Semarang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Semarang di Provinsi Jawa Tengah menggiatkan upaya pencegahan penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan leptospirosis selama musim hujan.
"Ini kan masih hujan ya. Kalau hujan, terus terang, risiko kejadian DBD sama leptospirosis itu tinggi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dr. Abdul Hakam di Semarang, Selasa.
Dinas Kesehatan Kota Semarang selama Januari 2023 mencatat 66 kasus penyakit DBD dan tiga di antaranya mengakibatkan kematian.
DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang utamanya menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegyti yang terinfeksi virus tersebut.
Selama periode 1 sampai 24 Januari 2023, Dinas Kesehatan Kota Semarang juga menemukan sembilan kasus penyakit leptospirosis dan satu di antaranya mengakibatkan kematian.
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang menular melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
"Kasusnya dalam Januari hampir sama kalau head to head dengan tahun sebelumnya, jumlah hampir sama. Prediksi kami, periode Januari-Februari ini angka DBD masih naik. Lepto juga sama. Apalagi, ada genangan pasca-banjir," kata Abdul Hakam.
Guna menekan risiko penularan DBD dan leptospirosis, Dinas Kesehatan Kota Semarang menggiatkan surveilans, mengerahkan petugas untuk memantau permukiman warga yang terdampak banjir dan rob selama tiga minggu berturut-turut.
"Dinkes dan puskesmas harus melakukan skrining aktif. Misalnya, ada daerah yang habis kena banjir atau rob, kami suruh pantau selama tiga minggu berturut-turut," kata Abdul Hakam.
Apabila di wilayah pemantauan ditemukan warga yang demam, ia melanjutkan, maka petugas akan melakukan pemeriksaan NS1, pemeriksaan untuk mengecek keberadaan protein non-struktural 1 (NS1) guna mendeteksi infeksi virus dengue.
"Leptospirosis juga sama. Misalnya dari keliling-keliling RW ditemukan ada orang demam lebih dari lima hari, langsung dilakukan pemeriksaan antibodi untuk (mendeteksi penularan) leptospirosis," katanya.
"Begitu ditemukan, (penderita) langsung diobati. Tidak harus menunggu dia datang ke puskesmas, apalagi RS (rumah sakit)," ia menambahkan.
Dia mengimbau warga rutin melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna meminimalkan risiko penularan DBD.
"Kalau bisa melakukan PSN dua kali (setiap minggu), pasti akan berbeda hasilnya," katanya.
"Ini kan masih hujan ya. Kalau hujan, terus terang, risiko kejadian DBD sama leptospirosis itu tinggi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dr. Abdul Hakam di Semarang, Selasa.
Dinas Kesehatan Kota Semarang selama Januari 2023 mencatat 66 kasus penyakit DBD dan tiga di antaranya mengakibatkan kematian.
DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang utamanya menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegyti yang terinfeksi virus tersebut.
Selama periode 1 sampai 24 Januari 2023, Dinas Kesehatan Kota Semarang juga menemukan sembilan kasus penyakit leptospirosis dan satu di antaranya mengakibatkan kematian.
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang menular melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
"Kasusnya dalam Januari hampir sama kalau head to head dengan tahun sebelumnya, jumlah hampir sama. Prediksi kami, periode Januari-Februari ini angka DBD masih naik. Lepto juga sama. Apalagi, ada genangan pasca-banjir," kata Abdul Hakam.
Guna menekan risiko penularan DBD dan leptospirosis, Dinas Kesehatan Kota Semarang menggiatkan surveilans, mengerahkan petugas untuk memantau permukiman warga yang terdampak banjir dan rob selama tiga minggu berturut-turut.
"Dinkes dan puskesmas harus melakukan skrining aktif. Misalnya, ada daerah yang habis kena banjir atau rob, kami suruh pantau selama tiga minggu berturut-turut," kata Abdul Hakam.
Apabila di wilayah pemantauan ditemukan warga yang demam, ia melanjutkan, maka petugas akan melakukan pemeriksaan NS1, pemeriksaan untuk mengecek keberadaan protein non-struktural 1 (NS1) guna mendeteksi infeksi virus dengue.
"Leptospirosis juga sama. Misalnya dari keliling-keliling RW ditemukan ada orang demam lebih dari lima hari, langsung dilakukan pemeriksaan antibodi untuk (mendeteksi penularan) leptospirosis," katanya.
"Begitu ditemukan, (penderita) langsung diobati. Tidak harus menunggu dia datang ke puskesmas, apalagi RS (rumah sakit)," ia menambahkan.
Dia mengimbau warga rutin melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna meminimalkan risiko penularan DBD.
"Kalau bisa melakukan PSN dua kali (setiap minggu), pasti akan berbeda hasilnya," katanya.