Jepara (ANTARA) - Bupati Jepara Dian Kristiandi ikut melestarikan tradisi padusan atau mandi yang biasa dilakukan umat muslim dengan menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
Salah satu tempat yang dijadikan lokasi padusan, yakni aliran sungai di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, yang merupakan salah satu desa wisata di daerah setempat.
"Makna padusan bagi masyarakat jawa untuk menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga agar siap menghadapi bulan suci Ramadan," kata Bupati Jepara Dian Kristiandi melalui rilis yang diterima Sabtu.
Dalam menggelar tradisi padusan pada Jumat (1/4), didampingi sejumlah pimpinan partai politik (parpol) di Jepara. Di antaranya ada Ketua DPC PKB Jepara Nuruddin Amin, Ketua DPC PPP Jepara Masykuri, Ketua DPC PAN Bambang Harsono, Ketua DPD Golkar Jepara Ahmad Fauzi, dan Ketua DPC Partai Demokrat Jepara M. Latifun.
Warga dan sejumlah anak-anak dari desa setempat juga meramaikan tradisi padusan bersama bupati tersebut.
Saat menuju sungai yang dijadikan tempat padusan, diiringi dengan pembacaan salawat. Setibanya di sungai, sebelum mandi diawali dengan pembacaan doa yang dipimpin Kiai Nuruddin Amin atau Gus Nung.
Karena lokasi setempat merupakan salah satu desa wisata, maka bupati juga memberikan contoh menjaga lingkungan tetap bersih dengan melakukan bersih-bersih sungai bersama warga dan anak-anak.
"Kami ingin memberikan edukasi, selain menjaga kebersihan lingkungan juga penting untuk daya tarik wisata, bahwa kebersihan merupakan sebagian dari imam," ujarnya.
Bupati Jepara bersama rombongan juga melakukan tanam pohon di tepi sungai untuk menjaga kelestarian alam.
Sebelumnya, Bupati Jepara Dian Kristiandi bersama rombongan juga melakukan pendakian ke puncak kaki Gunung Muria dengan menggunakan sepeda motor serta berjalan kaki karena untuk mencapai puncak kaki Gunung Muria yang lokasinya dekat dengan Candi Angin tidak bisa dilalui dengan sepeda motor.
Setibanya di lokasi, bupati menancapkan bendera merah putih di sekitar Candi Angin itu sebagai perwujudan dari kecintaannya terhadap Jepara dan nusantara yang memiliki ragam budaya. ***3***
Salah satu tempat yang dijadikan lokasi padusan, yakni aliran sungai di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, yang merupakan salah satu desa wisata di daerah setempat.
"Makna padusan bagi masyarakat jawa untuk menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga agar siap menghadapi bulan suci Ramadan," kata Bupati Jepara Dian Kristiandi melalui rilis yang diterima Sabtu.
Dalam menggelar tradisi padusan pada Jumat (1/4), didampingi sejumlah pimpinan partai politik (parpol) di Jepara. Di antaranya ada Ketua DPC PKB Jepara Nuruddin Amin, Ketua DPC PPP Jepara Masykuri, Ketua DPC PAN Bambang Harsono, Ketua DPD Golkar Jepara Ahmad Fauzi, dan Ketua DPC Partai Demokrat Jepara M. Latifun.
Warga dan sejumlah anak-anak dari desa setempat juga meramaikan tradisi padusan bersama bupati tersebut.
Saat menuju sungai yang dijadikan tempat padusan, diiringi dengan pembacaan salawat. Setibanya di sungai, sebelum mandi diawali dengan pembacaan doa yang dipimpin Kiai Nuruddin Amin atau Gus Nung.
Karena lokasi setempat merupakan salah satu desa wisata, maka bupati juga memberikan contoh menjaga lingkungan tetap bersih dengan melakukan bersih-bersih sungai bersama warga dan anak-anak.
"Kami ingin memberikan edukasi, selain menjaga kebersihan lingkungan juga penting untuk daya tarik wisata, bahwa kebersihan merupakan sebagian dari imam," ujarnya.
Bupati Jepara bersama rombongan juga melakukan tanam pohon di tepi sungai untuk menjaga kelestarian alam.
Sebelumnya, Bupati Jepara Dian Kristiandi bersama rombongan juga melakukan pendakian ke puncak kaki Gunung Muria dengan menggunakan sepeda motor serta berjalan kaki karena untuk mencapai puncak kaki Gunung Muria yang lokasinya dekat dengan Candi Angin tidak bisa dilalui dengan sepeda motor.
Setibanya di lokasi, bupati menancapkan bendera merah putih di sekitar Candi Angin itu sebagai perwujudan dari kecintaannya terhadap Jepara dan nusantara yang memiliki ragam budaya. ***3***