Semarang (ANTARA) - Festival Film Pendek Save Our Socmed (SOS) 2023 hadir sebagai wahana untuk merayakan kreativitas dan mempromosikan komunikasi positif di ranah digital.

Dengan tema “Bicara Baik di Digital, Hindari Emosi Tanpa Substansi,” festival ini tidak hanya mengajak generasi muda untuk berkarya tetapi juga menginspirasi mereka untuk menggunakan media sosial secara bijak.

Dalam upaya untuk memberikan wawasan mendalam tentang pembuatan film pendek, Narasi bersama Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat) mengadakan workshop online pada Sabtu, 16 Desember 2023, pukul 10.00 WIB. Workshop menghadirkan sosok muda berbakat dalam perfilman Indonesia, Wregas Bhanuteja dan Aco Tenriyagelli (Aco Tenri), yang berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka.

SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, Steve Saerang, saat membuka acara menekankan pentingnya kontribusi positif melalui karya seni.

“Bisa menyelamatkan masa depan orang lain, itu yang paling penting. Kita bisa berkontribusi untuk membuat Indonesia satu tempat platform online di Indonesia tempat yang sangat bebas untuk berkreativitas, tapi tetap bijak. Bijak berkreasi tanpa batas,” tegas Steve.

Sementara itu, Susangga Surya Alam, VP Of Brand and Marketing Narasi menyebut kolaborasi dengan Indosat ini adalah hal penting dan mungkin terjadi karena adanya semangat yang sama.

“Narasi percaya bahwa konten di media sosial memiliki kekuatan untuk menggerakkan dan bahwa anak muda Indonesia memiliki kekuatan untuk menyampaikan sesuatu di media sosial” ucap Sangga.

 

Aco Tenri sadari audiens

Selama workshop online berlangsung, dua narasumber tanpa henti memberikan pengalaman dan pengetahuan mereka.

Aco Tenri yang dikenal melalui karyanya: Quarantine Tales (2020), Drama Ratu Drama (2022) dan Wongasu (2022), memulai dengan menjelaskan apa itu hate speech atau ujaran kebencian.

Hate speech itu ujaran negatif, yang menyerang suatu identitas individu atau kelompok tertentu.” Dia menyoroti kompleksitas pemaknaan hate speech di antara berbagai kelompok, dan memahami bahwa perspektif berperan penting dalam pembuatan film.

Dalam konteks pembuatan film, Aco Tenri mengingatkan bahwa film adalah suatu bentuk cerita yang disampaikan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. Sebagai pembuat film, kita perlu menyadari adanya elemen-elemen tertentu yang pasti ada dalam film, terutama ketika mengangkat tema sensitif seperti hate speech.

“Kita sebagai filmmaker harus aware kalau ada ada elemen-elemen ini yang pasti ada di film. Punya cerita, kita punya penonton, kita punya rangkaian gambar bergerak.” ucap Aco.

Penting untuk selalu menyadari audiens yang akan menyaksikan karya kita. Dalam proses kreatif, kita perlu memahami bagaimana membungkus cerita kita dalam bentuk audio-visual agar audiens dapat benar-benar menangkap argumen atau pesan yang ingin kita sampaikan.

Kesadaran terhadap cara penyampaian pesan dan dampaknya pada penonton menjadi kunci dalam menghadapi isu sensitif seperti hate speech di dalam karya seni yang kita ciptakan.

“Perlu aware kalau kita bikin cerita ini ada yang nonton loh, dan gimana caranya membungkus itu dalam audio-visual agar penonton  menangkap betul argumen kita, atau cerita kita itu,” pungkasnya.

 

Wregas: Bisa muncul dari pengalaman pribadi

Wregas Bhanuteja memberikan perspektif pribadinya, menceritakan inspirasi di balik film pendeknya yang berkisah soal lemari.

Pada tahun 2014, Wregas lulus dari Institut Kesenian Jakarta dengan tugas akhir, sebuah film pendek berjudul Lemantun (2014) tentang lemari warisan neneknya. Sebuah cerita unik tentang warisan berupa lemari dari neneknya, yang memunculkan pertanyaan yang menuntunnya untuk menciptakan karya tersebut.

“Warisannya bukan berupa uang, bukan perhiasan tetapi berupa lemari. Jadi lemari itu selalu dibeli ketika nenek itu melahirkan satu orang anak. Dan nenek ingin lemari itu segera keluar dari rumahnya. Ada delapan lemari. Supaya tidak iri akan bentuk dan lainnya, nenek saya sudah membuat kartu undian, dengan masing-masing nomornya,” jelasnya.

Momen ini bagi Wregas cukup signifikan dan juga absurd tapi menarik menjadi sebuah cerita film.

Dia juga membagikan proses kreatifnya dalam membuat film, mengambil contoh dari keviralan di media sosial. Dia menjelaskan langkah-langkahnya dalam menciptakan karakter, menciptakan ketergangguan, menetapkan tujuan, menambahkan hambatan, dan menyajikan konflik dalam audio-visual agar penonton dapat memahami argumen atau cerita yang ingin disampaikan.

“Ide cerita tentu saja diawali dengan saya mengamati berbagai keviralan di media sosial tentang sosok perempuan yang marah dan tahu-tahu bisa viral begitu saja gara-gara berkelakuan tidak baik. Silahkan nonton Budi Pekerti, tapi kurang lebih formulanya begitu.” ucap Wregas.

 

Festival Film Pendek SOS 2023

Acara workshop tersebut adalah rangkaian kegiatan Festival Film Pendek SOS 2023. Pendaftaran untuk kompetisi ini dibuka sejak 26 Oktober 2023 hingga pengumuman pemenang pada bulan Februari 2024. Kompetisi ini diharapkan dapat menginspirasi anak muda untuk berkarya sambil memberikan pesan positif di media sosial.

Sebagai penyemangat, hadiah ratusan juta rupiah menanti pemenang dengan beberapa kategori yang akan diumumkan dalam acara Anugerah Karya Festival Film Pendek SOS pada Februari 2024 mendatang.

Dengan perpaduan workshop yang informatif dan kompetisi yang menantang, Festival Film Pendek SOS 2023 menjadi platform yang lengkap untuk mengembangkan bakat sinematik, merayakan kreativitas, dan mengedukasi tentang penggunaan positif media sosial. ***

 


Pewarta : Nur Istibaaroh/ksm
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024