Semarang (ANTARA) - Penari kawakan asal Kota Semarang, Yoyok Bambang Priyambodo, membawakan karyanya Tari Tri Narendra dengan harapan sosok pemimpin di masa mendatang mampu membawa Indonesia pada kemakmuran.
Tarian tersebut disajikan dalam Greget Festival Tari Jateng 2022 pekan lalu.
Bersama dengan S. Pamardi, dan Darmawan Dadijono, Yoyok membawakan tari Tri Narendra menggunakan topeng yang menurutnya menjadi simbol karakteristik seseorang yang dibawakan oleh penari.
"Narendra, dalam bahasa Sansekerta memiliki arti orang sekuat dewa atau raja. Indonesia membutuhkan Narendra untuk membawa kembali kejayaan pada negeri kita. Tentunya Indonesia akan menghadapi banyak tantangan di masa mendatang," kata Yoyok.
Dirinya menambahkan, sosok pemimpin baiknya ngugemi falsafah yang telah diwariskan nenek moyang.
Seorang Narendra, lanjut dia, harus memahami Hasta Brata (delapan perilaku) yang mengandung delapan unsur alam sebagai lambang karakteristik seorang pemimpin.
Dijelaskan, seorang pemimpin harus bisa menjadis bumi yakni tempat kehidupan yang menyediakan kebutuhan masyarakat, pemimpin harus menjadi matahari yang memberi energi serta visi yang jelas bagi negeri ini.
Seorang pemimpin juga harus memiliki sifat api sebagai lambang keberanian dan keadilan.
Yoyok memaparkan, api menjadi simbol ketegasan dalam mengelola negara serta kemampuan menghancurkan masalah yang muncul.
Selain itu, pemimpin juga harus memiliki sifat samudera yang menerima semua kritikan dan saran pada kedalaman hatinya.
"Semua masukan, pendapat tidak ditelan mentah-mentah, namun diendapkan dulu sehingga saat seorang pemimpin bertindak sudah jernih pikirannya. Pemimpin juga perlu menjadi cakrawala sebagai simbol pengetahuan dan wawasan yang luas," ujarnya.
Lebih jauh, Yoyok mengatakan bahwa pemimpin harus bisa menjadi angin, yang peka terhadap segala kondisi, bahkan saat ada masalah, keberadaannya harus bisa memberi dampak dan solusi kepada masyarakat.
Selain cakap dalam mengelola negara, Yoyok berpendapat bahwa pemimpin harus bisa memberikan kedamaian seperti bulan dan rasa nyaman yang diciptakan pemimpin memberikan kesempatan masyarakat untuk mendekat, serta berkeluh kesah.
"Selain damai seperti bulan, pemimpin juga harus bisa seperti bintang yang mampu memberikan arah tujuan. Menjadi inspirasi kepada masyarakat untuk bersama-sama membangun negara," katanya.
Baca juga: Pementasan jadi metode melatih mental anak didik Sanggar Greget