Purwokerto (ANTARA) - Program Merdeka Belajar Berkelanjutan telah menjadi tonggak positif dalam upaya memperbaiki sistem pendidikan Indonesia. Salah satu kunci dalam program ini adalah pada Episode 25 yang menyoroti "Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan" dan peluncuran Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).
Landasan ini merupakan inisiatif yang sangat strategis dari empat pokok kebijakan Merdeka Belajar, yang mencakup akses, kurikulum, penilaian dan pencegahan kekerasan.
Akses yang merata
Merdeka belajar mendorong akses yang merata bagi semua anak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini tentu saja harus mencakup lingkungan belajar yang aman dan bebas dari kekerasan. Daya dukung pada episode 25 dan PPKSP yang menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan fisik, mental, dan emosional siswa. Kebijakan ini tentu saja sebagai upaya meletakan pondasi yang kokoh untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan inklusif.
Peluncuran program ini akan menjadi tonggak penting dalam upaya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Pentingnya menciptakan akses pendidikan berkualitas yang merata bagi semua anak akan menguatkan sistem pendidikan yang berkeadilan. Pada episode 25 dan PPKSP berusaha menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang aman dan bebas dari kekerasan adalah elemen krusial dalam mengembangkan seluruh potensi anak-anak secara komprehensif.
Lingkungan sekolah yang aman adalah kunci untuk menciptakan rasa percaya diri dan rasa aman bagi siswa yang mungkin selama ini merasa terancam atau takut akan keselamatan untuk memperoleh pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, melalui PPKSP, pemerintah dan lembaga pendidikan memastikan bahwa setiap anak memiliki hak untuk belajar tanpa ancaman rasa takut akibat kekerasan, diskriminasi dan atau intoleransi.
Kebijakan ini juga akan menciptakan pijakan yang kokoh untuk membentuk budaya inklusi di lingkungan sekolah. Situasi ini tentu saja memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang untuk bekerja sama, belajar satu sama lain, dan membentuk persahabatan yang kuat. Maka, inklusi adalah kunci untuk mempersiapkan generasi yang lebih sadar, toleran, dan memahami perbedaan.
Maka kebijakan ini merupakan investasi kita untuk mempersiapkan masa depan pendidikan yang lebih baik. Namun, perjalanan ini harus diperkuat dengan komitmen dan aksi nyata. Dengan mengedepankan akses yang merata, terutama dalam hal menciptakan lingkungan sekolah yang aman, kita memberikan peluang tumbuh kembang yang baik bagi anak-anak. Ini merupakan langkah penting dalam membangun pendidikan dan memastikan masa depan yang lebih cerah untuk Indonesia.
Kurikulum yang relevan
Selain akses, kurikulum yang relevan merupakan kunci yang penting dalam menciptakan pendidikan yang efektif. Program kurikulum merdeka menekankan pentingnya edukasi yang berfokus pada empati, kepemimpinan positif, dan penanganan konflik yang sehat. Dengan melibatkan siswa dalam proses merawat satu sama lain dan menciptakan budaya inklusi di sekolah, maka kita sedang berusaha mempersiapkan generasi yang lebih sadar dan bertanggung jawab. Ini adalah komponen penting dalam pencegahan kekerasan.
Kurikulum yang relevan dalam konteks Merdeka Belajar mencakup banyak hal. Salah satu komponen utamanya adalah pembelajaran empati. Melalui pembelajaran empati, siswa diajarkan untuk memahami perasaan, pengalaman, dan perspektif orang lain. Ini membantu menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara siswa dan membantu mengurangi perilaku konflik dan kekerasan. Ketika siswa memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, mereka lebih cenderung merawat satu sama lain.
Selain itu, kurikulum yang relevan juga mengintegrasikan pelajaran tentang kepemimpinan positif. Siswa diajarkan untuk menjadi pemimpin yang memimpin dengan contoh yang baik, mempromosikan kerja sama, dan menghargai keragaman. Kepemimpinan positif adalah kunci untuk menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan berdasarkan nilai-nilai keadilan.
Selain empati dan kepemimpinan positif, penanganan konflik yang sehat adalah bagian penting dari kurikulum Merdeka Belajar. Siswa diajarkan cara mengatasi konflik tanpa kekerasan atau perundungan. Mereka memahami pentingnya berbicara dan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif. Ini membantu mengurangi insiden kekerasan di sekolah dan membentuk generasi yang lebih bertanggung jawab dalam menangani konflik di kehidupan sehari-hari.
Bila kondisi ini diaktualisasikan secara berkelanjutan, maka akan menciptakan generasi sadar dan bertanggung jawab yang mampu menangani perbedaan, menghargai keragaman, dan membangun hubungan yang kuat di antara sesama. Siswa tidak hanya unggul secara akademik tetapi juga menjadi individu yang memahami pentingnya kepedulian, keadilan dan kebaikan. Dengan memasukkan komponen-komponen ini dalam kurikulum, menjadi kunci penting dalam pencegahan kekerasan di sekolah, yaitu menciptakan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan dan kemajuan bersama. Sekaligus kita sedang mempersiapkan masa depan anak-anak Indonesia untuk memberikan kontribusi positif di lingkungan masyarakat.
Pencegahan dan penanganan kekerasan
Episode 25 dan PPKSP menggambarkan bagaimana program Merdeka Belajar sebagai upaya langkah konkret untuk pencegahan dan penanganan kekerasan. Elemen lain yang penting dalam menjalankan program Ini adalah memberikan pelatihan kepada guru, membentuk tim pencegahan dan penanganan kekerasan, dan memberikan prioritas pada perspektif korban.
Langkah pertama yang signifikan adalah memberikan pelatihan kepada guru. Pendidik adalah sosok yang mampu dan memahami dalam mengidentifikasi dan mengatasi tanda-tanda kekerasan. Dengan memberikan pelatihan yang komprehensif, guru dapat lebih mudah mengenali perilaku yang mencurigakan dan meresponnya secara efektif. Mereka juga dapat menjadi model teladan dalam mempromosikan budaya sekolah yang aman dan inklusif bagi siswa.
Selain itu, memberikan prioritas pada perspektif korban adalah perubahan penting dalam pendekatan pencegahan dan penanganan kekerasan. Korban yang terlalu sering mendapatkan perlakuan kekerasan, maka akan merasa tidak aman atau malu melaporkan pengalaman mereka. Dengan memberikan prioritas pada perspektif korban, kita akan menciptakan suasana di mana siswa merasa didengar, dihormati, dan didukung. Hal ini tentu akan membantu dalam pemulihan siswa bahkan dapat mencegah insiden kekerasan berikutnya.
Kolaborasi yang masif
Penguatan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat tidak bisa diabaikan. Semua pihak perlu berperan aktif dan bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman. Pertama, pemerintah harus memberikan dukungan dan sumber daya yang cukup untuk implementasi program pencegahan kekerasan di sekolah.
Kedua, lembaga pendidikan harus konsisten memperkuat SDM (guru dan tenaga kependidikan) guna membentuk tim pencegahan dan penanganan kekerasan. Ketiga, masyarakat, termasuk orang tua, juga harus terlibat aktif dalam memberikan proses edukasi kepada anak-anak tentang pentingnya menghormati dan merawat satu sama lain. Melalui kerja sama yang holistik ini akan memastikan bahwa pendekatan pencegahan kekerasan di sekolah dapat berjalan secara efektif.
Konselor dan dukungan psikologis
Menyediakan konselor atau sumber daya psikologis yang memadai di sekolah akan membantu siswa dalam mengatasi masalah mereka dan mendukung kesejahteraan mentalnya. Dengan adanya dukungan ini, secara psikologis siswa dapat merasa didengar dan dibantu ketika menghadapi kesulitan. Konselor juga dapat membantu mencegah potensi konflik yang mungkin berkembang menjadi kekerasan.
Merdeka Belajar Berkelanjutan adalah perwujudan komitmen kita untuk menciptakan pendidikan yang aman dan inklusif. Melalui episode 25 dan PPKSP, menunjukkan perhatian yang serius terhadap pencegahan dan penanganan kekerasan. Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat, kita dapat secara simultan memperbaiki program ini dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung perkembangan akademik dan mentalitas siswa sebagai generasi yang akan melanjutkan perjuangan guna memajukan bangsa dan negara Indonesia.
*) Dr. Elly Hasan Sadeli, M.Pd., Kepala Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)
Baca juga: Mahasiswa Psikologi UMP sabet juara 1 lomba penelitian
Baca juga: UMS sebut UMP sebagai "Anak Soleh"
Baca juga: Setelah terakreditasi Unggul, UMP bersiap menuju akreditasi internasional
Landasan ini merupakan inisiatif yang sangat strategis dari empat pokok kebijakan Merdeka Belajar, yang mencakup akses, kurikulum, penilaian dan pencegahan kekerasan.
Akses yang merata
Merdeka belajar mendorong akses yang merata bagi semua anak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini tentu saja harus mencakup lingkungan belajar yang aman dan bebas dari kekerasan. Daya dukung pada episode 25 dan PPKSP yang menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan fisik, mental, dan emosional siswa. Kebijakan ini tentu saja sebagai upaya meletakan pondasi yang kokoh untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan inklusif.
Peluncuran program ini akan menjadi tonggak penting dalam upaya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Pentingnya menciptakan akses pendidikan berkualitas yang merata bagi semua anak akan menguatkan sistem pendidikan yang berkeadilan. Pada episode 25 dan PPKSP berusaha menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang aman dan bebas dari kekerasan adalah elemen krusial dalam mengembangkan seluruh potensi anak-anak secara komprehensif.
Lingkungan sekolah yang aman adalah kunci untuk menciptakan rasa percaya diri dan rasa aman bagi siswa yang mungkin selama ini merasa terancam atau takut akan keselamatan untuk memperoleh pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, melalui PPKSP, pemerintah dan lembaga pendidikan memastikan bahwa setiap anak memiliki hak untuk belajar tanpa ancaman rasa takut akibat kekerasan, diskriminasi dan atau intoleransi.
Kebijakan ini juga akan menciptakan pijakan yang kokoh untuk membentuk budaya inklusi di lingkungan sekolah. Situasi ini tentu saja memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang untuk bekerja sama, belajar satu sama lain, dan membentuk persahabatan yang kuat. Maka, inklusi adalah kunci untuk mempersiapkan generasi yang lebih sadar, toleran, dan memahami perbedaan.
Maka kebijakan ini merupakan investasi kita untuk mempersiapkan masa depan pendidikan yang lebih baik. Namun, perjalanan ini harus diperkuat dengan komitmen dan aksi nyata. Dengan mengedepankan akses yang merata, terutama dalam hal menciptakan lingkungan sekolah yang aman, kita memberikan peluang tumbuh kembang yang baik bagi anak-anak. Ini merupakan langkah penting dalam membangun pendidikan dan memastikan masa depan yang lebih cerah untuk Indonesia.
Kurikulum yang relevan
Selain akses, kurikulum yang relevan merupakan kunci yang penting dalam menciptakan pendidikan yang efektif. Program kurikulum merdeka menekankan pentingnya edukasi yang berfokus pada empati, kepemimpinan positif, dan penanganan konflik yang sehat. Dengan melibatkan siswa dalam proses merawat satu sama lain dan menciptakan budaya inklusi di sekolah, maka kita sedang berusaha mempersiapkan generasi yang lebih sadar dan bertanggung jawab. Ini adalah komponen penting dalam pencegahan kekerasan.
Kurikulum yang relevan dalam konteks Merdeka Belajar mencakup banyak hal. Salah satu komponen utamanya adalah pembelajaran empati. Melalui pembelajaran empati, siswa diajarkan untuk memahami perasaan, pengalaman, dan perspektif orang lain. Ini membantu menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara siswa dan membantu mengurangi perilaku konflik dan kekerasan. Ketika siswa memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, mereka lebih cenderung merawat satu sama lain.
Selain itu, kurikulum yang relevan juga mengintegrasikan pelajaran tentang kepemimpinan positif. Siswa diajarkan untuk menjadi pemimpin yang memimpin dengan contoh yang baik, mempromosikan kerja sama, dan menghargai keragaman. Kepemimpinan positif adalah kunci untuk menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan berdasarkan nilai-nilai keadilan.
Selain empati dan kepemimpinan positif, penanganan konflik yang sehat adalah bagian penting dari kurikulum Merdeka Belajar. Siswa diajarkan cara mengatasi konflik tanpa kekerasan atau perundungan. Mereka memahami pentingnya berbicara dan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif. Ini membantu mengurangi insiden kekerasan di sekolah dan membentuk generasi yang lebih bertanggung jawab dalam menangani konflik di kehidupan sehari-hari.
Bila kondisi ini diaktualisasikan secara berkelanjutan, maka akan menciptakan generasi sadar dan bertanggung jawab yang mampu menangani perbedaan, menghargai keragaman, dan membangun hubungan yang kuat di antara sesama. Siswa tidak hanya unggul secara akademik tetapi juga menjadi individu yang memahami pentingnya kepedulian, keadilan dan kebaikan. Dengan memasukkan komponen-komponen ini dalam kurikulum, menjadi kunci penting dalam pencegahan kekerasan di sekolah, yaitu menciptakan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan dan kemajuan bersama. Sekaligus kita sedang mempersiapkan masa depan anak-anak Indonesia untuk memberikan kontribusi positif di lingkungan masyarakat.
Pencegahan dan penanganan kekerasan
Episode 25 dan PPKSP menggambarkan bagaimana program Merdeka Belajar sebagai upaya langkah konkret untuk pencegahan dan penanganan kekerasan. Elemen lain yang penting dalam menjalankan program Ini adalah memberikan pelatihan kepada guru, membentuk tim pencegahan dan penanganan kekerasan, dan memberikan prioritas pada perspektif korban.
Langkah pertama yang signifikan adalah memberikan pelatihan kepada guru. Pendidik adalah sosok yang mampu dan memahami dalam mengidentifikasi dan mengatasi tanda-tanda kekerasan. Dengan memberikan pelatihan yang komprehensif, guru dapat lebih mudah mengenali perilaku yang mencurigakan dan meresponnya secara efektif. Mereka juga dapat menjadi model teladan dalam mempromosikan budaya sekolah yang aman dan inklusif bagi siswa.
Selain itu, memberikan prioritas pada perspektif korban adalah perubahan penting dalam pendekatan pencegahan dan penanganan kekerasan. Korban yang terlalu sering mendapatkan perlakuan kekerasan, maka akan merasa tidak aman atau malu melaporkan pengalaman mereka. Dengan memberikan prioritas pada perspektif korban, kita akan menciptakan suasana di mana siswa merasa didengar, dihormati, dan didukung. Hal ini tentu akan membantu dalam pemulihan siswa bahkan dapat mencegah insiden kekerasan berikutnya.
Kolaborasi yang masif
Penguatan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat tidak bisa diabaikan. Semua pihak perlu berperan aktif dan bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman. Pertama, pemerintah harus memberikan dukungan dan sumber daya yang cukup untuk implementasi program pencegahan kekerasan di sekolah.
Kedua, lembaga pendidikan harus konsisten memperkuat SDM (guru dan tenaga kependidikan) guna membentuk tim pencegahan dan penanganan kekerasan. Ketiga, masyarakat, termasuk orang tua, juga harus terlibat aktif dalam memberikan proses edukasi kepada anak-anak tentang pentingnya menghormati dan merawat satu sama lain. Melalui kerja sama yang holistik ini akan memastikan bahwa pendekatan pencegahan kekerasan di sekolah dapat berjalan secara efektif.
Konselor dan dukungan psikologis
Menyediakan konselor atau sumber daya psikologis yang memadai di sekolah akan membantu siswa dalam mengatasi masalah mereka dan mendukung kesejahteraan mentalnya. Dengan adanya dukungan ini, secara psikologis siswa dapat merasa didengar dan dibantu ketika menghadapi kesulitan. Konselor juga dapat membantu mencegah potensi konflik yang mungkin berkembang menjadi kekerasan.
Merdeka Belajar Berkelanjutan adalah perwujudan komitmen kita untuk menciptakan pendidikan yang aman dan inklusif. Melalui episode 25 dan PPKSP, menunjukkan perhatian yang serius terhadap pencegahan dan penanganan kekerasan. Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat, kita dapat secara simultan memperbaiki program ini dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung perkembangan akademik dan mentalitas siswa sebagai generasi yang akan melanjutkan perjuangan guna memajukan bangsa dan negara Indonesia.
*) Dr. Elly Hasan Sadeli, M.Pd., Kepala Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)
Baca juga: Mahasiswa Psikologi UMP sabet juara 1 lomba penelitian
Baca juga: UMS sebut UMP sebagai "Anak Soleh"
Baca juga: Setelah terakreditasi Unggul, UMP bersiap menuju akreditasi internasional