Cilacap (ANTARA) - Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mengalami penurunan pada 2021 akibat sering terjadi cuaca buruk di laut selatan Jawa, kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Ditiasa Pradipta.

"Kami masih rekap total produksi perikanan tangkap selama 2021. Namun yang pasti mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2020," katanya didampingi Kepala Bidang Perikanan Tangkap Sukirman di Cilacap, Senin.

Menurut dia, total produksi perikanan tangkap di Cilacap selama tahun 2020 mencapai 25.245 ton yang didominasi ikan layur dan ubur-ubur.

Kendati pada tahun 2020 juga sering terjadi cuaca buruk, dia mengakui nelayan Cilacap masih berkesempatan menikmati panen ikan layur dan ubur-ubur.

"Kalau ikan lainnya seperti tuna dan cakalang tetap ada, tapi yang mendominasi hasil tangkapan nelayan adalah ikan layur dan ubur-ubur karena potensinya di Cilacap memang cukup besar. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, ikan layur mulai bermunculan di perairan Cilacap," katanya.

Ia mengharapkan nelayan dapat menikmati musim panen ikan layur meskipun saat sekarang masih dipengaruhi musim angin baratan, sehingga cuaca buruk masih berpotensi terjadi.

Ditiasa juga mengharapkan sektor perikanan dapat kembali memberikan kontribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Cilacap seperti beberapa tahun sebelumnya.

"Saat sekarang tidak ada sama sekali kontribusi untuk PAD. Harapan kami ke depan, kalau bisa ditempatkan kembali seperti semula, pemerintah daerah bisa memungut pendapatan dari sektor perikanan tangkap," katanya.

Ia mengatakan jika pemerintah daerah bisa kembali mengelola pendapatan dari sektor perikanan tangkap, dana tersebut nantinya dapat dikembalikan untuk peningkatan kesejahteraan nelayan terutama saat tidak melaut akibat cuaca buruk.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Koperasi Unit Desa "Mino Saroyo" Kabupaten Cilacap Untung Jayanto mengakui jika saat sekarang tidak ada lagi setoran dari sektor perikanan tangkap untuk PAD Kabupaten Cilacap.

"Alhamdulillah enggak ada (kontribusi untuk PAD Cilacap) karena dulu mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota," katanya.

Dalam hal ini, kata dia, pemerintah kabupaten/kota tidak bisa memungut retribusi karena sektor perikanan tangkap atau kelautan saat sekarang ditangani pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

Terkait dengan transaksi di delapan tempat pelelangan ikan yang dikelola KUD Mino Saroyo, dia mengakui pada tahun 2021 tidak mencapai target pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp100 miliar karena hanya mencapai Rp76,6 miliar dengan volume tangkapan 8.687.000 kilogram (8.687 ton, red.).

Menurut dia, realisasi pendapatan atau transaksi tersebut menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai kisaran Rp77 miliar dan volume ikan yang dilelang sekitar 10.000.000 kilogram (10.000 ton, red.).

"Namun kalau dilihat nilai transaksinya, harga ikan pada tahun 2021 lebih bagus dari tahun 2020. Itu karena volume tahun 2021 sebesar 8.687.000 kilogram dengan nilai mencapai Rp76,6 miliar, sedangkan tahun 2020 yang sebesar 10.000.000 ton, nilainya hanya Rp77 miliar lebih sedikit, terpaut sekitar Rp600 juta hingga Rp700 juta dari tahun 2021," katanya.

Ia mengatakan penurunan volume ikan yang dilelang itu terjadi karena banyak nelayan yang tidak melaut akibat cuaca buruk terutama sejak bulan November 2021.

Di sisi lain, permintaan dari konsumen sedikit mengalami peningkatan sehingga berdampak terhadap kenaikan harga ikan.

Untung mengharapkan perkembangan sektor perikanan tangkap di Cilacap berangsung membaik karena ikan layur mulai bermunculan di perairan selatan Jawa Tengah dalam tiga hari terakhir.

"Semoga terus membaik, karena potensi ikan layur di Cilacap cukup besar dan harganya bisa mencapai kisaran Rp50.000 per kilogram untuk ukuran besar," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024