Semarang (ANTARA) - Group of Twenty (G20) EMPOWER Presidensi Indonesia mendorong pertumbuhan ketahanan digital dan keterampilan perempuan pada Plenary Meeting dan Side Event ketiga di Jakarta, Selasa, (26/7/2022) dan pertemuan tersebut sekaligus menandai penutupan rangkaian G20 EMPOWER Presidensi Indonesia yang telah berlangsung sejak Desember 2021.
Pertemuan ketiga yang digelar secara hybrid tersebut dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Bintang Puspayoga, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Makarim, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Mira Tayyiba, Sherpa, working group G20, engagement group G20 yang mengangkat isu-isu perempuan, advocate G20 EMPOWER dari negara anggota G20, organisasi internasional, serta para ahli.
Dalam sambutannya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Bintang Puspayoga menyatakan untuk memaksimalkan ekonomi digital, perempuan perlu meningkatkan pemanfaatan dari teknologi dan aplikasi digital untuk setiap peluang yang ada.
Setiap teknologi berpotensi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pada akhirnya meningkatkan daya saing, namun pada kenyataannya, partisipasi perempuan dalam ekonomi digital masih rendah karena kurangnya keterampilan dan literasi digital.
"Perlu diakui permasalahan ini berawal dari fakta adanya bias gender yang berdampak terhadap kurangnya motivasi anak perempuan dalam menjadikan sains maupun teknologi menjadi pilihan utama pendidikannya, sehingga anak perempuan pun menjadi kurang tertarik pada teknologi digital," katanya.
Baca juga: G20 EMPOWER tanda tangani MoU dengan Microsoft untuk Program Code
Bintang menjelaskan saat ini negara dihadapkan pada kebutuhan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di sektor ketahanan digital. Untuk itu, dibutuhkan keterampilan digital agar perempuan bisa menghadapi tantangan pekerjaan yang serba digital di masa yang akan datang. Kita harus bekerja sama untuk mempromosikan kepemimpinan perempuan di sektor digital. Caranya dengan pertama, meningkatkan angka tenaga kerja perempuan khususnya di bidang STEM. Kedua, menciptakan lingkungan kerja yang ramah perempuan. Ketiga, mendorong kesetaraan gender di segala bidang pembangunan.
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Makarim mengatakan tidak ada orang, termasuk perempuan yang bisa menyadari potensi mereka saat berada di bawah tekanan seperti kondisi lingkungan dan stigma. Menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi adalah batu loncatan bagi banyak perempuan.
"Kami di Kementerian memiliki kebijakan dan fokus untuk memerangi kekerasan seksual atau yang berbasis gender di lingkungan perguruan tinggi. Aman dari berbagai ancaman dalam menempuh jalur pendidikan tidaklah cukup. Kebijakan dan regulasi yang dibuat oleh Kemendikbudristek bertujuan salah satunya untuk memungkinkan lebih banyak perempuan memasuki dunia kerja dengan berbagai keterampilan," katanya.
Ia menjelaskan Kemendikbudristek sedang mengembangkan berbagai program untuk mendukung pemberdayaan perempuan. Salah satunya melalui kolaborasi antara sektor bisnis dan perguruan tinggi dengan melibatkan perempuan. Namun kebijakan saja tidak cukup.
"Kita harus mengupayakan agar perempuan mendapatkan akses yang lebih besar terhadap sumber daya, mendapatkan agensi untuk mengambil keputusan, serta memperoleh perlindungan dari pendidik dan orang tua," jelas Nadiem
Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Mira Tayyiba menambahkan sudah merupakan tanggung jawab bersama untuk mengatasi bias dan ketidaksetaraan gender serta memastikan akses yang sama bagi p
perempuan dalam pasar tenaga kerja dan bisnis.
Baca juga: W20 gelar pertemuan keempatdi Manokwari
Melalui forum DEWG (Digital Economy Working Group) sebagai salah satu aliansi G20 Presidensi Indonesia, kami berusaha menyederhanakan isu-isu digital ke dalam tiga prioritas utama. Pertama, konektivitas dan pemulihan pasca-COVID-19. Kedua, keterampilan dan literasi digital. Ketiga, pengaturan arus penggunaan dan lintas batas aliran data.
"Berkaitan dengan isu kesenjangan gender sendiri, kami mengidentifikasi bahwa isu pertama dan kedua dari fokus DEWG memiliki keterkaitan yang penting. Konsep ini menyoroti pentingnya konektivitas yang tangguh berdasarkan ketersediaan dan keterjangkauan akses, kesiapan infrastruktur, serta tanggung jawab dan penggunaan konektivitas digital untuk mendukung layanan digital yang inklusif. Kami fokus dalam menjembatani kesenjangan gender digital untuk memastikan perempuan dapat memperoleh kesempatan yang sama di era digital ini," katanya.
Ketiga agenda utama pertemuan side event ketiga ini adalah, pertama, membuka pemahaman tentang tantangan yang dihadapi perempuan dalam mencapai kesiapan digital. Kedua, membuka forum diskusi antar delegasi terkait rencana dan aksi nyata untuk mendorong keterampilan digital perempuan. Ketiga, merumuskan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti sektor swasta, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah untuk mendorong kesiapan digital pada perempuan.
Staff Ahli/Acting Deputi Menteri Bidang Partisipasi Masyarakat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Indra Gunawan menyatakan potensi perempuan di dunia kerja dan pasar tenaga kerja semakin terganggu dan tertantang oleh COVID-19. Sebelum pandemi, hambatan posisi perempuan di pasar tenaga kerja adalah kemampuan dalam teknologi baru, terlibat dalam siklus bisnis, dan diakui dalam industri yang didominasi laki-laki atau industri.
Indra Gunawan menjelaskan pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk mendorong pengarusutamaan gender dalam semua aspek pembangunan di semua lapisan masyarakat. Pembangunan diarahkan pada peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam berbagai bidang terutama di bidang STEM dan kemampuan digital, penurunan jumlah tindakan kekerasan dan eksploitasi, dan menghilangkan diskriminasi kepada perempuan, termasuk untuk perempuan yang berada di dunia kerja.
Chair G20 EMPOWER Yessie D Yosetya dalam sambutannya menyampaikan sebagai salah satu aliansi atau working group dari G20 untuk pemberdayaan dan representasi kemajuan ekonomi perempuan, G20 EMPOWER bertujuan mempercepat kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di sektor swasta. Diskusi kali ini fokus dalam mempromosikan poin terkait bagaimana membangun dan meningkatkan ketahanan dan keterampilan digital perempuan di publik, khususnya di tengah lingkungan kerja untuk menjadi rekomendasi utama pada KTT MCWE (Ministerial Conference for Women & Empowerment) Agustus mendatang di Bali.
"Nantinya, di hadapan para Menteri Pemberdayaan Perempuan dari seluruh negara anggota G20, kami ingin menunjukkan komitmen berkelanjutan dari G20 EMPOWER dalam membawa rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti sebagai bagian dari working group G20 Presidensi Indonesia," jelas Yessie.
Baca juga: W20 Sispreneur, aksi nyata untuk UMKM perempuan Indonesia Go Digital dan Go Global
Co-Chair G20 EMPOWER Rinawati Prihatiningsih menjelaskan side event ketiga ini mengangkat tema terkait masa depan pekerja perempuan, termasuk akselerasi, peluang, hingga tantangan apa yang dihadapi perempuan di dunia kerja maupun bisnis. Pertemuan ketiga tersebut sekaligus bertujuan memberikan pandangan mengenai bagaimana sektor swasta dan pemerintah dapat meningkatkan posisinya untuk mendukung, mempercepat, dan meminimalkan tantangan terkait posisi perempuan di dunia kerja khususnya pasca-COVID.
Terdapat dua topik utama yang dibahas pada side event ini yaitu, mengenai bagaimana meminimalkan kesenjangan gender dalam pemanfaatan digital dan mengenai pemberdayaan perempuan dalam ekonomi di masa depan. Pada pertemuan dengan sesi pembahasan tema mengenai bagaimana meminimalkan kesenjangan gender dalam pemanfaatan digital, dirangkum pembelajaran dan praktik terbaik tentang bagaimana sektor swasta dan pemerintah dapat mendukung meminimalkan kesenjangan gender digital di tempat kerja dan bisnis.
"Sesi ini juga menggali program, kebijakan, dan intervensi negara-negara anggota G20 yang mendukung implementasi akses teknologi digital terkait kebijakan dan program dalam peningkatan keterampilan yang mengakui relevansi G20 EMPOWER terkait dengan masalah prioritas yang akan dilaksanakan ke depannya," lanjut Rina.
Selanjutnya pada sesi dengan topik pemberdayaan perempuan dalam ekonomi di masa depan, para delegasi menyoroti praktik yang baik dan pembelajaran dari pemerintah dan sektor swasta tentang pentingnya memberdayakan perempuan untuk kesiapan ekonomi terutama pascapandemi. Selain itu, para delegasi turut menggali pendekatan, kebijakan, program, dan rekomendasi dari seluruh negara anggota G20 dalam menerapkan pendekatan dan tindakan nyata untuk memberdayakan perempuan agar siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
Pada Kepresidenan tahun ini, G20 EMPOWER Indonesia fokus pada tiga prioritas utama yaitu, pertama, meningkatkan akuntabilitas perusahaan dalam pencapaian Key Performance Indicators untuk meningkatkan peran perempuan. Kedua, mendorong peran perempuan dalam UKM sebagai penggerak ekonomi. Ketiga, membangun dan meningkatkan ketahanan dan keterampilan digital perempuan.
Pertemuan ketiga yang digelar secara hybrid tersebut dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Bintang Puspayoga, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Makarim, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Mira Tayyiba, Sherpa, working group G20, engagement group G20 yang mengangkat isu-isu perempuan, advocate G20 EMPOWER dari negara anggota G20, organisasi internasional, serta para ahli.
Dalam sambutannya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Bintang Puspayoga menyatakan untuk memaksimalkan ekonomi digital, perempuan perlu meningkatkan pemanfaatan dari teknologi dan aplikasi digital untuk setiap peluang yang ada.
Setiap teknologi berpotensi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pada akhirnya meningkatkan daya saing, namun pada kenyataannya, partisipasi perempuan dalam ekonomi digital masih rendah karena kurangnya keterampilan dan literasi digital.
"Perlu diakui permasalahan ini berawal dari fakta adanya bias gender yang berdampak terhadap kurangnya motivasi anak perempuan dalam menjadikan sains maupun teknologi menjadi pilihan utama pendidikannya, sehingga anak perempuan pun menjadi kurang tertarik pada teknologi digital," katanya.
Baca juga: G20 EMPOWER tanda tangani MoU dengan Microsoft untuk Program Code
Bintang menjelaskan saat ini negara dihadapkan pada kebutuhan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di sektor ketahanan digital. Untuk itu, dibutuhkan keterampilan digital agar perempuan bisa menghadapi tantangan pekerjaan yang serba digital di masa yang akan datang. Kita harus bekerja sama untuk mempromosikan kepemimpinan perempuan di sektor digital. Caranya dengan pertama, meningkatkan angka tenaga kerja perempuan khususnya di bidang STEM. Kedua, menciptakan lingkungan kerja yang ramah perempuan. Ketiga, mendorong kesetaraan gender di segala bidang pembangunan.
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Makarim mengatakan tidak ada orang, termasuk perempuan yang bisa menyadari potensi mereka saat berada di bawah tekanan seperti kondisi lingkungan dan stigma. Menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi adalah batu loncatan bagi banyak perempuan.
"Kami di Kementerian memiliki kebijakan dan fokus untuk memerangi kekerasan seksual atau yang berbasis gender di lingkungan perguruan tinggi. Aman dari berbagai ancaman dalam menempuh jalur pendidikan tidaklah cukup. Kebijakan dan regulasi yang dibuat oleh Kemendikbudristek bertujuan salah satunya untuk memungkinkan lebih banyak perempuan memasuki dunia kerja dengan berbagai keterampilan," katanya.
Ia menjelaskan Kemendikbudristek sedang mengembangkan berbagai program untuk mendukung pemberdayaan perempuan. Salah satunya melalui kolaborasi antara sektor bisnis dan perguruan tinggi dengan melibatkan perempuan. Namun kebijakan saja tidak cukup.
"Kita harus mengupayakan agar perempuan mendapatkan akses yang lebih besar terhadap sumber daya, mendapatkan agensi untuk mengambil keputusan, serta memperoleh perlindungan dari pendidik dan orang tua," jelas Nadiem
Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Mira Tayyiba menambahkan sudah merupakan tanggung jawab bersama untuk mengatasi bias dan ketidaksetaraan gender serta memastikan akses yang sama bagi p
perempuan dalam pasar tenaga kerja dan bisnis.
Baca juga: W20 gelar pertemuan keempatdi Manokwari
Melalui forum DEWG (Digital Economy Working Group) sebagai salah satu aliansi G20 Presidensi Indonesia, kami berusaha menyederhanakan isu-isu digital ke dalam tiga prioritas utama. Pertama, konektivitas dan pemulihan pasca-COVID-19. Kedua, keterampilan dan literasi digital. Ketiga, pengaturan arus penggunaan dan lintas batas aliran data.
"Berkaitan dengan isu kesenjangan gender sendiri, kami mengidentifikasi bahwa isu pertama dan kedua dari fokus DEWG memiliki keterkaitan yang penting. Konsep ini menyoroti pentingnya konektivitas yang tangguh berdasarkan ketersediaan dan keterjangkauan akses, kesiapan infrastruktur, serta tanggung jawab dan penggunaan konektivitas digital untuk mendukung layanan digital yang inklusif. Kami fokus dalam menjembatani kesenjangan gender digital untuk memastikan perempuan dapat memperoleh kesempatan yang sama di era digital ini," katanya.
Ketiga agenda utama pertemuan side event ketiga ini adalah, pertama, membuka pemahaman tentang tantangan yang dihadapi perempuan dalam mencapai kesiapan digital. Kedua, membuka forum diskusi antar delegasi terkait rencana dan aksi nyata untuk mendorong keterampilan digital perempuan. Ketiga, merumuskan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti sektor swasta, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah untuk mendorong kesiapan digital pada perempuan.
Staff Ahli/Acting Deputi Menteri Bidang Partisipasi Masyarakat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Indra Gunawan menyatakan potensi perempuan di dunia kerja dan pasar tenaga kerja semakin terganggu dan tertantang oleh COVID-19. Sebelum pandemi, hambatan posisi perempuan di pasar tenaga kerja adalah kemampuan dalam teknologi baru, terlibat dalam siklus bisnis, dan diakui dalam industri yang didominasi laki-laki atau industri.
Indra Gunawan menjelaskan pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk mendorong pengarusutamaan gender dalam semua aspek pembangunan di semua lapisan masyarakat. Pembangunan diarahkan pada peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam berbagai bidang terutama di bidang STEM dan kemampuan digital, penurunan jumlah tindakan kekerasan dan eksploitasi, dan menghilangkan diskriminasi kepada perempuan, termasuk untuk perempuan yang berada di dunia kerja.
Chair G20 EMPOWER Yessie D Yosetya dalam sambutannya menyampaikan sebagai salah satu aliansi atau working group dari G20 untuk pemberdayaan dan representasi kemajuan ekonomi perempuan, G20 EMPOWER bertujuan mempercepat kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di sektor swasta. Diskusi kali ini fokus dalam mempromosikan poin terkait bagaimana membangun dan meningkatkan ketahanan dan keterampilan digital perempuan di publik, khususnya di tengah lingkungan kerja untuk menjadi rekomendasi utama pada KTT MCWE (Ministerial Conference for Women & Empowerment) Agustus mendatang di Bali.
"Nantinya, di hadapan para Menteri Pemberdayaan Perempuan dari seluruh negara anggota G20, kami ingin menunjukkan komitmen berkelanjutan dari G20 EMPOWER dalam membawa rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti sebagai bagian dari working group G20 Presidensi Indonesia," jelas Yessie.
Baca juga: W20 Sispreneur, aksi nyata untuk UMKM perempuan Indonesia Go Digital dan Go Global
Co-Chair G20 EMPOWER Rinawati Prihatiningsih menjelaskan side event ketiga ini mengangkat tema terkait masa depan pekerja perempuan, termasuk akselerasi, peluang, hingga tantangan apa yang dihadapi perempuan di dunia kerja maupun bisnis. Pertemuan ketiga tersebut sekaligus bertujuan memberikan pandangan mengenai bagaimana sektor swasta dan pemerintah dapat meningkatkan posisinya untuk mendukung, mempercepat, dan meminimalkan tantangan terkait posisi perempuan di dunia kerja khususnya pasca-COVID.
Terdapat dua topik utama yang dibahas pada side event ini yaitu, mengenai bagaimana meminimalkan kesenjangan gender dalam pemanfaatan digital dan mengenai pemberdayaan perempuan dalam ekonomi di masa depan. Pada pertemuan dengan sesi pembahasan tema mengenai bagaimana meminimalkan kesenjangan gender dalam pemanfaatan digital, dirangkum pembelajaran dan praktik terbaik tentang bagaimana sektor swasta dan pemerintah dapat mendukung meminimalkan kesenjangan gender digital di tempat kerja dan bisnis.
"Sesi ini juga menggali program, kebijakan, dan intervensi negara-negara anggota G20 yang mendukung implementasi akses teknologi digital terkait kebijakan dan program dalam peningkatan keterampilan yang mengakui relevansi G20 EMPOWER terkait dengan masalah prioritas yang akan dilaksanakan ke depannya," lanjut Rina.
Selanjutnya pada sesi dengan topik pemberdayaan perempuan dalam ekonomi di masa depan, para delegasi menyoroti praktik yang baik dan pembelajaran dari pemerintah dan sektor swasta tentang pentingnya memberdayakan perempuan untuk kesiapan ekonomi terutama pascapandemi. Selain itu, para delegasi turut menggali pendekatan, kebijakan, program, dan rekomendasi dari seluruh negara anggota G20 dalam menerapkan pendekatan dan tindakan nyata untuk memberdayakan perempuan agar siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
Pada Kepresidenan tahun ini, G20 EMPOWER Indonesia fokus pada tiga prioritas utama yaitu, pertama, meningkatkan akuntabilitas perusahaan dalam pencapaian Key Performance Indicators untuk meningkatkan peran perempuan. Kedua, mendorong peran perempuan dalam UKM sebagai penggerak ekonomi. Ketiga, membangun dan meningkatkan ketahanan dan keterampilan digital perempuan.