Purwokerto (ANTARA) - Tiga mahasiswa Jurusan Kimia Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang terdiri atas Nisya Zalfa Ernita, Heroldinho Arieveali, dan Dimas Saputra membuat inovasi berupa detergen cair dari surfaktan biji ketapang dan ekstrak daun pala sebagai pengurangan pencemaran lingkungan akibat limbah Sodium Lauryl Sulfate (SLS).

"Salah satu permasalahan lingkungan yang dominan pada saat ini adalah limbah detergen dari kegiatan pencucian," kata Nisya Zalfa Ernita di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.

Menurut dia, detergen konvensional terbuat dari beberapa bahan kimia seperti builder, pewangi buatan, dan yang paling berbahaya berupa surfaktan lemak. 

Ia mengatakan kebanyakan dari detergen konvensional menggunakan surfaktan dalam bentuk fosfat, alkil benzene sulfonat, dan alkil fenoksi. 

"Senyawa yang terkandung dalam surfaktan merupakan senyawa yang berasal dari sumber daya tak terbarukan (minyak bumi), beracun, dan berbahaya bagi lingkungan," jelasnya. 

Menurut dia, bahan aktif pada detergen berupa SLS memiliki dampak yang buruk terhadap makhluk hidup, dan lingkungan. 

Dalam hal ini, kata dia, SLS sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. 

"Oleh karena itu, kami yang tergabung dalam Tim PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) di bawah bimbingan Bapak Mochammad Chasani, S.Si., M.Si. melakukan inovasi membuat detergen cair dengan mengganti kandungan SLS  dengan bahan alam berupa surfaktan biji ketapang dan foaming agent dari ekstrak daun pala," ungkapnya.
    
Mahasiswa lainnya, Heroldinho Arieveali mengatakan detergen cair dengan surfaktan dari bahan alam selanjutnya dimodifikasi menjadi ukuran yang lebih kecil, yaitu nanopartikel yang memiliki kemampuan untuk membersihkan noda pada serat pakaian sampai ke dalam pori-pori yang dalam. 

Menurut dia, detergen dari bahan alam juga memiliki potensi yang besar untuk mengurangi pencemaran di perairan karena akan lebih mudah terdegradasi.

Baca juga: Tim PPK Ormawa UKT Unsoed dampingi pengolahan produk makanan berbahan kopi dan kapulaga

"Peningkatan penggunaan detergen cair menurut data Indonesia Commercial Newsletter (ICN), total konsumsi detergen pada wilayah Indonesia mencapai 449.100 ton dan di perkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia di setiap tahunnya," katanya. 

Seiring meningkatnya penggunaan detergen, kata dia, akan berarti meningkat pula tingkat pencemaran lingkungan.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu adanya pemanfaatan bahan alam yang melimpah seperti biji ketapang dan daun pala yang dapat digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan jika dibuat formulasi menjadi detergen cair sebagai pilihan lain penggunaan detergen konvensional. 

"Selain ramah lingkungan, detergen cair berbahan dasar surfaktan biji ketapang dan ekstrak daun pala juga tidak memiliki potensi untuk merusak permukaan tangan dan tidak memiliki risiko kesehatan seperti kanker kulit jika digunakan dalam interval waktu yang lama," jelasnya. 

Sementara itu, Dimas Saputra mengharapkan dengan adanya formulasi baru detergen yang lebih ramah lingkungan dengan bahan dasar surfaktan biji ketapang dan ekstrak daun pala dapat mengurangi pencemaran pada lingkungan dan kesehatan. 

"Ukuran detergen yang dibuat menjadi nanopartikel diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih efisien untuk mencuci pakaian," katanya. 

Baca juga: Atasi permasalahan limbah jagung, mahasiswa Unsoed eksplorasi bakteri pendegradasi selulosa
Baca juga: PPK Ormawa HMJK Unsoed lakukan upaya turunkan AKI-AKB di Banyumas






 

Pewarta : KSM
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024