Magelang (ANTARA) - Sebanyak 140 pelajar setingkat SMP se-Kota Magelang, Jawa Tengah, mengikuti Kemah Bakti Antarumat Beragama untuk menumbuhkan toleransi sejak dini, di TKL Ecopark.
"Kemah dikemas menyenangkan, sarat edukasi dan toleransi meskipun para peserta berasal dari latar belakang dan agama yang berbeda," kata Kepala Badan Kesbangpol Kota Magelang Agus Satiyo Hariyadi, di Magelang, Minggu.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Magelang tersebut merupakan salah satu program untuk menumbuhkan sikap toleransi antarumat beragama sejak dini.
"Kegiatan ini adalah upaya untuk merajut, merawat, dan mempererat tali persaudaraan di kalangan generasi muda lintas agama. Sarana membekali generasi muda tentang wawasan kebangsaan, memahami relasi keberagaman dan kepedulian terhadap lingkungan," kata Agus Satiyo Hariyadi.
Dengan demikian, lanjut dia, akan tumbuh generasi muda berkarakter cerdas, mampu bertindak adil, seimbang, solidaritas, memiliki karya, karsa, dan bermanfaat, menjadi duta damai di masa kini dan masa mendatang.
Kemah Bakti Antarumat Beragama dikemas dengan suasana gembira dan menyenangkan. Seluruh kegiatan di dalamnya bersifat edukatif, rekreatif, namun tetap fokus pada aspek pengembangan dinamika spiritual dan karakter kebangsaan, toleransi, kerukunan, moderasi beragama,sosial, kebudayaan serta intelektual.
"Materi diberikan melalui kajian literasi, diskusi. Ada materi outing, city tour ke rumah-rumah ibadah di Kota Magelang yaitu ke masjid, gereja, kelenteng, dan pura," katanya.
Wakil Wali Kota Magelang KH M Mansyur saat membuka kegiatan mengapresiasi kemah yang diikuti oleh para remaja tersebut.
Mansyur menjelaskan, secara harfiah bahasa Arab, remaja artinya "lihatlah apa-apa yang datang". Pada konteks kegiatan tersebut diharapkan para remaja melihat Kota Magelang yang guyub, rukun, dan toleran.
"Dikumpulkan sejak kecil sehingga sudah tertanam dalam jiwa, pikiran, dan hati bahwa kerukunan beragama itu penting, mewujudkan stabilitas Kota Magelang yang rukun. Harapannya gesekan, radikalisme, saling menyalahkan orang lain karena beda keyakinan itu terkikis, syukur-syukur hilang," katanya.
Baca juga: Ada 12 tenda kemah bagi pemudik di Posko Gombel Semarang
"Kemah dikemas menyenangkan, sarat edukasi dan toleransi meskipun para peserta berasal dari latar belakang dan agama yang berbeda," kata Kepala Badan Kesbangpol Kota Magelang Agus Satiyo Hariyadi, di Magelang, Minggu.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Magelang tersebut merupakan salah satu program untuk menumbuhkan sikap toleransi antarumat beragama sejak dini.
"Kegiatan ini adalah upaya untuk merajut, merawat, dan mempererat tali persaudaraan di kalangan generasi muda lintas agama. Sarana membekali generasi muda tentang wawasan kebangsaan, memahami relasi keberagaman dan kepedulian terhadap lingkungan," kata Agus Satiyo Hariyadi.
Dengan demikian, lanjut dia, akan tumbuh generasi muda berkarakter cerdas, mampu bertindak adil, seimbang, solidaritas, memiliki karya, karsa, dan bermanfaat, menjadi duta damai di masa kini dan masa mendatang.
Kemah Bakti Antarumat Beragama dikemas dengan suasana gembira dan menyenangkan. Seluruh kegiatan di dalamnya bersifat edukatif, rekreatif, namun tetap fokus pada aspek pengembangan dinamika spiritual dan karakter kebangsaan, toleransi, kerukunan, moderasi beragama,sosial, kebudayaan serta intelektual.
"Materi diberikan melalui kajian literasi, diskusi. Ada materi outing, city tour ke rumah-rumah ibadah di Kota Magelang yaitu ke masjid, gereja, kelenteng, dan pura," katanya.
Wakil Wali Kota Magelang KH M Mansyur saat membuka kegiatan mengapresiasi kemah yang diikuti oleh para remaja tersebut.
Mansyur menjelaskan, secara harfiah bahasa Arab, remaja artinya "lihatlah apa-apa yang datang". Pada konteks kegiatan tersebut diharapkan para remaja melihat Kota Magelang yang guyub, rukun, dan toleran.
"Dikumpulkan sejak kecil sehingga sudah tertanam dalam jiwa, pikiran, dan hati bahwa kerukunan beragama itu penting, mewujudkan stabilitas Kota Magelang yang rukun. Harapannya gesekan, radikalisme, saling menyalahkan orang lain karena beda keyakinan itu terkikis, syukur-syukur hilang," katanya.
Baca juga: Ada 12 tenda kemah bagi pemudik di Posko Gombel Semarang