Semarang (ANTARA) - Seniman serba bisa Butet Kartaredjasa menyebut bangsa Indonesia langka memiliki presiden atau kepala negara yang peduli terhadap kebudayaan, seperti Soekarno dan Joko Widodo.

"Kepala negara kita yang pertama, Bung Karno. Itu jelas terbukti orang yang peduli kebudayaan, beliau kolektor lukisan," kata Butet, di Semarang, Kamis malam.

Hal tersebut disampaikan Butet, dalam sambutannya pada pembukaan pameran lukisan bertajuk "Seni Agawe Santosa" di Semarang Gallery, Semarang.

"Kedua. Yang hari ini peduli pada kebudayaan, namanya Jokowi. Dia mengatakan kebudayaan adalah genetika bangsa ini. Riil dia mengatakan seperti itu," ujarnya.

Menurut dia, pemimpin yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kebudayaan sangat penting karena budaya sebagai asas dan akar pertumbuhan bangsa ke depan.

"Langka kita bisa punya pemimpin seperti itu. Itu sebabnya, saya sangat mengapresiasi ketika sendi-sendi kehidupan berbangsa ini, elemen apapun memberikan dukungan penuh," katanya.

Melalui seni dan budaya, Butet juga berharap bisa membawa suasana yang tenteram dan damai meski sebentar lagi bangsa Indonesia akan merayakan pesta demokrasi.

"Saya yakin seni juga mempunyai kekuatan yang menyejukkan dalam situasi kehidupan kita," pungkas putra koreografer dan pelukis Indonesia Bagong Kussudiardjo tersebut.

Ia juga memamerkan karya lukisannya pada pameran tersebut, bersama deretan pelukis besar lainnya, seperti Djoko Pekik, Kartika Affandi, Putu Sutawijaya, dan Nasirun.

Lukisan berjudul "Wirid Nusantara" adalah karya Butet yang ditampilkan, berupa tulisan deretan kata "nusantara" dengan beragam ukuran yang menyambung dan melingkar.

Namun, tidak semua seniman yang memamerkan lukisan berlatar belakang perupa, seperti Ong Hari Wahyu yang lebih dikenal di dunia perfilman atau Agus Noor yang punya nama besar sebagai sastrawan.

Tak ketinggalan, lukisan karya ulama yang juga guru bangsa KH Ahmad Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus juga ditampilkan pada pameran tersebut, dengan judul "Walisongo".

 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024