Semarang (ANTARA) - Bank Indonesia Jawa Tengah bersama Kelompok Wayang Orang Ngesti Pandowo menggelar pergelaran wayang orang sebagai upaya pelestarian budaya tradisional, sekaligus edukasi mengenai mata uang rupiah.

Pergelaran wayang orang tersebut mengambil lakon "Mbangun Suralaya" yang berlangsung di Borsumy Heritage, Kawasan Kota Lama, Semarang, Jumat (11/8) malam.

Kepala Kantor Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra, dalam pernyataan yang diterima di Semarang, Minggu, menyampaikan bahwa kegiatan itu juga sarat akan muatan edukatif yang ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat, selain "nguri-nguri" budaya.

Mengenai lakon "Mbangun Suralaya", kata dia, diangkat sebagai judul pergelaran sebagai pengingat pentingnya sinergitas dan kolaborasi dari berbagai pihak dalam membangun peradaban yang gemilang. 

Cerita besar pagelaran sejalan dengan pengejawantahan beragam sinergi program Bank Indonesia bersama segenap pemangku kepentingan dalam membangun perekonomian Jateng yang solid.

Dalam pergelaran itu, jajaran Pimpinan Bank Indonesia dan perbankan Semarang yang tergabung dalam Badan Musyarawah Perbankan Daerah (BMPD) Semarang unjuk kemampuan memerankan wayang orang bersama Ngesti Pandowo.

Rahmat didapuk menjadi Batara Guru bersama jajaran Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng, serta para perwakilan perbankan, seperti Bank jateng, BNI, BRI, BCA, Bank Mayapada, Bank Capital, dan Bank Neo Commerce yang turut berperan pada pergelaran wayang orang tesebut.

"Hal ini menjadi salah satu cerminan tingginya engagement Bank Indonesia bersama segenap stakeholders daerah, khususnya BMPD Semarang dalam melangsungkan beragam program kerja secara kolaboratif," katanya.

Selain mengangkat tema sinergi dan kolaborasi, BI juga menyampaikan edukasi mengenai Cinta, Bangga dan Paham Rupiah (CBP Rupiah) sebagai salah satu wujud pembentukan karakter bangsa.

"Melalui pentas ini, masyarakat kami ajak untuk senantiasa menjaga dan merawat Rupiah dengan baik, serta cermat membelanjakan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di NKRI. Selain itu, masyarakat kami himbau untuk meningkatkan pemahaman dalam mengenali keaslian uang Rupiah," kata Rahmat.

Melalui media kultural pewayangan, selain memelihara kesenian tradisional diharapkan juga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap esensi merawat rupiah sebagai identitas bangsa, serta semakin memperkuat sinergitas dan kolaborasi dalam membangun Jateng.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024