Kudus (ANTARA) - Perayaan tradisi Bulusan di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang diperingati setiap 8 Syawal 1445 Hijriah atau mampu menyerap pedagang kaki lima (PKL) sebanyak 200 orang.
"Kami juga berupaya mengemas perayaan bulusan semakin menarik. Selain menghadirkan kirab gunungan yang berisi aneka hasil bumi, masing-masing peserta kirab juga menghadirkan teatrikal terkait sejarah bulusan," kata Seksi Acara Perayaan Tradisi Bulusan Kudus Muhammad Aris di Kudus, Rabu.
Sehingga, kata dia, acaranya semakin menarik, termasuk bagi masing-masing peserta kirab juga semangat untuk membuat aneka gunungan maupun teatrikalnya semakin menarik masyarakat untuk menyaksikannya karena rute kirab menyusuri jalan-jalan pedesaan.
Hasilnya, imbuh dia, tradisi bulusan tahun ini mampu menarik minat 200-an pedagang kaki lima dari berbagai daerah untuk ikut meramaikan perayaan tahun ini.
Untuk tarif sewa tempat jualan, katanya, tergantung luas arealnya, namun tarif sewanya berkisar antara Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per lapak.
Karena prediksinya jumlah pengunjung juga meningkat, maka panitia menyiapkan tiket masuk sebanyak 10.000 lembar.
Perayaan Bulusan, bagi warga sekitar dianggap sebagai upaya memperingati hari lahirnya (Khaul) bulus, yang menurut cerita bulus tersebut merupakan jelmaan dua orang manusia yang bernama Kumoro dan Komari murid Kiai Dudo.
Suparti, salah satu pedagang gerabah asal Jepara mengakui hampir setiap tahun menyewa tempat berjualan di acara bulusan.
"Tahun lalu sangat ramai pembeli. Mudah-mudahan, tahun ini juga sama karena cuacanya juga mendukung cukup cerah," ujarnya.
Baca juga: Lokasi resmi penjualan takjil di Solo
"Kami juga berupaya mengemas perayaan bulusan semakin menarik. Selain menghadirkan kirab gunungan yang berisi aneka hasil bumi, masing-masing peserta kirab juga menghadirkan teatrikal terkait sejarah bulusan," kata Seksi Acara Perayaan Tradisi Bulusan Kudus Muhammad Aris di Kudus, Rabu.
Sehingga, kata dia, acaranya semakin menarik, termasuk bagi masing-masing peserta kirab juga semangat untuk membuat aneka gunungan maupun teatrikalnya semakin menarik masyarakat untuk menyaksikannya karena rute kirab menyusuri jalan-jalan pedesaan.
Hasilnya, imbuh dia, tradisi bulusan tahun ini mampu menarik minat 200-an pedagang kaki lima dari berbagai daerah untuk ikut meramaikan perayaan tahun ini.
Untuk tarif sewa tempat jualan, katanya, tergantung luas arealnya, namun tarif sewanya berkisar antara Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per lapak.
Karena prediksinya jumlah pengunjung juga meningkat, maka panitia menyiapkan tiket masuk sebanyak 10.000 lembar.
Perayaan Bulusan, bagi warga sekitar dianggap sebagai upaya memperingati hari lahirnya (Khaul) bulus, yang menurut cerita bulus tersebut merupakan jelmaan dua orang manusia yang bernama Kumoro dan Komari murid Kiai Dudo.
Suparti, salah satu pedagang gerabah asal Jepara mengakui hampir setiap tahun menyewa tempat berjualan di acara bulusan.
"Tahun lalu sangat ramai pembeli. Mudah-mudahan, tahun ini juga sama karena cuacanya juga mendukung cukup cerah," ujarnya.
Baca juga: Lokasi resmi penjualan takjil di Solo