Purbalingga (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menggunakan konsep "Tuka-Tuku" sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan start up di bidang makanan khas daerah maupun produk lokal lainnya.

"Di Purbalingga ini, ada beberapa hal yang kami fokuskan dalam pengembangan UMKM khususnya start up, itu menggunakan konsep 'Tuka-Tuku'," kata Kepala Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Purbalingga Adi Purwanto di Purbalingga, Kamis.

Pada awalnya, "Tuka-Tuku" merupakan platform pemasaran produk UMKM Purbalingga secara daring atau marketplace namun sekarang telah berubah menjadi luring.

Dalam hal ini, "Tuka-Tuku" saat sekarang menjadi sebuah lembaga yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Purbalingga yang menangani pemasaran produk-produk UMKM setempat.

"Tuka-Tuku" akan melakukan kurasi terhadap produk-produk UMKM dari sisi legalitas, kehalalan, kualitas, dan kemasan serta melakukan uji coba di pasar lokal untuk mengetahui apakah bisa diterima atau tidak diterima oleh konsumen, sebelum produk tersebut dipasarkan lebih luas secara luring maupun daring melalui marketplace.

"Setelah itu, kami masuk ke tahap dua, yakni pola pikir para pelaku UMKM, apakah sudah mampu untuk masuk ke pasar daring atau mungkin pasar yang lebih luas, kami uji dulu dan ikutkan ke pelatihan-pelatihan sesuai kebutuhan mereka," kata Adi.

Jika semuanya sudah selesai, pihaknya akan memasukkan produk tersebut ke "Tuka-Tuku" dan selanjutnya masuk ke marketplace yang telah bekerja sama dengan Pemkab Purbalingga seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.

Khusus untuk produk yang dipasarkan secara luring akan dipasarkan ke jaringan dua toko modern yang telah bekerja sama dengan Pemkab Purbalingga, yakni Indomaret dan Alfamart.

"Jadi, semua produk-produk yang dikurasi itu masuk pasarnya satu pintu (melalui 'Tuka-Tuku')," jelasnya.

Ia mengakui jika tidak semua produk bisa masuk ke jaringan dua toko modern tersebut karena masing-masing toko memiliki standar tersendiri meskipun produk tersebut sudah melalui proses kurasi di "Tuka-Tuku".

Dengan demikian, produk-produk makanan khas Purbalingga yang dipasarkan di jaringan dua toko modern tersebut benar-benar memiliki kualitas pabrikan.

"Saat ini, produk UMKM makanan khas Purbalingga sudah ada di 75 gerai Alfamart dan 33 gerai Indomaret," katanya.

Lebih lanjut, Adi mengatakan konsep "Tuka-Tuku" sangat efisien dan membantu pelaku UMKM karena tidak perlu berkeliling ke seluruh gerai jaringan toko modern tersebut untuk mendistribusikan produknya.

Demikian pula dengan pihak toko modern tidak perlu membuat nota untuk masing-masing UMKM karena cukup satu nota yang ditujukan kepada "Tuka-Tuku".

Oleh karena efisien, hingga saat ini ada beberapa pemkab yang datang ke Purbalingga untuk belajar tentang "Tuka-Tuku" dan mereplikasinya di daerah masing-masing.

Disinggung mengenai jumlah produk UMKM yang sudah masuk "Tuka-Tuku", ia mengatakan hingga saat ini mencapai 147 item produk dari 38 pelaku UMKM, mayoritas berupa produk makanan ringan khas Purbalingga.

"Dari jumlah tersebut, yang sudah masuk di Indomaret itu 19 item produk, sedangkan di Alfamart ada 14 item produk. Jadi, masih ada beberapa yang tertahan di 'Tuka-Tuku' karena tidak lolos seleksi, masih harus diperbaiki," jelasnya.

Meskipun tidak lolos seleksi masuk jaringan dua toko modern tersebut, dia mengatakan pihaknya tetap membantu memasarkan ke tempat lain seperti objek-objek wisata dan sebagainya termasuk ke sejumlah marketplace.

Menurut dia, pemasaran melalui marketplace tidak memerlukan standarisasi tertentu seperti di jaringan toko modern.

Adi menargetkan produk-produk yang sudah masuk jaringan dua toko modern di Purbalingga itu bisa tembus ke wilayah regional Jawa Tengah pada tahun 2023.

"Paling tidak, satu atau dua produk bisa tembus ke regional Jawa Tengah," tegasnya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024