Purwokerto (ANTARA) - Kapal Riset Baruna Jaya III merupakan wahana samudra legendaris yang sudah berusia 33 tahun dan sebelumnya merupakan kapal milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang saat ini terintegrasi dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Kapal tersebut baru selesai menjalankan misi ekspedisi Widya Nusantara yang berlayar dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur, menuju Teluk Ambon di Maluku.
Tim ekspedisi tersebut melakukan pelayaran karena berhasil memenangkan salah satu Hibah Penelitian dari BRIN dalam bentuk Hibah Ekspedisi Widya Nusantara atau dikenal juga dengan nama Hibah Hari Layar BRIN.
Dalam pelayaran yang ditempuh selama 10 hari itu, di dalamnya ada tim peneliti Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Salah satu dosen Jurusan Fisika Unsoed Jamrud Aminuddin, Ph.D., menjadi Principle Investigator dalam misi pelayaran tersebut. Tugas dalam misi tersebut adalah melakukan validasi posisi kapal yang akan dibandingkan dengan pembacaan citra satelit penginderaan jauh, setelah diolah dengan menggunakan algoritma Convolutional Neural Network (CNN).
Tim tersebut juga mempunyai misi memetakan kondisi bawah laut mulai dari Laut Bali, Laut Flores, hingga Laut Banda. Pemetaan ini menggunakan batimetri yang memanfaatkan gelombang sonar (gema).
Baca juga: Rencana penghentian PPKM, epidemiolog Unsoed punya tanggapan
Pengukuran batimetri dilakukan menggunakan perum gema berpancaran jamak atau Multibeam Echosounder (MBES) yang mengukur waktu perambatan gelombang akustik sehingga nilai kedalaman dapat dihitung. Gelombang suara dipancarkan melalui pemancar (transducer) kemudian merambat sampai ke dasar laut dan kembali memantul ke penerima (receiver).
Misi kali ini dilakukan oleh tim dari Jurusan Fisika FMIPA Unsoed serta Jurusan Teknik Geologi dan Jurusan Geodesi Fakultas Ilmu Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama tim dari BRIN.
Kelompok peneliti ini bernama Tim Ewin Jagapati yang merupakan hasil musyawarah Dosen Jurusan Fisika FMIPA Unsoed dan selanjutnya nama tersebut diusulkan oleh Principle Investigator Jamrud Aminuddin, Ph.D. ke BRIN.
Nama tersebut disetujui sebagai singkatan dari Ekspedisi Widya Nusantara (Ewin) dan Jelajah Gabungan Perairan Indonesia Timur (Jagapati). Nama Jagapati diambil dari Pangeran Jagapati yang merupakan Panglima Perang Blambangan.
Blambangan pada zaman dahulu merupakan sebuah kerajaan di Banyuwangi yang kini dijadikan sebagai tempat Kapal Riset Baruna Jaya III diberangkatkan untuk berlayar menuju Teluk Ambon. Tim ini memulai Pelayaran pada tanggal 19 Desember 2022 dari Pelabuhan Ketapang dan berakhir di Teluk Ambon pada 29 Desember 2022.
Menurut keterangan Jamrud, pelayaran yang dilakukan sangat berkesan dan penuh rasa puas setelah melewati Laut Banda dengan ketinggian gelombang laut mencapai 4-5 meter. Selain itu, pelayaran juga ditemani hujan dan badai.
Namun karena ketangguhan wahana samudra legendaris milik Indonesia serta semangat pantang menyerah pada semua tim, juga peran nakhoda, perwira, dan anak buah kapal yang bahu membahu selama pelayaran, maka misi ini berhasil mengakhiri pelayarannya di Teluk Ambon dengan selamat.
Baca juga: Unsoed Purwokerto mengukuhkan dua guru besar baru
Baca juga: Unsoed ambil bagian dalam Purbalingga Expo 2022
Baca juga: Bertukar, Bermakna, Bersaudara jadi tema penutupan PMM-2 Unsoed
Kapal tersebut baru selesai menjalankan misi ekspedisi Widya Nusantara yang berlayar dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur, menuju Teluk Ambon di Maluku.
Tim ekspedisi tersebut melakukan pelayaran karena berhasil memenangkan salah satu Hibah Penelitian dari BRIN dalam bentuk Hibah Ekspedisi Widya Nusantara atau dikenal juga dengan nama Hibah Hari Layar BRIN.
Dalam pelayaran yang ditempuh selama 10 hari itu, di dalamnya ada tim peneliti Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Salah satu dosen Jurusan Fisika Unsoed Jamrud Aminuddin, Ph.D., menjadi Principle Investigator dalam misi pelayaran tersebut. Tugas dalam misi tersebut adalah melakukan validasi posisi kapal yang akan dibandingkan dengan pembacaan citra satelit penginderaan jauh, setelah diolah dengan menggunakan algoritma Convolutional Neural Network (CNN).
Tim tersebut juga mempunyai misi memetakan kondisi bawah laut mulai dari Laut Bali, Laut Flores, hingga Laut Banda. Pemetaan ini menggunakan batimetri yang memanfaatkan gelombang sonar (gema).
Baca juga: Rencana penghentian PPKM, epidemiolog Unsoed punya tanggapan
Pengukuran batimetri dilakukan menggunakan perum gema berpancaran jamak atau Multibeam Echosounder (MBES) yang mengukur waktu perambatan gelombang akustik sehingga nilai kedalaman dapat dihitung. Gelombang suara dipancarkan melalui pemancar (transducer) kemudian merambat sampai ke dasar laut dan kembali memantul ke penerima (receiver).
Misi kali ini dilakukan oleh tim dari Jurusan Fisika FMIPA Unsoed serta Jurusan Teknik Geologi dan Jurusan Geodesi Fakultas Ilmu Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama tim dari BRIN.
Kelompok peneliti ini bernama Tim Ewin Jagapati yang merupakan hasil musyawarah Dosen Jurusan Fisika FMIPA Unsoed dan selanjutnya nama tersebut diusulkan oleh Principle Investigator Jamrud Aminuddin, Ph.D. ke BRIN.
Nama tersebut disetujui sebagai singkatan dari Ekspedisi Widya Nusantara (Ewin) dan Jelajah Gabungan Perairan Indonesia Timur (Jagapati). Nama Jagapati diambil dari Pangeran Jagapati yang merupakan Panglima Perang Blambangan.
Blambangan pada zaman dahulu merupakan sebuah kerajaan di Banyuwangi yang kini dijadikan sebagai tempat Kapal Riset Baruna Jaya III diberangkatkan untuk berlayar menuju Teluk Ambon. Tim ini memulai Pelayaran pada tanggal 19 Desember 2022 dari Pelabuhan Ketapang dan berakhir di Teluk Ambon pada 29 Desember 2022.
Menurut keterangan Jamrud, pelayaran yang dilakukan sangat berkesan dan penuh rasa puas setelah melewati Laut Banda dengan ketinggian gelombang laut mencapai 4-5 meter. Selain itu, pelayaran juga ditemani hujan dan badai.
Namun karena ketangguhan wahana samudra legendaris milik Indonesia serta semangat pantang menyerah pada semua tim, juga peran nakhoda, perwira, dan anak buah kapal yang bahu membahu selama pelayaran, maka misi ini berhasil mengakhiri pelayarannya di Teluk Ambon dengan selamat.
Baca juga: Unsoed Purwokerto mengukuhkan dua guru besar baru
Baca juga: Unsoed ambil bagian dalam Purbalingga Expo 2022
Baca juga: Bertukar, Bermakna, Bersaudara jadi tema penutupan PMM-2 Unsoed