Solo (ANTARA) - Kepala Kantor Staf Kepresidenan RI (KSP) Moeldoko mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo Kota Surakarta, Jawa Tengah, akan beroperasi mengolah sampah dengan baik setelah lolos uji sertifikasi layak operasi (SLO).
"KSP mempunyai tugas mengawal proyek strategis nasional (PSN) di antaranya, ada 12 termasuk PLTSa Putri Cempo di Surakarta ini," kata Moeldoko dalam kunjungan kerja di PLTsa Putri Cempo Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu.
Ada persoalan teknis, bagaimana mensinkronkan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang lebih mengarah pada insenminator atau pembakaran, dimana pembakaran ini diuji asapnya.
"Kalau asapnya dan dioksin memenuhi standar, lolos. Yang sekarang ini, bukan proses pembakaran. Sampahnya ini diseleksi, dihancurkan pada ukuran tertentu, masuk ke tempat khusus, ada proses kimia, terus menghasilkan gas. Gas ini dibawa ke belakang, yang namanya generator, setelah itu keluarlah listrik," kata Moeldoko.
Setelah itu, kata Moeldoko, keluar yang namanya fler. Kalau itu nggak ke buang, itu dibakar. Sehingga gas emisi ini nggak ada. Ini yang perlu ada disinkronisasi oleh Kantor Staf Presiden.
Kedua persoalan lapangan simpel, masih perlu lahan sekitar dua hektare, tetapi baru terpenuhi 1,5 hektare. Lahannya sudah ada, tinggal proses memindahkan sampah-sampah itu.
"Kami komunikasikan dengan Menteri PUPR, KLHK, dan ESDM dan Pemerintah Kota diundang ke KSP untuk membereskan ini," katanya.
Sementara itu, Direktur PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) Elan Syuherlan mengatakan secara keseluruhan PLTSa Putri Cempo Surakarta ini, instalasi pembangkitnya sudah 100 persen selesai.
Namun, pihaknya tetap melakukan proses SLO supaya semua mendapatkan pengakuan sertifikat yang sudah diuji coba sekitar 10 mesin dari 20 mesin total targetnya.
"Jadi dari 20 mesin pembangkit ini, Insya Allah dapat selesai pada pertengahan Agustus mendatang. Dari 20 mesin ini, mempunyai kemampuan delapan Mega Watt per jam," katanya.
Pembangunan PLTSa Putri Cempo Surakarta menghabiskan anggaran sekitar Rp300 miliar dengan luas lahan sekitar 1,5 hektare.
"Kami kemudian mengusulkan untuk dilakukan kajian ulang karena dalam prosesnya tidak mengeluarkan asap atau pembakaran. PLTSa ini prosesnya dari sampah domestik atau rumah tangga diolah menjadi gas kemudian dijadikan listrik," katanya.
PLTSa Putri Cempo diharapkan mulai operasional pada Oktober 2023. SCMPP sudah melakukan kerja sama dengan PLN terkait sambungan PLTSa dengan konsumen masyarakat dan dari delapan MW yang dijual nanti sekitar lima MW.
Jika PLTSa beroperasi rata-rata akan membutuhkan 550 ton sampah per hari dan stok saat ini mencukupi karena stok saat ini, sekitar 1,6 juta ton sampah bisa memenuhi hingga tujuh tahun ke depan.
Selain itu, Pemkot Surakarta akan mengupayakan kerja sama dengan sejumlah kabupaten untuk mengirim sampah dari daerah kawasan di Solo Raya.
"KSP mempunyai tugas mengawal proyek strategis nasional (PSN) di antaranya, ada 12 termasuk PLTSa Putri Cempo di Surakarta ini," kata Moeldoko dalam kunjungan kerja di PLTsa Putri Cempo Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu.
Ada persoalan teknis, bagaimana mensinkronkan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang lebih mengarah pada insenminator atau pembakaran, dimana pembakaran ini diuji asapnya.
"Kalau asapnya dan dioksin memenuhi standar, lolos. Yang sekarang ini, bukan proses pembakaran. Sampahnya ini diseleksi, dihancurkan pada ukuran tertentu, masuk ke tempat khusus, ada proses kimia, terus menghasilkan gas. Gas ini dibawa ke belakang, yang namanya generator, setelah itu keluarlah listrik," kata Moeldoko.
Setelah itu, kata Moeldoko, keluar yang namanya fler. Kalau itu nggak ke buang, itu dibakar. Sehingga gas emisi ini nggak ada. Ini yang perlu ada disinkronisasi oleh Kantor Staf Presiden.
Kedua persoalan lapangan simpel, masih perlu lahan sekitar dua hektare, tetapi baru terpenuhi 1,5 hektare. Lahannya sudah ada, tinggal proses memindahkan sampah-sampah itu.
"Kami komunikasikan dengan Menteri PUPR, KLHK, dan ESDM dan Pemerintah Kota diundang ke KSP untuk membereskan ini," katanya.
Sementara itu, Direktur PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) Elan Syuherlan mengatakan secara keseluruhan PLTSa Putri Cempo Surakarta ini, instalasi pembangkitnya sudah 100 persen selesai.
Namun, pihaknya tetap melakukan proses SLO supaya semua mendapatkan pengakuan sertifikat yang sudah diuji coba sekitar 10 mesin dari 20 mesin total targetnya.
"Jadi dari 20 mesin pembangkit ini, Insya Allah dapat selesai pada pertengahan Agustus mendatang. Dari 20 mesin ini, mempunyai kemampuan delapan Mega Watt per jam," katanya.
Pembangunan PLTSa Putri Cempo Surakarta menghabiskan anggaran sekitar Rp300 miliar dengan luas lahan sekitar 1,5 hektare.
"Kami kemudian mengusulkan untuk dilakukan kajian ulang karena dalam prosesnya tidak mengeluarkan asap atau pembakaran. PLTSa ini prosesnya dari sampah domestik atau rumah tangga diolah menjadi gas kemudian dijadikan listrik," katanya.
PLTSa Putri Cempo diharapkan mulai operasional pada Oktober 2023. SCMPP sudah melakukan kerja sama dengan PLN terkait sambungan PLTSa dengan konsumen masyarakat dan dari delapan MW yang dijual nanti sekitar lima MW.
Jika PLTSa beroperasi rata-rata akan membutuhkan 550 ton sampah per hari dan stok saat ini mencukupi karena stok saat ini, sekitar 1,6 juta ton sampah bisa memenuhi hingga tujuh tahun ke depan.
Selain itu, Pemkot Surakarta akan mengupayakan kerja sama dengan sejumlah kabupaten untuk mengirim sampah dari daerah kawasan di Solo Raya.