Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menilai pergelaran Karnaval Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-Ogoh merupakan wujud kerukunan umat beragama di wilayah tersebut.
"Tentu ini merupakan bentuk bagaimana Kota Semarang sangat mengedepankan semangat NKRI. Tadi kita sudah melihat, semua masyarakat lintas agama juga ikut men-'support', mendukung kegiatan ini," kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Jateng, Minggu.
Ita menyaksikan langsung karnaval yang digelar untuk memeringati Hari Raya Nyepi dan Hari Ulang Tahun Ke-476 Kota Semarang tersebut, yang mengawali rute dari depan Balai Kota Semarang.
Menurut dia, kesuksesan penyelenggaraan Pawai Ogoh-ogoh tersebut semakin memantapkan posisi Kota Semarang sebagai salah satu kota toleran di Indonesia.
Diakuinya, kegiatan kali ini terbilang lebih besar bahkan dari tahun-tahun sebelum adanya pandemi COVID-19, dan ke depan direncanakan akan lebih besar lagi skalanya.
"Ke depannya, tadi terbersit keinginan kami dengan teman-teman semua. Ini harus dilanjutkan dan kami punya ide untuk 17 Agustus bisa lebih besar dan lebih Bhinneka Tunggal Ika lagi, sehingga ini bisa menjadi momentum kebangkitan kita setelah pandemi COVID-19," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa kegiatan tersebut bisa menjadi salah satu upaya pendidikan karakter terutama bagi anak-anak dengan melestarikan dan menjunjung tinggi budaya sendiri sehingga tidak akan dilupakan akibat budaya-budaya dari barat.
"Ini adalah bentuk Bhinneka Tunggal Ika, dan tadi juga kita lihat ada banyak anak-anak. Tentu, ini juga menjadi salah satu pendidikan karakter. Bahwa ini lho ada budaya, ini harus kita peringati," katanya.
"Jangan sampai ini terlupakan akibat budaya dari barat. Justru kita harus menjunjung dan memperbesar, dan Alhamdulillah ini lebih besar, bahkan sebelum pandemi COVID-19," pungkas Ita.
Sementara itu, ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang sekaligus Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Semarang I Nengah Wirta Dharmayana mengharapkan Karnaval Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-Ogoh sebagai upaya untuk membangun kerukunan Umat beragama dan memantik para pegiat seni kota Semarang untuk terus berkreasi.
"Harapannya kegiatan ini dapat membangun kerukunan umat beragama di kota Semarang dan ini juga merupakan ajang untuk memantik para pegiat seni di Kota Semarang," katanya.
"Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih besar lagi, lebih banyak kelompok etnis ikut serta dalam kegiatan ini. Karena ini merupakan salah satu cara untuk membangun kerukunan, saling mengerti, saling bertemu, saling berkreasi. Ini adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk membangun kerukunan," pungkas Nengah.
Karnaval Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-Ogoh merupakan kegiatan tahunan kota Semarang yang telah terselenggara sejak tahun 2010 dan sempat terhenti akibat pandemi COVID-19.
Untuk rute pawai kali ini juga berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yakni dimulai dari Balai Kota Semarang melewati Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran hingga berakhir di Lapangan Simpang Lima.
Baca juga: Pawai Ogoh-Ogoh kembali digelar di Semarang
"Tentu ini merupakan bentuk bagaimana Kota Semarang sangat mengedepankan semangat NKRI. Tadi kita sudah melihat, semua masyarakat lintas agama juga ikut men-'support', mendukung kegiatan ini," kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Jateng, Minggu.
Ita menyaksikan langsung karnaval yang digelar untuk memeringati Hari Raya Nyepi dan Hari Ulang Tahun Ke-476 Kota Semarang tersebut, yang mengawali rute dari depan Balai Kota Semarang.
Menurut dia, kesuksesan penyelenggaraan Pawai Ogoh-ogoh tersebut semakin memantapkan posisi Kota Semarang sebagai salah satu kota toleran di Indonesia.
Diakuinya, kegiatan kali ini terbilang lebih besar bahkan dari tahun-tahun sebelum adanya pandemi COVID-19, dan ke depan direncanakan akan lebih besar lagi skalanya.
"Ke depannya, tadi terbersit keinginan kami dengan teman-teman semua. Ini harus dilanjutkan dan kami punya ide untuk 17 Agustus bisa lebih besar dan lebih Bhinneka Tunggal Ika lagi, sehingga ini bisa menjadi momentum kebangkitan kita setelah pandemi COVID-19," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa kegiatan tersebut bisa menjadi salah satu upaya pendidikan karakter terutama bagi anak-anak dengan melestarikan dan menjunjung tinggi budaya sendiri sehingga tidak akan dilupakan akibat budaya-budaya dari barat.
"Ini adalah bentuk Bhinneka Tunggal Ika, dan tadi juga kita lihat ada banyak anak-anak. Tentu, ini juga menjadi salah satu pendidikan karakter. Bahwa ini lho ada budaya, ini harus kita peringati," katanya.
"Jangan sampai ini terlupakan akibat budaya dari barat. Justru kita harus menjunjung dan memperbesar, dan Alhamdulillah ini lebih besar, bahkan sebelum pandemi COVID-19," pungkas Ita.
Sementara itu, ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang sekaligus Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Semarang I Nengah Wirta Dharmayana mengharapkan Karnaval Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-Ogoh sebagai upaya untuk membangun kerukunan Umat beragama dan memantik para pegiat seni kota Semarang untuk terus berkreasi.
"Harapannya kegiatan ini dapat membangun kerukunan umat beragama di kota Semarang dan ini juga merupakan ajang untuk memantik para pegiat seni di Kota Semarang," katanya.
"Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih besar lagi, lebih banyak kelompok etnis ikut serta dalam kegiatan ini. Karena ini merupakan salah satu cara untuk membangun kerukunan, saling mengerti, saling bertemu, saling berkreasi. Ini adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk membangun kerukunan," pungkas Nengah.
Karnaval Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-Ogoh merupakan kegiatan tahunan kota Semarang yang telah terselenggara sejak tahun 2010 dan sempat terhenti akibat pandemi COVID-19.
Untuk rute pawai kali ini juga berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yakni dimulai dari Balai Kota Semarang melewati Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran hingga berakhir di Lapangan Simpang Lima.
Baca juga: Pawai Ogoh-Ogoh kembali digelar di Semarang