Banyumas (ANTARA) - Direktur RSUD Ajibarang Noegroho Harbani mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan pelayanan untuk pasien khususnya yang menjalani rawat inap di ruang perawatan kelas 3 rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Banyumas itu.
"Jadi, 90 persen pasien RSUD Ajibarang itu dari BPJS Kesehatan, itu yang kesatu. Yang kedua, 90 persen adalah menengah ke bawah," kata Noegroho di RSUD Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Sabtu.
Dalam hal ini, katanya, masyarakat menengah ke bawah sering kali memiliki perilaku membawa tikar dan barang bawaan yang cukup banyak ketika ada anggota keluarga yang menjalani rawat inap di rumah sakit.
Dengan demikian jika perilaku tersebut dibiarkan, akan menimbulkan kesan kumuh.
"Oleh karena itu, kami melakukan analisis dan inovasi dengan membuat ruangan yang nyaman dan bersih untuk ruang rawat inap kelas 3," katanya.
Ia menjelaskan, inovasi tersebut berupa jumlah pasien dalam satu ruangan di ruang rawat inap kelas 3 sebanyak empat orang yang dilengkapi dengan satu kamar mandi, penyejuk udara, oksigen sentral, dan bel untuk memanggil perawat.
Selain itu, ruangan tersebut juga dilengkapi dengan lampu tidur, lampu baca, tempat tidur pasien yang multifungsi, dan tempat duduk atau sofa multifungsi.
"Sofa ini kalau malam bisa untuk tidur bagi penunggu pasien, sehingga tidak perlu tikar. Juga bisa digunakan pasien untuk duduk ketika jenuh di tempat tidur pada siang hari, sehingga secara sugesti membantu kenyamanan," katanya.
Bahkan, kata dia, bagian bawah sofa tersebut dapat difungsikan sebagai lemari untuk menyimpan barang bawaan pasien maupun penunggunya.
Kendati harga sofa tersebut lebih mahal dibandingkan dengan pengadaan kursi biasa, dia mengatakan hal itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kenyamanan pasien dan telah diterapkan di seluruh ruang rawat inap yang berkapasitas 147 tempat tidur.
"Kapasitasnya 147 tempat tidur karena ini rumah sakit tipe C, maksimal 200 tempat tidur," katanya.
Lebih lanjut, Noegroho mengatakan sebagian layanan ruang rawat inap kelas 3 bakal dipindah ke gedung baru berkapasitas 104 tempat tidur yang akan dibangun di atas lahan dengan luas sekitar 900 meter persegi yang berada bagian belakang rumah sakit.
Menurut dia, lelang pembangunan gedung baru tersebut akan dilaksanakan pada akhir Maret dan pelaksanaan pembangunan perkirakan sekitar enam bulan, sehingga diharapkan dapat selesai pada bulan Oktober-November.
Selain ruang rawat inap kelas 3, kata dia, pihaknya juga berupaya meningkatkan kualitas pelayanan untuk pasien rawat jalan melalui penataan ruang pendaftaran maupun fasilitas lain agar tidak terkesan kumuh, memangkas alur layanan, dan sebagainya.
Disinggung mengenai layanan bagi pasien yang berasal dari keluarga miskin, dia mengaku bersyukur jika saat ini Kabupaten Banyumas telah mencapai cakupan kesehatan semesta (universal health coverage/UHC).
"Artinya, itu di-support oleh APBD. Kalau masyarakat sakit, selama desa dan masyarakat sekitar memastikan bahwa benar pasien yang bersangkutan tidak mampu, silakan datang ke RSUD Ajibarang, akan dilayani, tidak pakai biaya sepeser pun," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan keluarga pasien tersebut tetap harus mengurus administrasi dalam kurun waktu 2x24 jam.
Ia mengakui sebelum Banyumas meraih predikat UHC, RSUD Ajibarang pada tahun 2023 telah menganggarkan Rp1,7 miliar untuk memberikan bantuan keringanan biaya kepada masyarakat.
Menurut dia, anggaran tersebut meningkat dari tahun 2022 yang dialokasikan sebesar Rp600 juta.
"Ini kolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah, dengan adanya UHC dana itu akan kami geser untuk pemeliharaan dan peningkatan kualitas pelayanan karena kami awalnya sudah memasang -menganggarkan- Rp1,5 miliar cadangan, tapi ternyata ada UHC," kata Noegroho.
Baca juga: RSUD Wongsonegoro Semarang waspadai peningkatan pasien DBD anak
"Jadi, 90 persen pasien RSUD Ajibarang itu dari BPJS Kesehatan, itu yang kesatu. Yang kedua, 90 persen adalah menengah ke bawah," kata Noegroho di RSUD Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Sabtu.
Dalam hal ini, katanya, masyarakat menengah ke bawah sering kali memiliki perilaku membawa tikar dan barang bawaan yang cukup banyak ketika ada anggota keluarga yang menjalani rawat inap di rumah sakit.
Dengan demikian jika perilaku tersebut dibiarkan, akan menimbulkan kesan kumuh.
"Oleh karena itu, kami melakukan analisis dan inovasi dengan membuat ruangan yang nyaman dan bersih untuk ruang rawat inap kelas 3," katanya.
Ia menjelaskan, inovasi tersebut berupa jumlah pasien dalam satu ruangan di ruang rawat inap kelas 3 sebanyak empat orang yang dilengkapi dengan satu kamar mandi, penyejuk udara, oksigen sentral, dan bel untuk memanggil perawat.
Selain itu, ruangan tersebut juga dilengkapi dengan lampu tidur, lampu baca, tempat tidur pasien yang multifungsi, dan tempat duduk atau sofa multifungsi.
"Sofa ini kalau malam bisa untuk tidur bagi penunggu pasien, sehingga tidak perlu tikar. Juga bisa digunakan pasien untuk duduk ketika jenuh di tempat tidur pada siang hari, sehingga secara sugesti membantu kenyamanan," katanya.
Bahkan, kata dia, bagian bawah sofa tersebut dapat difungsikan sebagai lemari untuk menyimpan barang bawaan pasien maupun penunggunya.
Kendati harga sofa tersebut lebih mahal dibandingkan dengan pengadaan kursi biasa, dia mengatakan hal itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kenyamanan pasien dan telah diterapkan di seluruh ruang rawat inap yang berkapasitas 147 tempat tidur.
"Kapasitasnya 147 tempat tidur karena ini rumah sakit tipe C, maksimal 200 tempat tidur," katanya.
Lebih lanjut, Noegroho mengatakan sebagian layanan ruang rawat inap kelas 3 bakal dipindah ke gedung baru berkapasitas 104 tempat tidur yang akan dibangun di atas lahan dengan luas sekitar 900 meter persegi yang berada bagian belakang rumah sakit.
Menurut dia, lelang pembangunan gedung baru tersebut akan dilaksanakan pada akhir Maret dan pelaksanaan pembangunan perkirakan sekitar enam bulan, sehingga diharapkan dapat selesai pada bulan Oktober-November.
Selain ruang rawat inap kelas 3, kata dia, pihaknya juga berupaya meningkatkan kualitas pelayanan untuk pasien rawat jalan melalui penataan ruang pendaftaran maupun fasilitas lain agar tidak terkesan kumuh, memangkas alur layanan, dan sebagainya.
Disinggung mengenai layanan bagi pasien yang berasal dari keluarga miskin, dia mengaku bersyukur jika saat ini Kabupaten Banyumas telah mencapai cakupan kesehatan semesta (universal health coverage/UHC).
"Artinya, itu di-support oleh APBD. Kalau masyarakat sakit, selama desa dan masyarakat sekitar memastikan bahwa benar pasien yang bersangkutan tidak mampu, silakan datang ke RSUD Ajibarang, akan dilayani, tidak pakai biaya sepeser pun," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan keluarga pasien tersebut tetap harus mengurus administrasi dalam kurun waktu 2x24 jam.
Ia mengakui sebelum Banyumas meraih predikat UHC, RSUD Ajibarang pada tahun 2023 telah menganggarkan Rp1,7 miliar untuk memberikan bantuan keringanan biaya kepada masyarakat.
Menurut dia, anggaran tersebut meningkat dari tahun 2022 yang dialokasikan sebesar Rp600 juta.
"Ini kolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah, dengan adanya UHC dana itu akan kami geser untuk pemeliharaan dan peningkatan kualitas pelayanan karena kami awalnya sudah memasang -menganggarkan- Rp1,5 miliar cadangan, tapi ternyata ada UHC," kata Noegroho.
Baca juga: RSUD Wongsonegoro Semarang waspadai peningkatan pasien DBD anak