Semarang (ANTARA) - Desa Wisata Kandri di Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah mulai bangkit setelah sempat terdampak pandemi COVID-19 yang membuat sepinya wisatawan berkunjung ke destinasi wisata edukasi bernuansa tradisional ini.
Pengelola Desa Wisata Kandri Wakhid, di Semarang, Sabtu, menyebutkan saat ini sudah mulai wisatawan berdatangan untuk menikmati berbagai paket wisata yang ditawarkan, seperti menanam padi, beternak, berkebun, hingga "nyanting".
Menurut dia, tingkat kunjungan di Desa Wisata Kandri memang sempat drop akibat adanya pandemi, namun saat ini perlahan mulai bangkit dan masyarakat setempat juga sudah bersiap menyambut kedatangan wisatawan.
Tingkat kunjungan wisatawan di objek wisata yang diresmikan pada 2015 itu pun sudah mulai terlihat, kata dia, meski tidak seperti sebelum pandemi. Baru saja, Desa Wisata Kandri menjamu sekitar 230-300 pengunjung.
Wakhid mengakui, permintaan kunjungan wisata yang masuk sampai 500 orang, tetapi terpaksa ditolak karena keterbatasan fasilitator yang mendampingi wisatawan selama berwisata di Desa Wisata Kandri.
"Kuncinya semangat, kita tetap optimistis kalau ke depannya wisata akan kembali jalan lagi," katanya pula.
Di Desa Kandri, terdapat Omah Alas yang menampilkan mainan-mainan tradisional yang terbuat dari limbah kayu yang dikreasikan oleh warga sekitar dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di alam.
"Saya membuat mainan tradisional itu dari limbah, ya dari ranting-ranting kayu. Biar mengurangi anak-anak pake gadget," ujar pemuda ramah berambut gondrong ikal itu lagi.
Selain itu, Wakhid juga menceritakan bahwa saat ini sedang mengembangkan area untuk bermain Jemparingan atau panahan tradisional.
Untuk event tahunan, Desa Wisata Kandri memiliki hajatan besar yang disebut Upacara Nyadran yang biasa diadakan setiap Kamis Kliwon pada bulan Jumadil Awal, dengan mengadakan kegiatan bersih-bersih sendang.
Kemudian, masyarakat akan mengambil air suci yang berasal dari Sendang Kidul untuk diarak ke Sendang Gede. Dilanjutkan puncak upacara yang berlangsung meriah dan diiringi juga dengan Tarian Matirta Suci.
"Kalau sekarang sudah lebih modern, kita sekarang sudah ada gamelan sendiri. Kalau dulu awalnya, tahun 2018 itu musiknya masih pake gong sama 'kemanak'," katanya pula.
Melalui Desa Wisata Kandri, masyarakat mampu berinovasi dengan membuat produk UKM yang menjual berbagai jenis makanan, dan berinovasi dengan mengelola bahan-bahan pokok yang berasal dari desa mereka, seperti susu, singkong, dan ikan.
Selain melalui UKM, masyarakat desa juga banyak yang diberdayakan menjadi pemandu wisata lokal, terutama anak-anak muda yang belum bekerja.
"Kami narik anak-anak muda yang masih nganggur biar jadi instruktur wisatawan. Ikutin anak-anak di belakang dan mengarahkan mereka ke lokasi wisata," kata Wakhid.
Pengelola Desa Wisata Kandri Wakhid, di Semarang, Sabtu, menyebutkan saat ini sudah mulai wisatawan berdatangan untuk menikmati berbagai paket wisata yang ditawarkan, seperti menanam padi, beternak, berkebun, hingga "nyanting".
Menurut dia, tingkat kunjungan di Desa Wisata Kandri memang sempat drop akibat adanya pandemi, namun saat ini perlahan mulai bangkit dan masyarakat setempat juga sudah bersiap menyambut kedatangan wisatawan.
Tingkat kunjungan wisatawan di objek wisata yang diresmikan pada 2015 itu pun sudah mulai terlihat, kata dia, meski tidak seperti sebelum pandemi. Baru saja, Desa Wisata Kandri menjamu sekitar 230-300 pengunjung.
Wakhid mengakui, permintaan kunjungan wisata yang masuk sampai 500 orang, tetapi terpaksa ditolak karena keterbatasan fasilitator yang mendampingi wisatawan selama berwisata di Desa Wisata Kandri.
"Kuncinya semangat, kita tetap optimistis kalau ke depannya wisata akan kembali jalan lagi," katanya pula.
Di Desa Kandri, terdapat Omah Alas yang menampilkan mainan-mainan tradisional yang terbuat dari limbah kayu yang dikreasikan oleh warga sekitar dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di alam.
"Saya membuat mainan tradisional itu dari limbah, ya dari ranting-ranting kayu. Biar mengurangi anak-anak pake gadget," ujar pemuda ramah berambut gondrong ikal itu lagi.
Selain itu, Wakhid juga menceritakan bahwa saat ini sedang mengembangkan area untuk bermain Jemparingan atau panahan tradisional.
Untuk event tahunan, Desa Wisata Kandri memiliki hajatan besar yang disebut Upacara Nyadran yang biasa diadakan setiap Kamis Kliwon pada bulan Jumadil Awal, dengan mengadakan kegiatan bersih-bersih sendang.
Kemudian, masyarakat akan mengambil air suci yang berasal dari Sendang Kidul untuk diarak ke Sendang Gede. Dilanjutkan puncak upacara yang berlangsung meriah dan diiringi juga dengan Tarian Matirta Suci.
"Kalau sekarang sudah lebih modern, kita sekarang sudah ada gamelan sendiri. Kalau dulu awalnya, tahun 2018 itu musiknya masih pake gong sama 'kemanak'," katanya pula.
Melalui Desa Wisata Kandri, masyarakat mampu berinovasi dengan membuat produk UKM yang menjual berbagai jenis makanan, dan berinovasi dengan mengelola bahan-bahan pokok yang berasal dari desa mereka, seperti susu, singkong, dan ikan.
Selain melalui UKM, masyarakat desa juga banyak yang diberdayakan menjadi pemandu wisata lokal, terutama anak-anak muda yang belum bekerja.
"Kami narik anak-anak muda yang masih nganggur biar jadi instruktur wisatawan. Ikutin anak-anak di belakang dan mengarahkan mereka ke lokasi wisata," kata Wakhid.