Solo (ANTARA) - Museum Budaya, Sains, dan Teknologi Bengawan Solo akan menjadi destinasi wisata baru di Kota Solo dengan lokasi di kawasan Pedaringan, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres.
Proses pembangunan dimulai pada Rabu, dengan peletakan batu pertama oleh Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka dan pendiri Tahir Foundation Dato Sri Tahir yang merupakan investor pembangunan tersebut.
Pada sambutannya, Tahir mengungkapkan kebahagiaannya bisa kembali ke Solo dan bisa berkontribusi untuk kota tersebut.
"Saya jelek-jelek ada darah Solo-nya, jadi pasti merupakan satu kehormatan. Waktu keluarga kami tinggal di Solo dengan segala ketidakmampuan, kekurangannya tapi hari ini kami kembali," katanya.
Ia berharap waktu pembangunan museum yang diperkirakan akan membutuhkan dana Rp400-600 miliar tersebut tidak lebih dari dua tahun. Museum yang salah satunya akan berisi solarium taman botanica dengan koleksi tumbuhan dari berbagai negara tersebut akan dibangun di atas lahan 60.000 m2.
"Terbesar di Jawa Tengah mungkin, tadi kami laporkan ke pak wali tidak boleh lebih dari dua tahun, tapi dalam enam bulan ini akan tentukan operating-nya ya," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Wali kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan tidak ingin kalah dari kota-kota besar lain sekitar Solo, seperti Yogyakarta dan Semarang.
"Meskipun mereka resource (sumber daya) lebih besar, kalau APBD kami nggak mencukupi minta bantuan gubernur, kalau nggak cukup minta menteri, kalau nggak cukup ya CSR. Ini terbukti di Solo, ke depan akan ada kerja sama-kerja sama yang lain," katanya.
Ia mengatakan nantinya museum yang dibangun di kawasan edukasi tersebut akan dikolaborasikan dengan perguruan tinggi yang ada di Solo.
"Dari museum hingga Technopark semua yang ngisi mahasiswa ISI, UNS, UMS," katanya.
Sementara itu, terkait dengan nama museum, dikatakannya, akan diubah menjadi nama yang lebih singkat namun tetap mem-branding Kota Solo.
"Urusan nama itu urusan mistis, saya harus dapat bisikan dulu ya. Kemarin baru dapat bisikan nama untuk IKM Gilingan, kan jelek, saya sudah dapat nama yang keren," selorohnya.
Baca juga: Solo Safari targetkan pemasukan Rp800 juta/bulan
Proses pembangunan dimulai pada Rabu, dengan peletakan batu pertama oleh Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka dan pendiri Tahir Foundation Dato Sri Tahir yang merupakan investor pembangunan tersebut.
Pada sambutannya, Tahir mengungkapkan kebahagiaannya bisa kembali ke Solo dan bisa berkontribusi untuk kota tersebut.
"Saya jelek-jelek ada darah Solo-nya, jadi pasti merupakan satu kehormatan. Waktu keluarga kami tinggal di Solo dengan segala ketidakmampuan, kekurangannya tapi hari ini kami kembali," katanya.
Ia berharap waktu pembangunan museum yang diperkirakan akan membutuhkan dana Rp400-600 miliar tersebut tidak lebih dari dua tahun. Museum yang salah satunya akan berisi solarium taman botanica dengan koleksi tumbuhan dari berbagai negara tersebut akan dibangun di atas lahan 60.000 m2.
"Terbesar di Jawa Tengah mungkin, tadi kami laporkan ke pak wali tidak boleh lebih dari dua tahun, tapi dalam enam bulan ini akan tentukan operating-nya ya," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Wali kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan tidak ingin kalah dari kota-kota besar lain sekitar Solo, seperti Yogyakarta dan Semarang.
"Meskipun mereka resource (sumber daya) lebih besar, kalau APBD kami nggak mencukupi minta bantuan gubernur, kalau nggak cukup minta menteri, kalau nggak cukup ya CSR. Ini terbukti di Solo, ke depan akan ada kerja sama-kerja sama yang lain," katanya.
Ia mengatakan nantinya museum yang dibangun di kawasan edukasi tersebut akan dikolaborasikan dengan perguruan tinggi yang ada di Solo.
"Dari museum hingga Technopark semua yang ngisi mahasiswa ISI, UNS, UMS," katanya.
Sementara itu, terkait dengan nama museum, dikatakannya, akan diubah menjadi nama yang lebih singkat namun tetap mem-branding Kota Solo.
"Urusan nama itu urusan mistis, saya harus dapat bisikan dulu ya. Kemarin baru dapat bisikan nama untuk IKM Gilingan, kan jelek, saya sudah dapat nama yang keren," selorohnya.
Baca juga: Solo Safari targetkan pemasukan Rp800 juta/bulan