusat pemerintahan. Harapannya dengan ini kami bisa lebih dekat dengan masyarakat," katanya.
"Kami sudah lihat sarana prasarana di sini yang sangat memadai. Di sini akan ada 21 pusat riset yang mengakomodir hampir 150 periset. SDM inilah yang harus dimanfaatkan untuk menghasilkan karya-karya baru," ujarnya.
Baca juga: Pemkot Semarang gandeng BRIN majukan pertanian lewat teknologi
"Alhamdulillah, bersama Sekretaris Utama BRIN Ibu Nur Tri Aries Sustiningtyas hari ini meresmikan co-working space BRIN untuk di wilayah Jawa Tengah yang ada di Kota Semarang," kata Ita, sapaan akrabnya, di Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Senin, usai tempat tersebut di gedung yang sebelumnya difungsikan sebagai Kantor Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
Menurut dia, keberadaan ruang kerja bersama BRIN di Semarang bisa memberikan dukungan kepada pemerintah daerah (pemda) dari riset dan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti.
"Tadi ada beberapa penemuan-penemuan yang sangat luar biasa dan itu sangat dibutuhkan bagi masyarakat Kota Semarang. Ada pendeteksi banjir dan longsor, serta untuk Daerah Aliran Sungai (DAS), kemudian ada kontrol emisi udara," katanya.
Apabila selama ini kontrol emisi udara hanya statis berada di satu titik, lanjut dia, pada temuan itu kontrol emisi udaranya bisa digunakan di sepeda motor atau untuk ojek online.
"Kita bisa kerja sama kan dengan perusahaan-perusahaan ojek online untuk uji coba," kata Ita.
Tak hanya itu, lanjut dia, ada pula hasil riset polibag yang mudah terurai karena terbuat dari ketela dan limbahnya, sebab selama ini polibag setelah dipakai tidak bisa terurai sehingga menimbulkan limbah atau sampah plastik yang semakin menumpuk.
"Kami akan pakai untuk pilot projectnya Program Perdu Semerbak Kota Semarang, begitu dipakai dibuang sudah akan terurai," katanya.
Bahkan, kata dia, ada pula limbah-limbah plastik yang bisa diubah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang bisa digunakan oleh para nelayan di perahu atau kapal.
"Kami bersinergi menyediakan tempat bagi periset. Fasilitas berupa tempat untuk meeting, kami menambah meja dengan stop kontak karena mereka senjatanya laptop dan gadget. Ada free Wifi dan ada juga dilengkapi kafe. Tak hanya itu, ada area outdoor serta pojok baca untuk hasil riset BRIN," katanya.
Sementara itu Sekretaris Utama BRIN Nur Tri Aries Suestiningtyas menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang atas penyediaan ruang kerja bersama untuk BRIN.
"Apalagi sistem kerjanya BRIN memang co-working space ya. Ini menjadi satu model yang baik, bagaimana responsif dan inovatifnya Pemkot Semarang yang secara cepat menyediakan untuk menunjang para peneliti," katanya.
Di BRIN, kata dia, ruang kerja bersama di Kota Semarang itu merupakan co-working space ketiga yang dimiliki BRIN setelah di Jakarta dan Bali.
"Lokasinya sangat strategis, ada di pusat kota dan pusat pemerintahan. Harapannya dengan ini kami bisa lebih dekat dengan masyarakat," katanya.
"Kami sudah lihat sarana prasarana di sini yang sangat memadai. Di sini akan ada 21 pusat riset yang mengakomodir hampir 150 periset. SDM inilah yang harus dimanfaatkan untuk menghasilkan karya-karya baru," ujarnya.
Baca juga: Pemkot Semarang gandeng BRIN majukan pertanian lewat teknologi