Semarang (ANTARA) - Pengadilan Negeri (PN) Semarang melakukan eksekusi pengosongan paksa gedung yang ditempati oleh Yayasan Tunas Harum Harapan Kita di Jalan Gang Tengah Nomor 73, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu.
Eksekusi yang dilakukan para juru sita PN Semarang tersebut berlangsung ricuh setelah mendapat perlawanan dari puluhan orang yang merupakan pengurus dan anggota Yayasan Tunas Harum Harapan Kita bersama kuasa hukumnya
Eksekusi terhadap lahan dan bangunan seluas 288 meter persegi yang dimohonkan oleh Perkumpulan Siang Boe tersebut mendapatkan pengawalan dan dukungan dari kepolisian.
Salah seorang juru sita PN Semarang, Roni Rachman, membacakan penetapan perintah eksekusi yang ditandatangani oleh ketua pengadilan.
Dalam penetapan tersebut, kata Roni, eksekusi dilakukan setelah usaha penyelesaian secara musyawarah kekeluargaan dan penyerahan objek eksekusi secara sukarela tidak berhasil.
"Perlawanan terhadap putusan eksekusi ini pada asasnya tidak menunda pelaksanaan eksekusi," katanya.
Meski demikian, lanjut dia, penundaan terhadap pelaksanaan eksekusi oleh pihak yang melakukan perlawanan dapat dilakukan hingga batas waktu putusan di pengadilan tingkat pertama.
Usai membacakan penetapan eksekusi, juri sita PN Semarang memberi waktu setengah jam kepada orang-orang yang berada di dalam gedung untuk segera mengosongkan bangunan.
Namun, hingga waktu yang diberikan habis, orang-orang yang merupakan pengurus serta anggota Yayasan Tunas Harum Harapan Kita tetap bertahan di dalam gedung.
Juru sita PN Semarang bersama petugas kepolisian kemudian merangsek masuk ke dalam gedung untuk mengeluarkan paksa orang-orang dan barang-barang yang ada di dalam gedung.
Atas pelaksanaan eksekusi tersebut, kuasa hukum Yayasan Tunas Harum Harapan Kita, Nico Arief Budi Santoso, mengatakan, pengadilan seharusnya menjunjung tinggi kejujuran dalam melaksanakan putusan pengadilan ini.
Menurut dia, perkumpulan Siang Boe tidak memiliki hak untuk menguasai gedung sekolah yang berlokasi di Jalan Gang Tengah Nomor 73 tersebut.
"Perkumpulan Siang Boe tidak pernah menguasai atau merawat gedung yang dieksekusi ini," katanya.
Pelaksanaan eksekusi pengosongan gedung yang dikuasai Yayasan Tunas Harum Harapan Kita tersebut bermula dari gugatan permohonan eksekusi yang dilayangkan oleh perkumpulan Siang Boe.
Perkumpulan Siang Boe mengklaim sebagai pihak yang berhak menguasai tanah dan bangunan sengketa itu berdasarkan atas bukti kepemilikan sertifikat.
Putusan permohonan pelaksanaan eksekusi tersebut telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan putusan kasasi Mahkamah Agung.
Eksekusi yang dilakukan para juru sita PN Semarang tersebut berlangsung ricuh setelah mendapat perlawanan dari puluhan orang yang merupakan pengurus dan anggota Yayasan Tunas Harum Harapan Kita bersama kuasa hukumnya
Eksekusi terhadap lahan dan bangunan seluas 288 meter persegi yang dimohonkan oleh Perkumpulan Siang Boe tersebut mendapatkan pengawalan dan dukungan dari kepolisian.
Salah seorang juru sita PN Semarang, Roni Rachman, membacakan penetapan perintah eksekusi yang ditandatangani oleh ketua pengadilan.
Dalam penetapan tersebut, kata Roni, eksekusi dilakukan setelah usaha penyelesaian secara musyawarah kekeluargaan dan penyerahan objek eksekusi secara sukarela tidak berhasil.
"Perlawanan terhadap putusan eksekusi ini pada asasnya tidak menunda pelaksanaan eksekusi," katanya.
Meski demikian, lanjut dia, penundaan terhadap pelaksanaan eksekusi oleh pihak yang melakukan perlawanan dapat dilakukan hingga batas waktu putusan di pengadilan tingkat pertama.
Usai membacakan penetapan eksekusi, juri sita PN Semarang memberi waktu setengah jam kepada orang-orang yang berada di dalam gedung untuk segera mengosongkan bangunan.
Namun, hingga waktu yang diberikan habis, orang-orang yang merupakan pengurus serta anggota Yayasan Tunas Harum Harapan Kita tetap bertahan di dalam gedung.
Juru sita PN Semarang bersama petugas kepolisian kemudian merangsek masuk ke dalam gedung untuk mengeluarkan paksa orang-orang dan barang-barang yang ada di dalam gedung.
Atas pelaksanaan eksekusi tersebut, kuasa hukum Yayasan Tunas Harum Harapan Kita, Nico Arief Budi Santoso, mengatakan, pengadilan seharusnya menjunjung tinggi kejujuran dalam melaksanakan putusan pengadilan ini.
Menurut dia, perkumpulan Siang Boe tidak memiliki hak untuk menguasai gedung sekolah yang berlokasi di Jalan Gang Tengah Nomor 73 tersebut.
"Perkumpulan Siang Boe tidak pernah menguasai atau merawat gedung yang dieksekusi ini," katanya.
Pelaksanaan eksekusi pengosongan gedung yang dikuasai Yayasan Tunas Harum Harapan Kita tersebut bermula dari gugatan permohonan eksekusi yang dilayangkan oleh perkumpulan Siang Boe.
Perkumpulan Siang Boe mengklaim sebagai pihak yang berhak menguasai tanah dan bangunan sengketa itu berdasarkan atas bukti kepemilikan sertifikat.
Putusan permohonan pelaksanaan eksekusi tersebut telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan putusan kasasi Mahkamah Agung.