Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah, menguatkan peran kader pos pelayanan terpadu (posyandu) untuk mencegah stunting.
"Sejalan dengan ikhtiar penurunan stunting, peran posyandu harus dikuatkan," kata Wakil Wali Kota Magelang KH M Mansyur di Magelang, Kamis.
Pemerintah Kota Magelang telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan menentukan kelurahan yang menjadi lokus penurunan stunting. Sebagai tindak lanjut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan, seperti rembuk stunting sebagai upaya nyata dalam aksi konvergensi penurunan stunting.
"Penting bagi kader posyandu juga unsur-unsur terkait, untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan yang mumpuni agar dapat memberikan kontribusi optimal dalam pencegahan dan penanganan stunting di Kota Magelang," katanya pada lokakarya Kader Posyandu di Magelang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang Istikomah menjelaskan tujuan dari kegiatan ini untuk mendukung pencegahan dan penurunan stunting di Kota Magelang. Secara khusus, untuk meningkatkan pengetahuan kader terkait gizi klinis, keterampilan penggunaan antropometri dan meningkatkan kompetensi kader dalam pemberian pelayanan di posyandu terintegrasi layanan primer.
Menurut dia, posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam kehidupan dan budaya masyarakat.
Posyandu berfungsi sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan ketrampilan dari petugas kepada masyarakat. Selain itu, mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada seluruh siklus kehidupan manusia, mulai dari ibu hamil, ibu nifas, balita, anak usia sekolah, remaja, usia produktif, dan lansia.
Paket layanan kesehatan di posyandu, di antaranya menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan fisik, pemberdayaan lansia, rujukan dan kunjungan rumah.
Ia menyampaikan peran kader posyandu menjadi penting sebagai ujung tombak pengukuran dan pembinaan kesehatan di masyarakat. Untuk itu, penting meningkatkan pengetahuan kader tentang materi gizi klinis di era pencegahan dan penurunan angka stunting serta persiapan generasi emas tahun 2045.
Kader posyandu juga perlu dibekali keterampilan menggunakan alat antropometri yang menjadi alat standar untuk mengukur tinggi badan, panjang badan dan berat badan. Data-data ini diperlukan untuk menentukan status gizi bayi dan balita di era penurunan dan pencegahan kasus stunting.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Magelang Niken Ichtiaty Nur Aziz mengapresiasi semangat kader posyandu Kota Magelang yang selalu bekerja dengan ikhlas melayani masyarakat.
Ia mengungkapkan meski banyak terdapat kader yang sudah senior tidak menyurutkan kemauan untuk belajar hal baru. Bekal wawasan yang didapat dari lokakarya ini bisa menjadi bekal untuk melaksanakan program-program yang telah dibuat, utamanya dalam mencegah stunting.
"Harapan ke depannya para kader posyandu dapat lebih berkualitas. Selain itu, juga mulai memikirkan regenerasi, karena kebanyakan sudah senior. Meski begitu, saya senang melihat semua kader tidak kendor menuntut ilmu," katanya.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka stunting di Kota Magelang sebesar 13,3 persen, nomor dua terbaik di Jawa Tengah setelah Kabupaten Grobogan (9,6 persen), sementara angka rata-rata stunting Jawa Tengah sebesar 20,9 persen.
Pemkot Magelang menargetkan angka stunting bisa turun tiap tahun sekitar 3 persen, sehingga di Kota Magelang pada tahun 2022 ditargetkan turun menjadi 11,72 persen, tahun 2023 menjadi 10,16 persen, dan tahun 2024 menjadi 8,65 persen.
"Sejalan dengan ikhtiar penurunan stunting, peran posyandu harus dikuatkan," kata Wakil Wali Kota Magelang KH M Mansyur di Magelang, Kamis.
Pemerintah Kota Magelang telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan menentukan kelurahan yang menjadi lokus penurunan stunting. Sebagai tindak lanjut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan, seperti rembuk stunting sebagai upaya nyata dalam aksi konvergensi penurunan stunting.
"Penting bagi kader posyandu juga unsur-unsur terkait, untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan yang mumpuni agar dapat memberikan kontribusi optimal dalam pencegahan dan penanganan stunting di Kota Magelang," katanya pada lokakarya Kader Posyandu di Magelang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang Istikomah menjelaskan tujuan dari kegiatan ini untuk mendukung pencegahan dan penurunan stunting di Kota Magelang. Secara khusus, untuk meningkatkan pengetahuan kader terkait gizi klinis, keterampilan penggunaan antropometri dan meningkatkan kompetensi kader dalam pemberian pelayanan di posyandu terintegrasi layanan primer.
Menurut dia, posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam kehidupan dan budaya masyarakat.
Posyandu berfungsi sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan ketrampilan dari petugas kepada masyarakat. Selain itu, mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada seluruh siklus kehidupan manusia, mulai dari ibu hamil, ibu nifas, balita, anak usia sekolah, remaja, usia produktif, dan lansia.
Paket layanan kesehatan di posyandu, di antaranya menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan fisik, pemberdayaan lansia, rujukan dan kunjungan rumah.
Ia menyampaikan peran kader posyandu menjadi penting sebagai ujung tombak pengukuran dan pembinaan kesehatan di masyarakat. Untuk itu, penting meningkatkan pengetahuan kader tentang materi gizi klinis di era pencegahan dan penurunan angka stunting serta persiapan generasi emas tahun 2045.
Kader posyandu juga perlu dibekali keterampilan menggunakan alat antropometri yang menjadi alat standar untuk mengukur tinggi badan, panjang badan dan berat badan. Data-data ini diperlukan untuk menentukan status gizi bayi dan balita di era penurunan dan pencegahan kasus stunting.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Magelang Niken Ichtiaty Nur Aziz mengapresiasi semangat kader posyandu Kota Magelang yang selalu bekerja dengan ikhlas melayani masyarakat.
Ia mengungkapkan meski banyak terdapat kader yang sudah senior tidak menyurutkan kemauan untuk belajar hal baru. Bekal wawasan yang didapat dari lokakarya ini bisa menjadi bekal untuk melaksanakan program-program yang telah dibuat, utamanya dalam mencegah stunting.
"Harapan ke depannya para kader posyandu dapat lebih berkualitas. Selain itu, juga mulai memikirkan regenerasi, karena kebanyakan sudah senior. Meski begitu, saya senang melihat semua kader tidak kendor menuntut ilmu," katanya.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka stunting di Kota Magelang sebesar 13,3 persen, nomor dua terbaik di Jawa Tengah setelah Kabupaten Grobogan (9,6 persen), sementara angka rata-rata stunting Jawa Tengah sebesar 20,9 persen.
Pemkot Magelang menargetkan angka stunting bisa turun tiap tahun sekitar 3 persen, sehingga di Kota Magelang pada tahun 2022 ditargetkan turun menjadi 11,72 persen, tahun 2023 menjadi 10,16 persen, dan tahun 2024 menjadi 8,65 persen.