Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, memamerkan (display) motif batik "Kelengan" yang zaman dahulu banyak digunakan orang-orang Tionghoa yang bermukim di daerah setempat.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Museum Batik Pekalongan Akhmad Asror di Pekalongan, Jumat, mengatakan bahwa motif batik "Kelengan" ini mempunyai proses pewarnaan yang sederhana yakni dengan menutup permukaan kain dengan malam menurut motif yang diinginkan, kemudian dicelup pewarna batik.

"Motif batik "Kelengan" hanya memiliki dua warna dengan warna putih sebagai warna dasar kain dan warna biru yang banyak dibuat pada saat itu," katanya.

Menurut dia, batik khas Kota Pekalongan sejak dahulu mendapat banyak pengaruh motif maupun warna dari luar di antaranya pengaruh budaya etnis peranakan Tionghoa.

Batik "Kelengan" ini, kata dia, biasa digunakan oleh masyarakat peranakan Tionghoa ketika mereka sedang berkabung atau berduka.

"Kain batik Kelengan yang dipamerkan ini dahulunya merupakan karya dari masyarakat Kota Pekalongan yang dulunya bertempat tinggal di sekitar Jalan Belimbing dan Sampangan," katanya.

Akhmad Asror mengatakan belum lama ini, cucu dari sang perajin kain batik "Kelengan" sempat berkunjung ke Museum Batik dan melihat secara langsung karya batik dari neneknya tersebut.

"Yang memberikan donasi kain batik Kelengan ini awalnya memang bukan dari keluarga dari perajin langsung. Koleksi kain batik Kelengan ini sudah dibeli dan di bawa ke luar negeri, kemudian pada 2012 ada seorang warga Belanda bernama Sandra Niesen datang ke Kota Pekalongan dan menyumbangkan salah satu batik yang berasal dari Kota Pekalongan ini," katanya.

Dikatakan, dengan ditampilkannya motif batik "Kelengan" ini selain menambah koleksi kain batik di Museum Batik juga sebagai tanda bahwa Batik Pekalongan itu multikultural.

"Banyak kebudayaan yang mempengaruhi terciptanya kain batik yang indah khas Kota Pekalongan di antaranya budaya etnis peranakan Tionghoa," katanya.

Baca juga: Geliat UMKM di Semarang hadapi transformasi digital

 

Pewarta : Kutnadi
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024