Solo (ANTARA) - Proses pembangunan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) di Solo, Jawa Tengah, untuk fase satu sudah mencapai 80 persen sehingga diharapkan pada Januari 2023 dapat dilakukan soft opening.
"Bukanya sesuai dengan yang disampaikan mas Wali (Wali Kota Surakarta) tanggal 27 Januari itu. Soft opening ya itu," kata Direktur Utama Perumda TSTJ Bimo Wahyu Widodo di Solo, Kamis.
Ia mengatakan pembukaan baru sebatas soft opening mengingat pembangunan kali ini masih tahap satu. Untuk fase satu tersebut beberapa yang digarap di antaranya gerbang, kandang, dan jalur masuk langsung ke kebun binatang.
"Itu jembatan juga sudah jadi. Ya belum sempurna namanya fase 1 tapi nanti pas pembukaan layaklah kami menerima pengunjung. Untuk kafe kami lihat dulu perkembangannya, apakah Januari atau mundur," katanya.
Mengenai harga tiket, dikatakannya, saat ini sedang dikaji oleh pihak pengelola.
Sementara itu, dikatakannya, sesuai dengan RUPS, TSTJ akan berubah nama menjadi Solo Safari. Meski demikian, sebagai perumda maka kebun binatang tersebut tetap menggunakan nama TSTJ.
Ia berharap dengan pengelolaan yang juga melibatkan Taman Safari tersebut nantinya Jurug akan makin berkembang.
"Kami kan memang konservasi, kalau dulu lembaga konservasi kami berjuang untuk bertahan hidup. Nanti kan minimal jadi (kelas) B, standar pengelolaan satwa, tidak kehausan, tidak kelaparan, bisa hidup seperti di alam liar. Makanya disebut Solo Safari karena satwa lebih banyak dilepas," katanya.
Meski satwa tidak dikandang tetap akan diperhatikan keselamatan satwa maupun pengunjung. "(Dengan sistem tersebut) satwa bisa berkembang biak sehingga bisa dilepasliarkan (ke alam bebas), tujuannya kan ke sana," katanya.
"Bukanya sesuai dengan yang disampaikan mas Wali (Wali Kota Surakarta) tanggal 27 Januari itu. Soft opening ya itu," kata Direktur Utama Perumda TSTJ Bimo Wahyu Widodo di Solo, Kamis.
Ia mengatakan pembukaan baru sebatas soft opening mengingat pembangunan kali ini masih tahap satu. Untuk fase satu tersebut beberapa yang digarap di antaranya gerbang, kandang, dan jalur masuk langsung ke kebun binatang.
"Itu jembatan juga sudah jadi. Ya belum sempurna namanya fase 1 tapi nanti pas pembukaan layaklah kami menerima pengunjung. Untuk kafe kami lihat dulu perkembangannya, apakah Januari atau mundur," katanya.
Mengenai harga tiket, dikatakannya, saat ini sedang dikaji oleh pihak pengelola.
Sementara itu, dikatakannya, sesuai dengan RUPS, TSTJ akan berubah nama menjadi Solo Safari. Meski demikian, sebagai perumda maka kebun binatang tersebut tetap menggunakan nama TSTJ.
Ia berharap dengan pengelolaan yang juga melibatkan Taman Safari tersebut nantinya Jurug akan makin berkembang.
"Kami kan memang konservasi, kalau dulu lembaga konservasi kami berjuang untuk bertahan hidup. Nanti kan minimal jadi (kelas) B, standar pengelolaan satwa, tidak kehausan, tidak kelaparan, bisa hidup seperti di alam liar. Makanya disebut Solo Safari karena satwa lebih banyak dilepas," katanya.
Meski satwa tidak dikandang tetap akan diperhatikan keselamatan satwa maupun pengunjung. "(Dengan sistem tersebut) satwa bisa berkembang biak sehingga bisa dilepasliarkan (ke alam bebas), tujuannya kan ke sana," katanya.