Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengusulkan pembukaan penerimaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Khusus (PPPK) untuk formasi pustakawan sebagai langkah memperkuat perpustakaan.
"Alhamdulillah, hari ini Komisi X (DPR RI) hadir kembali ke Kota Semarang. Kami tadi juga minta dibukakan PPPK khusus untuk pustakawan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Rabu.
Hal tersebut disampaikan perempuan pertama yang menjadi Wali Kota Semarang itu, saat menerima kunjungan kerja Komisi X DPR RI di Balai Kota Semarang.
Karena Pemerintah Kota Semarang sudah tidak bisa mengangkat non aparatur sipil negara (ASN), kata dia, maka untuk memenuhi kebutuhan pustakawan hanya bisa direkrut dari seleksi CPNS atau PPPK.
Menurut dia, Pemkot Semarang memberikan perhatian besar terhadap perpustakaan, termasuk penempatan lokasi Perpustakaan Kota Semarang di kawasan Tembalang agar dekat aksesnya dengan kampus.
"Harapan kami, sebenarnya kenapa menempatkan perpustakaan di Tirto Agung, karena yang banyak membutuhkan di situ dengan banyak politeknik dan universitas. Jadi, tidak muspro (sia-sia)," ujarnya.
Ia mengatakan pemilihan lokasi itu juga hasil pembelajaran dari sebelumnya, yakni penempatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) di lokasi yang luas, tetapi jauh.
"Kami belajar dari masa lalu, yakni di DPMPTSP yang (lokasinya) jauh. Memang tempat luas dan sesuai aturan, tetapi ternyata tidak sesuai yang diinginkan masyarakat," katanya.
Selain itu, kata dia, Pemkot Semarang juga mengajukan anggaran bantuan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan perpustakaan meski prosesnya belum rampung.
"Memang persyaratannya agak rumit, ya, gedung harus luas sekian, dan sebagainya. Sebenarnya di Tirto Agung luasnya sudah 3.000 meter persegi, tapi dari penilaian ruang 'outdoor'-nya terlalu besar," katanya.
Padahal, Ita mengatakan bahwa konsep perpustakaan di Tirto Agung memang dibuat lebih banyak "outdoor" ketimbang "indoor" untuk memfasilitasi anak muda yang lebih nyaman berada di luar ruangan.
Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan menegaskan bahwa pustakawan memiliki peran vital dalam pengembangan perpustakaan, apalagi perpustakaan adalah jendela dunia.
Ia menganalogikan dengan mobil bagus jika tidak dipegang oleh sopir yang ahli maka tidak akan benar jalannya, sebagaimana perpustakaan yang bagus jika tidak ditangani pustakawan atau orang yang ahli di bidangnya tidak akan berkembang.
"Perpustakaan biasa, tapi punya SDM yang bagus dengan pustakawan yang bagus maka bisa mengelola perpustakaan menjadi hidup. Karena dia (pustakawan) tahu (mengelola perpustakaan)," katanya.*
Baca juga: Tren kunjungan Perpustakaan Umum Semarang beralih ke digital
"Alhamdulillah, hari ini Komisi X (DPR RI) hadir kembali ke Kota Semarang. Kami tadi juga minta dibukakan PPPK khusus untuk pustakawan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Rabu.
Hal tersebut disampaikan perempuan pertama yang menjadi Wali Kota Semarang itu, saat menerima kunjungan kerja Komisi X DPR RI di Balai Kota Semarang.
Karena Pemerintah Kota Semarang sudah tidak bisa mengangkat non aparatur sipil negara (ASN), kata dia, maka untuk memenuhi kebutuhan pustakawan hanya bisa direkrut dari seleksi CPNS atau PPPK.
Menurut dia, Pemkot Semarang memberikan perhatian besar terhadap perpustakaan, termasuk penempatan lokasi Perpustakaan Kota Semarang di kawasan Tembalang agar dekat aksesnya dengan kampus.
"Harapan kami, sebenarnya kenapa menempatkan perpustakaan di Tirto Agung, karena yang banyak membutuhkan di situ dengan banyak politeknik dan universitas. Jadi, tidak muspro (sia-sia)," ujarnya.
Ia mengatakan pemilihan lokasi itu juga hasil pembelajaran dari sebelumnya, yakni penempatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) di lokasi yang luas, tetapi jauh.
"Kami belajar dari masa lalu, yakni di DPMPTSP yang (lokasinya) jauh. Memang tempat luas dan sesuai aturan, tetapi ternyata tidak sesuai yang diinginkan masyarakat," katanya.
Selain itu, kata dia, Pemkot Semarang juga mengajukan anggaran bantuan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan perpustakaan meski prosesnya belum rampung.
"Memang persyaratannya agak rumit, ya, gedung harus luas sekian, dan sebagainya. Sebenarnya di Tirto Agung luasnya sudah 3.000 meter persegi, tapi dari penilaian ruang 'outdoor'-nya terlalu besar," katanya.
Padahal, Ita mengatakan bahwa konsep perpustakaan di Tirto Agung memang dibuat lebih banyak "outdoor" ketimbang "indoor" untuk memfasilitasi anak muda yang lebih nyaman berada di luar ruangan.
Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan menegaskan bahwa pustakawan memiliki peran vital dalam pengembangan perpustakaan, apalagi perpustakaan adalah jendela dunia.
Ia menganalogikan dengan mobil bagus jika tidak dipegang oleh sopir yang ahli maka tidak akan benar jalannya, sebagaimana perpustakaan yang bagus jika tidak ditangani pustakawan atau orang yang ahli di bidangnya tidak akan berkembang.
"Perpustakaan biasa, tapi punya SDM yang bagus dengan pustakawan yang bagus maka bisa mengelola perpustakaan menjadi hidup. Karena dia (pustakawan) tahu (mengelola perpustakaan)," katanya.*
Baca juga: Tren kunjungan Perpustakaan Umum Semarang beralih ke digital