Semarang (ANTARA) - Memperingati Hari Ginjal sedunia yang dirayakan setiap 10 Maret sebagai kampanye global untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal, BPJS Kesehatan Cabang Semarang menyapa langsung peserta JKN-KIS di unit hemodialisis (cuci darah) pada 18 rumah sakit di seluruh Kota Semarang dan Kabupaten Demak.

Melalui kunjungan tersebut, BPJS Kesehatan selain memberikan dukungan pelayanan kesehatan bagi pasien hemodialisis juga sekaligus ingin memberikan dukungan emosional bagi peserta JKN-KIS yang telah berjuang dengan rutin melakukan perawatan cuci darah untuk tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal.

Hemodialisis sendiri merupakan prosedur untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa bekerja dengan baik akibat kerusakan pada organ tersebut. Prosedur tersebut membantu mengontrol tekanan darah dan menyeimbangkan kadar mineral dalam darah, seperti kalium, natrium, dan kalsium. Cuci darah diperlukan bagi seseorang yang menderita kerusakan ginjal berat, di mana fungsi-fungsi ginjalnya sudah tidak dapat lagi berjalan dengan baik.

Berbagai faktor bisa menjadi pencetus kerusakan ginjal berat, seringkali pasien yang terlihat dan rutin melakukan terapi hemodialisis adalah mereka yang berusia lanjut. Padahal, orang usia muda saat ini juga tidak lepas dari resiko penyakit ini. Hanya saja, tidak banyak yang merasakan gejalanya sejak dini.

"Inilah pentingnya skrinning riwayat kesehatan sejak usia muda, program JKN-KIS selain menjamin pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif. Kami juga mengusung upaya pengelolaan kesehatan melalui skrinning riwayat kesehatan bagi peserta. Cukup mudah dan ringkas dengan mendownload aplikasi Mobile JKN," kata Kepala BPJS Kesehatan Cabang Semarang Andi Ashar saat kunjungan ke RSUP dr. Kariadi Semarang.

Ada 47 pertanyaan tentang kebiasaan dan aktivitas sehari-hari, penyakit yang pernah diidap, riwayat penyakit dalam keluarga peserta, dan pola makan yang harus diisi. Berdasarkan pengisian pertanyaan ini, peserta JKN-KIS akan mendapatkan hasil pengecekan risiko penyakit yang mungkin diderita meliputi diabetes, hipertensi, jantung, dan ginjal.

"Perlu diketahui pula, di wilayah kota Semarang dan kabupaten Demak, pada tahun 2021 sendiri ada 13.396 kasus gagal ginjal dengan menempati urutan ke 4 setelah penyakit jantung, kanker dan stroke. Dan penyakit katastropik ini seiring perkembangan zaman telah bergeser ke usia muda melalui perubahan pola hidup dan pola makan," tambah Andi.

Karenanya dalam memperingati Hari Ginjal Sedunia selain kegiatan promosi kesehatan, Andi mengajak generasi muda untuk lebih memperhatikan kesehatan sejak usia dini. Lakukan berbagai aktifitas sehat, mengupgrade informasi menjaga kesehatan secara berkala agar tingginya prevalensi hipertensi, obesitas, dan diabetes di kalangan muda dapat ditekan dan kualitas hidup akan tetap terjaga sampai usia senja.

Soebagiono, salah satu penyintas gagal ginjal yang tengah menjalani hemodialisis di RSUP dr. Kariadi mengaku sangat terbantu dengan adanya program JKN-KIS. Sudah menjalani terapi sebanyak 65 kali sejak divonis penurunan fungsi ginjal, ia mengaku sempat drop karena terbayang memikirkan biaya yang perlu keluarganya keluarkan untuk dirinya sepanjang hidup.

"Saya berterima kasih sekali, karena sebelumnya sudah membayangkan berapa banyak dana yang harus dikeluarkan untuk cuci darah. Tapi program JKN-KIS menjamin seluruh prosedur cuci darah beserta obat-obatan. Saya sangat berharap program JKN-KIS ini tetap terus ada sehingga banyak membantu masyarakat seperti saya," katanya.

Ia berpesan agar kepesertaan program JKN-KIS ini perlu dimiliki oleh seluruh warga masyarakat, masyarakat perlu melihat apa yang dialaminya, bahwa iuran yang dibayarkan oleh dirinya dan seluruh masyarakat sangat bermanfaat bagi peserta-peserta yang memerlukan pembiayaan besar dalam pelayanan kesehatannya.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024