Magelang (ANTARA) - Rektor Universitas Tidar (Untidar) Magelang Sugiyarto menilai
proses demokrasi atau Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah berjalan, mari tetap bersatu.
"Proses demokrasi sudah berjalan, kita harus legowo siapapun yang menang, namanya pesta kan tidak terus-menerus, selesai ya sudah kita kembali pada posisi pekerjaan, kedudukan dan peran kita masing-masing," katanya di Magelang, Jumat.
Ia menyampaikan pada prinsipnya sebagai akademisi tidak terbawa-terbawa ke ranah politik praktis, mari kembali ke karakter budaya bangsa.
"Bagaimana kita tidak adigang adigung adiguno, kita kembali tidak menonjolkan kekuatan, banyaknya teman, tidak mengunggulkan karena jabatan, karena kedudukan, tidak mengunggulkan karena kepandaian," katanya.
Bagi para relawan sudah saatnya tidak berbasis pada hitung cepat, tetapi harus melihat pada real count, hasilnya seperti apa, jangan sampai hasil sementara sudah beradu argumentasi, bahkan mungkin cekcok jangan sampai.
Kalau pun real count sudah ketahuan hasilnya, katanya sudah legowo saling memberikan kesempatan pada yang menang untuk bisa bekerja dengan baik dan semuanya mengambil perannya masing-masing.
"Masalah curang atau tidak, kami tidak masuk sampai ke ranah sana, berita itu siapa pun bisa membuatnya. Curang atau tidak kita tidak mau terbawa arus sana, pokoknya kita lihat secara riil saja," katanya.
Ia menyampaikan analisis secara akademis, secara nalar yang baik, secara pribadi atau mewakili para akademisi akan berbasis data yang senyatanya.
"Kalau curang atau tidak kami tidak berharap, tidak terpancing untuk mengikuti isu-isu yang ada, karena itu nanti bisa menjadi jebakan bagi kami untuk menggunakan nalar yang baik," katanya.
Baca juga: Akademisi: Pemilu bermartabat pijakan jaga kontinuitas demokrasi
proses demokrasi atau Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah berjalan, mari tetap bersatu.
"Proses demokrasi sudah berjalan, kita harus legowo siapapun yang menang, namanya pesta kan tidak terus-menerus, selesai ya sudah kita kembali pada posisi pekerjaan, kedudukan dan peran kita masing-masing," katanya di Magelang, Jumat.
Ia menyampaikan pada prinsipnya sebagai akademisi tidak terbawa-terbawa ke ranah politik praktis, mari kembali ke karakter budaya bangsa.
"Bagaimana kita tidak adigang adigung adiguno, kita kembali tidak menonjolkan kekuatan, banyaknya teman, tidak mengunggulkan karena jabatan, karena kedudukan, tidak mengunggulkan karena kepandaian," katanya.
Bagi para relawan sudah saatnya tidak berbasis pada hitung cepat, tetapi harus melihat pada real count, hasilnya seperti apa, jangan sampai hasil sementara sudah beradu argumentasi, bahkan mungkin cekcok jangan sampai.
Kalau pun real count sudah ketahuan hasilnya, katanya sudah legowo saling memberikan kesempatan pada yang menang untuk bisa bekerja dengan baik dan semuanya mengambil perannya masing-masing.
"Masalah curang atau tidak, kami tidak masuk sampai ke ranah sana, berita itu siapa pun bisa membuatnya. Curang atau tidak kita tidak mau terbawa arus sana, pokoknya kita lihat secara riil saja," katanya.
Ia menyampaikan analisis secara akademis, secara nalar yang baik, secara pribadi atau mewakili para akademisi akan berbasis data yang senyatanya.
"Kalau curang atau tidak kami tidak berharap, tidak terpancing untuk mengikuti isu-isu yang ada, karena itu nanti bisa menjadi jebakan bagi kami untuk menggunakan nalar yang baik," katanya.
Baca juga: Akademisi: Pemilu bermartabat pijakan jaga kontinuitas demokrasi